08

239 31 0
                                    

Yuk gest dieluust bindhangnyah sampeh warna oranyeOoOOoO (pake nada Ganta) komen juga! Serta share ke circle Bluelock kalian!

Hari Minggu pagi ini, matahari pagi menyinari. Vani terbangun dari tempat tidurnya, lalu ia beranjak keluar dari kamarnya. Menuruni tangga rumahnya dengan tergesa-gesa karena ia ingin segera memberitahukan kepada kedua orangtuanya akan kebulatan tekadnya.

Vani mencari kedua orangtuanya, 'kemana mereka? Biasanya mereka di  ruang makan.' Pikir Vani. 

"Maa, pa." Teriak Vani namun tidak ada yang menyahut.

Vani menelisik, mencari ke setiap sudut rumah, ternyata mereka berdua sedang bersantai di tepi kolam renang. Papa Vani yang sedang berjemur, sedangkan mama Vani di sebelahnya sambil mengaduk kopi papa Vani yang krimernya masih belum larut bersama kopi. 

"Ealah, disini toh kalian rupanya." Tutur Vani kepada kedua orangtuanya yang pasalnya ia memang mencari-cari keberadaan kedua orangtuanya itu.

"Iya Vani. Ono opo toh nduk, koyok'e ada yang ingin kamu bicarakan." Ujar papa Vani sambil menyeruput.

"Ma, pa, rungokno rungokno." Ujar Vani untuk mengalih perhatian kedua orangtuanya kepadanya.

*Dengerin aku, dengerin aku.

"Iya Vani, cah ayune mama..."

Vani menarik napasnya terlebi dahulu, lalu ia pus berkata, "Ma, pa, insya Allah, Vani bersedia dijodohkan dengan gus Kenyu." 

Kedua mata orang tua Vani melongo. Mereka seakan tidak percaya. Padahal baru dua hari yang lalu Vani menentang keras perjodohan ini. 

Bahkan papa Vani yang sedang menyeruput kopi, kopi yang diseruput oleh papa Vani pun tersembut ke depan. Untung saja tidak terkena wajah Vani. 

Papa Vani terbatuk-batuk mendengarnya, namun ternyata bukan terbatuk-batuk karena tersedak. 

"Ealah papa ini, mama ambilkan air putih ya?" Mama Vani pun menawarkan untuk membawa air putih agar setidaknya menetralisir tidak tersedak kopi.

"Ah nda usah ma... Eh tadi ono opo nduk? Kamu nerima perjodohan ini?" Tanya papa Vani memastikan.

Vani mengangguk mengiyakan.

"Tenanan tah nak?" Ujar mama dan papa Vani serentak. 

Vani mengangguk lagi lalu berkata, "Tenan ma, pa."

"Alhamdulillahirabbilalamin, mama sama papa seneng dengernya toh nduk. Pokok'e kamu nda usah khawatir. Kamu tinggal duduk manis, siraman, pengajian, gedung, catering, attire, semua sudah kami urus." Seru mama Vani. 

"Iyo nduk, wes poko'e kamu terima jadi!" Seru papa Vani.

Vani pun terkekeh mendengarnya, "iyo ma, pa..."

Hari Senin tiba, Vani masih berkuliah seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Senin tiba, Vani masih berkuliah seperti biasa. Mengingat Vani ini semester 6 meskipun perkuliahannya tidak sepadat semester-semester sebelumnya. 

Vani kini tidak ingin bergaul lagi dengan Kaiser dan teman-temannya lagi. Mereka berlima hanya memberi pengaruh buruk. Begitulah pikir Vani. 

Setelah selesai kelas, mulutnya asam sekali, rasanya ia ingin menyesap nikotin. Namun ia ingat bahwa ia harus berubah menjadi lebih baik lagi. Ah lagipula, di smoking area kan pasti Kaiser dan teman-temannya sedang berkumpul. 

Pada akhirnya, Vani ke kantin FISIPOL saja. Dengan harapan, tidak ada Kaiser dan teman-temannya. Vani hendak memesan nasi gudeg di stall nasi gudeg, namun ternyata ia malah melihat Kaiser dan teman-temannya. Ia tidak jadi. Hendak Vani memutar arah balik, namun ternyata Kaiser malah menoleh belakang. Vani tidak sempat bersembunyi. Tapi tiba-tiba, ada yang menarik tubuh Vani ke belakang sehingga Vani malah bersembunyi di balik tembok.

Vani ingin berterima kasih banya pada yang telah menyembunyikannya di balik tembok dengan tepat waktu sehingga Kaiser tidak melihatnya. 

Vani pun menoleh ke belakang kiranya siapa gerangan, ternyata...

Vani pun menoleh ke belakang kiranya siapa gerangan, ternyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Gus Kenyu (Yukimiya Kenyu x OC!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang