Episode 4

16 2 8
                                    

Malam harinya di dalam klab malam ada seseorang anak gadis usia kurang lebih dua belas tahun baru saja keluar sambil memegangi bagian alat kelaminnya yang kesakitan.

Di sisi lain ada Monet dan Lingling yang mengintip suasana klab dari jendela dekat tumpukan botol kosong.

"Mon, si Zahra kenapa ya?" tanya Lingling polos.

"Entahlah Ling, palingan dia dipakai lagi," jawab Monet.

"Gegara si Yaya nih pasti," ucap Lingling.

Monet pun melihat seseorang perempuan berbaju seksi dan merokok lalu ia membayangkan. Ia pun berucap ke Lingling. "Eh Ling. Kalau saya sudah umur tujuh belas. Saya nak tuh macam mereka,"

"Macam Kak Cynthia?!" Lingling pun kaget mendengar ucapan Monet yang membayangkan untuk menjadi seorang pekerja seks komersial.

"Jangan salah kau. Dia kaya sangatlah. Uangnya tuh banyak. Enak ya macam mereka," ucap Monet.

"Kata siapa enak? Kalau sudah kena penyakit, beuhhhh.... Sakitnya bukan main lah," jawab Lingling yang masih bisa berpikir rasional meskipun umurnya masih sembilan tahun.

"Masa sih Ling?" tanya Monet.

"Iya, Kawannya Kak Cynthia. Waktu tu ya dia cuma teriak-teriak kesakitan. Lubang pipisnya tu ada nanahnya lah. Makanya dia diusir sama bos besar," jawab Lingling menjelaskan

Monet pun melihat seorang pria dengan turban sikhnya Itu menagih uang ke seorang pelacur.

"Cynthia! Mana uangnya?!" ucap pria tamil dengan turban sikhnya ke seorang perempuan bernama Cynthia.

"Ini tuan Singh," jawab Cynthia sambil memberikan uang lima ribu ringgit ke pria tamil itu.

Sedangkan di sisi Monet. Ia menyuruh Lingling untuk nunduk. "Ling, jom lah Ling," ucapnya.

"Kok si Singh masih ada ya?" tanya Lingling.

Monet hanya mengangguk saja.
Lingling pun ketakutan setengah mati. "Saya takut lah Mon. Setiap malam pasti ada je kejadian,"

Monet pun ikut nunduk bersama Lingling. "Ya sudah nanti kau tidur dekat saya je Ling. Dan kau jangan jauh-jauh okay,"

Monet pun mengajak Lingling untuk balik ke bunker. "Jom!"

*****

Di malam yang sama lebih tepatnya di sebuah restoran cepat saji ada seorang pria dengan jaket varsity masuk untuk menemui seseorang.

"Hai, Mike," sapa pria dengan rambut diikat plus dengan jaket varsity menyapa temannya. Pria yang disapa pria dengan jaket varsity itu bernama Mikaël Azizi.

"Hai Zah, apa kabar awak?" balas Mikaël menyapa sahabatnya yang bernama Hamzah.

"Baik. Awak sudah lama kah nunggu saya?" ucap Hamzah sambil bertanya.

"Ya takpe lah," jawab Mikaël santai.

"Maaf ya tadi saya agak sedikit terlambat," ucap Hamzah.

Mikaël pun berucap sambil mengaduk minumannya. "Justru saya yang berterima kasih karena awak sudah nak datang,"

Hamzah pun mengaduk rootbeer yang dipesan oleh Mikaël sambil bertanya. "Cemana? Apa yang bisa saya bantu?" tanyanya.

"Emm......." gumam Mikaël berpikir.

"Soal Nay ya?" tanya Hamzah to the point.

"Iya, Zah." jawab Mikaël.

Hamzah pun menyedot rootbeernya sedikit demi sedikit. Lalu pria dengan rambut diikat itu melakukan candaan tipis. "Cinta pertama emang susah sekali dilupakan bro,"

"Ya kurang lebih macam tu lah," jawab Mikaël tersenyum.

