05 ✾ Very Funny

143 109 67
                                    

     GADIS pengendara motor Scoopy berwarna merah muda menghentikan laju kendaraannya di area parkir sebuah gedung Universitas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     GADIS pengendara motor Scoopy berwarna merah muda menghentikan laju kendaraannya di area parkir sebuah gedung Universitas. Setelah melepas helm yang dia kenakan, gadis itu masuk ke dalam kampus bersama Lex. Jangan heran. Lex memang sengaja ikut dengannya karena bosan terus menetap di asrama.

Sambil tersenyum, Lex melambai rendah pada beberapa orang yang ia jumpai meskipun sadar bahwa mereka tidak bisa melihat sosoknya. Aksinya tersebut baru terhenti ketika seorang pemuda memanggil Prila dan berjalan menghampiri. Interaksi mereka yang tampak akrab membuat Lex bertanya dalam batin siapa sebenarnya dia.

“Siapa kamu?”

Usai mengamati kepergian pemuda itu yang katanya ingin mengembalikan buku ke perpustakaan, atensi Prila beralih menatap Lex yang mengajukan sebuah pertanyaan.

Oh. Itu Zayyan, sahabat aku. Emang kenapa?”

Lex menggeleng pelan. “Cuma nanya.” Ia enggan mengakui bahwa terjadi gejolak rasa cemburu dalam hatinya. Pikirnya, untuk apa diungkap atau dibahas? Toh, itu percuma saja. Karena Lex ingat, mereka adalah insan dari dunia yang berbeda.

“Asal kamu tau, di kampus ini aku enggak punya temen selain Zayyan. Jangan tanya kenapa.” Prila tersenyum hampa. Suatu hal yang tidak pernah Lex lihat dari gadis itu sebelumnya. “Kebanyakan mereka temenan sama aku karena ada maunya. Tapi Zayyan enggak. Dia tulus.”

Lex mengerti walau tidak pernah merasakan apa yang Prila alami. Ternyata kehidupan mereka di kampus jauh berbeda. Dulu Lex dikelilingi oleh banyak teman yang tulus dan setia. Meski tetap saja ada beberapa orang yang iri dan dengki.

Eh, Prila. Lo ngomong sendiri?”

Atensi gadis sang pemilik nama beralih menatap Davin—pemuda yang berdiri di sudut mading. Ternyata dia memperhatikan Prila yang sudah pasti tampak sedang berbicara sendiri. Beruntung sebuah ide tiba-tiba melintas di otak gadis itu.

“Enggak, kok. Aku lagi ini—” Prila menyingkapkan surainya untuk memperlihatkan earphone yang terpasang di telinga. “telfonan sama temen.” Tidak ada jawaban dari Davin yang lantas tak acuh dan kembali fokus membaca.

“Wah, bagus! Sekarang kamu udah punya alasan setiap kali orang liat kamu ngomong sendiri,” ujar Lex setelah puas menertawakan Prila.

Gadis itu mendengus kesal. “Aku mau ke kelas. Kamu di sini aja, ya, jangan ikut.”

Tak menghiraukan perkataannya, Lex mengikuti langkah Prila masuk ke dalam kelas. Mengetahui gadis itu menoleh dan bersiap mengomel, Lex segera melontar permohonan dengan alasan tidak akan ada orang yang bisa melihatnya walau ia menetap saat jam pelajaran sekali pun.

“Bener juga, sih,” gumam Prila setelah berpikir. “Ya udah, boleh. Tapi kamu jangan ganggu aku pas belajar. Awas kalau iya.” Kepalan tangan lantas ia tampilkan sebagai ancaman tepat di depan wajah Lex yang bukannya takut malah tersenyum.

The Same Thing • Lex (렉스)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang