Pukul 22.00 PM....
Di depan parkiran M Club ada sebuah mobil LADA Niva dengan plat WFL 5474 MA berhenti.
Mobil LADA Niva itu dikendarai oleh seorang pria yang menggunakan jas biru. Pria jas biru itu membuka kaca mobilnya dan disambut oleh seorang pria tamil dengan turban sikhnya.
"Pak Mikaël," panggil pria tamil itu. Yap itu Singh.
Mikaël pun turun dari mobil dan Singh kembali berucap. "Ikut saya,"
Mikaël pun berjalan mengikuti Singh untuk menemui bos dari orang tamil itu.
Mikaël pun disambut oleh Marlo yang baru turun dari tangga.
"Wah wah wah, Saya betul-betul tak nyangka bakalan bertemu dengan tamu special seperti anda," ucap Marlo.
"Maaf kalau saya tak banyak basa basi. Anak saya dalam keadaan kritis," respons Mikaël
Marlo pun tertawa tipis. "Tentu, tentu, tentu. Semua surat-surat yang dibutuhkan sudah kami siapkan. Tetapi.... " ucapnya sambil memegang sebuah map berwarna biru dengan isi data identitas asli dari Monet.
Saat Mikaël mengambil surat itu Marlo malah mengumpetinya di belakang punggung.
"Saya mengerti. Disini uang lebih berharga daripada nyawa seseorang. Saya akan bayar semuanya two fifty hundred thousand ringgit." ucap Mikaël.
"Maaf. Ini pasti ada kesalahanfahaman. Yang saya minta... adalah eight hundred thousand ringgit," sela Marlo
"Delapan ratus ribu ringgit kau kata!" Mikaël pun kaget bukan kepalang
"Saya kira..." ucap Marlo sambil tertawa licik. "Takde ginjal yang sedia pakai dipasaran. Dan tentunya anda lebih mementingkan keselamatan anak anda kan?" lanjutnya.
"Udah gila kau! Ni benar-benar pemerasan." respons Mikaël.
Di sisi lain ada seorang pria dengan muka half-blood Melayu-Jerman sedang menelpon rekan-rekannya melalui handy talkie.
"Inspector Safa, Inspector Hamzah tolong bawa pasukan kalian sekarang juga!"
"Siap Inspector Havertz!" jawab mereka berdua bersamaan dibalik handy talkie tersebut.
Pria dengan half-blood Melayu-Jerman itu menghubungi pasukannya untuk menggerebek Marlo.
"NCB are you ready!" ucap Havertz kepada para pasukannya.
"Ready Sir!"
Havertz dan pasukannya pun berjalan mengendap-ngendap sambil membawa senjata laras panjang berjenis MP7 dengan Scope berukuran 8X.
Kembali ke Mikaël pria itu pun mengeluarkan sebuah cek dan menuliskan angka delapan ratus ribu ringgit sambil berucap. "Oke. Delapan ratus ringgit nyawa anak saya,"
Marlo pun menatap Mikaël dengan licik.
Kembali ke Inspector Havertz dan pasukannya. Pria dengan wajah half-blood Melayu-Jerman melemparkan granat asap ke depan pintu barak.
Inspector Havertz pun mendorong pintu dengan keras sampai anak-anak yang ada disana ketakutan dan berlari kecuali anak kecil yang menggunakan jersey timnas Singapura yang memeluk bantal karung.
Inspector Havertz pun menghampiri anak kecil dengan Jersey timnas Singapura yang sembunyi di balik bantal karung itu. "Adek tenang je. Abang baik kok. Abang akan bawa kau balik okay," bujuknya.
"Abang yakin nak antar balik Lala ke negara asal Lala," ucap anak kecil dengan jersey timnas Singapura itu.
"Iya, abang janji." Havertz pun mengajak Lala untuk kait kelingking.
![](https://img.wattpad.com/cover/345481016-288-k97171.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten : The Dark Side of Kuala Lumpur
De TodoTen : The Dark Side of Kuala Lumpur menceritakan kisah percintaan dua karakter dewasa, yaitu Mikaël (Aedy Ashraf) dan Nayla (Shani Indira Natio) yang tidak kesampaian setelah tidak direstui oleh keluarga mereka hingga berujung pada perpisahan mereka...