Mikaël pun mulai bertanya dengan serius. "Tapi cemana? Ada kabar apa tentang dia?"

Hamzah pun kembali menyedot rootbeernya sampai habis lalu menjawab. "Terakhir yang saya dengar sih. Dia baru je keluar dari penjara,"

Mikaël pun terkejut sampai-sampai ia tersedak rootbeer. "Na-Nayla sudah tak dipenjara,"

Hamzah pun mengangguk. "I-iya," jawabnya.

"Te-terus kau tau tak dia dimana sekarang?" tanya Mikaël.

"Tapi maaf sekali, saya kurang tau," jawab Hamzah.

Hamzah pun menjelaskan sesuatu ke Mikaël. "Dan akhir-akhir ni saya sedang menyelidiki kasus perdagangan manusia dan perdagangan organ ilegal,"

"Organ ilegal?" tanya Mikaël.

"Iya Mike. Dan ditambah lagi banyak anak-anak kecil terutama anak-anak jalanan pada hilang," jawab Hamzah karena ia adalah seorang mata-mata dari kepolisian.

"Emm..... Jangan-jangan keduanya itu saling berkaitan," ucap Mikaël kembali.

"Ya, makanya itu sedang saya sedang selidiki sekarang," jawab Hamzah.

Hamzah pun mengganti topik pembicaraan. "Hmmm... Cemana kabar anak gadis awak si Petra?"

"Petra... Hmm.." jawab Mikaël dan tiba-tiba ada suara ponsel berbunyi.

"Sebentar Mike," ucap Hamzah sambil meraba kantung celana jeans robek-robeknya itu.

Dan benar saja ponsel Hamzah berbunyi dan ia langsung mengangkatnya.

"Hallo,"

"...."

"Yes, Inspector,"

"...."

"Saya kesana sekarang ya,"

Hamzah pun mematikan ponselnya lalu melipatnya. Hamzah menaruh ponselnya di kantung celana jeans robek-robeknya lalu berpamitan ke Mikaël. "Mike, maaf sekali saya mesti pergi sekarang. Ada urusan penting," ucapnya

Hamzah dan Mikaël pun saling bersalaman.

"Takpe lah," jawab Mikaël santai.

Mikaël pun berpesan ke Hamzah. "Begitu ada kabar tentang Nayla segera kasih tau saya ya,"

"Pasti," jawab Hamzah lalu berdiri dan menepuk bahu Mikaël.

"Thanks brader," balas Mikaël menepuk bahu Hamzah juga.

"Duluan ya. Bye," pamit Hamzah meninggalkan Mikaël.

"Bye," jawab Mikaël lalu ia juga mempersiapkan untuk pulang.

*****

Di sebuah bunker yang menjadi tempat tidur anak-anak jalanan. Ada seseorang pria yang sedang menyemprotkan sesuatu ke handuk.

Pria itu memiliki tattoo dengan huruf tamil di lengannya. Pria itu pun menutup mulut anak yang sedang tertidur dengan handuk yang sudah disemprot sesuatu.

Monet pun terbangun dan melihat kejadian itu. Dan Lingling langsung menghadap ke arah Monet.

Lingling tertidur sambil memegang sesuatu. Monet pun menangis sesenggukan.

"Lingling," panggil Monet sambil menangis.

"Saya tau Mon. Kenapa pas kita tak ngapa-ngapain pasti ada je kejadian macam ni? Dan yang terpenting kita masih ada disini," ucap Lingling ikutan menangis.

Lalu Lingling mengarahkan benda kesayangannya ke arah Monet. "Jadi buat jaga-jaga. Saya nak boneka ni untuk tanda persahabatan kita," ucapnya seraya memberikan boneka teddy bear ke Monet.

Monet pun menerima boneka teddy bear kecil itu lalu memegangnya erat.

"Saya tak akan meninggalkan kau Mon," ucap Lingling memegang tangan Monet sambil meneteskan airmata juga.

Monet dan Lingling pun tertidur dengan saling berpelukan satu sama lainnya.

*To Be Continued*

Ten : The Dark Side of Kuala Lumpur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang