07 ✾ Miss Her

152 104 114
                                    

     SUDAH tiga hari Lex dan Prila tidak bertemu usai kebersamaan mereka di rooftop malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     SUDAH tiga hari Lex dan Prila tidak bertemu usai kebersamaan mereka di rooftop malam itu. Pasalnya Lex selalu menghindari Prila setiap kali gadis itu datang menemuinya. Hal ini terpaksa ia lakukan karena tak ingin larut dalam hubungan yang tidak seharusnya terjadi.

Memang tidak mudah, tetapi sulit bukan berarti tidak bisa. Meskipun tahu bagaimana kesedihan Prila atas tindakannya, Lex tetap melakukannya karena dianggap demi kebaikan bersama. Biarlah gadis itu tersakiti mulai sekarang daripada hancur di kemudian hari. Demikianlah yang Lex pikirkan.

Huh! Kamu di mana, sih, Lex?”

Suara Prila mengejutkan Lex yang tengah duduk di balik salah satu tanaman pohon. Ia mengintip keberadaannya melalui sela-sela daun dan melihat gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling taman dengan raut wajah kesal.

“Kalau kamu ada di sini, please, keluar. Aku udah cape main petak umpetnya.”

Bahkan meski hatinya tersayat mendengar nada bicara Prila yang bergetir, Lex tetap bertahan di tempat persembunyiannya. Ia benar-benar rela mengorbankan perasaan mereka demi kebaikan masa depan gadis yang dicinta.

“Emang kamu enggak kangen sama aku, Lex?”

Menetes sudah air mata Prila yang tak mampu bertahan lebih lama. Ia mengusapnya cepat dan kembali bersuara seolah berhadapan langsung dengan orang yang dicari. Pasalnya Prila dapat merasakan keberadaan Lex di taman tersebut.

“Lex, apa kamu lupa? Waktu itu kamu sendiri yang minta aku untuk tetep sama kamu. Terus kenapa sekarang kamu malah pergi?”

Tetap tidak ada jawaban dari sosok sang lawan bicara karena Lex masih setia di peraduannya. Hal ini menciptakan kesedihan berlebih di hati Prila yang lalu menghentakkan satu kakinya ke tanah.

“Kamu jahat, Lex!”

•••

Gelagat Prila yang termenung sejak setengah jam lalu mengundang atensi lebih dari seorang Dhea. Pun, hal ini menimbulkan tanda tanda di benaknya karena biasanya gadis itu hampir tidak bisa diam aliyas selalu bicara.

Cukup lama Dhea menatap Prila yang tampaknya semakin larut dalam lamunan. Sebelum kemudian ia menegurnya karena sudah tidak tahan melihat gadis itu diam seperti patung bernapas.

Eh, Prila.”

Satu kali teguran tidak membuahkan hasil. Prila benar-benar seperti raga yang kehilangan sukma. Dhea pun sampai harus menegur sebanyak tiga kali yang membuat gadis itu tersadar dengan ekspresi kebingungan.

“Kamu ini kenapa, sih? Ngelamunin apa?”

“Emang barusan aku ngelamun, ya?”

Dhea memutar bola malas seraya menghela napas sedikit gusar. “Malah kataku kamu udah kayak mayat hidup tau, nggak.”

The Same Thing • Lex (렉스)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang