03 ✾ Only You

207 137 83
                                    

     PRILA tak ingin mengklaim bahwa hari ini adalah hari yang sial baginya karena tidak fokus saat pelajaran di kampus hingga berakhir dosen menghukumnya berdiri di depan kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     PRILA tak ingin mengklaim bahwa hari ini adalah hari yang sial baginya karena tidak fokus saat pelajaran di kampus hingga berakhir dosen menghukumnya berdiri di depan kelas. Ini murni kesalahannya karena terus memikirkan fakta perihal Lex, si pemuda manis yang aneh itu.

Bagaimana mungkin pantulan yang seharusnya ada di kaca justru tiada? Dugaan jika Lex bukan manusia seketika terlintas di benak Prila. Terlebih dengan bukti tambahan dari Dhea yang mengaku tak melihat sosoknya.

“Tapi kenapa aku bisa liat dia, ya?” Semakin banyak pertanyaan yang belum terjawab dan membuat Prila bingung. “Huft, oke. Setidaknya sekarang aku bisa duduk sambil lanjut mikir,” ucapnya saat jam pelajaran pertama telah usai.

Dosen keluar dari kelas. Gadis itu menyusut ke lantai tanpa menghiraukan beberapa pasang mata yang menyoroti raut letihnya akibat berdiri selama lebih dari satu jam. Kecuali, seorang pemuda yang kini mengambil posisi berjongkok di sampingnya.

“Zay, kamu tau, nggak, ciri-ciri hantu itu kayak gimana?”

Pemuda bernama Zayyan itu terdiam sesaat. “Aku enggak tau karena enggak pernah liat. Tapi kita bisa search di internet.” Prila mengangguk setuju lalu merapat ketika dia mengeluarkan ponselnya.

“Kok loading mulu, sih, Zay?”

Eh, maaf.” Refleks, Zayyan memegang kepalanya saat teringat sesuatu. “Aku lupa kuotanya habis.” Memutar bola mata malas, raut masam terpatri di wajah ayu gadis itu. “Coba pinjem hape kamu.”

“Enggak usah. Bantuin bangun aja. Lemes banget aku.” Prila mengulurkan kedua tangan lalu Zayyan menariknya secara perlahan. “Setelah dipikir-pikir, kayaknya aku mau keluar, deh, dari asrama.”

“Kenapa? Padahal baru aja aku mau masuk kalau ada kamar yang kosong.”

Pernyataan Zayyan membuat Prila menatapnya curiga. “Jangan bilang kamu mau pindah karena ibu kosnya galak?” Ia tak mampu menahan tawa saat pemuda itu membalas dengan anggukan kepala. Pasalnya Prila pernah mengatakan, tetapi Zayyan tidak mau menghiraukan. “Coba nanti aku tanya dulu. Kalau ada yang kosong aku kabarin.”

“Terus kamu, jadi keluar?”

•••

Setibanya di asrama, Prila yang masih mengenakan helm celingak-celinguk mengamati setiap sudut halaman yang sepi. Walau matanya tidak terlalu jeli, gadis itu yakin tak menangkap sosok yang baru beberapa jam ini dia takuti.

“Hai.”

Sapaan dari suara yang tak asing mengejutkan Prila. Gadis itu mengerjap polos sebelum menoleh dengan slow motion. Sesuai dugaan, dia adalah Lex yang tidak pernah lupa tersenyum.

“Kenapa barusan kamu celingak-celinguk?”

Mengetahui Lex memperhatikan gelagatnya yang seperti seorang pencuri, Prila tertegun dan segera memutar otak guna mencari sebuah alibi. Namun, belum sempat ia mengeluarkan suara, pemuda itu sudah kembali berbicara.

The Same Thing • Lex (렉스)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang