Part 13

1.2K 209 510
                                    

Vote sebelum baca🌟

Langkah kaki Amber terasa sangat berat memasuki area perusahaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki Amber terasa sangat berat memasuki area perusahaan.

Hatinya belum sanggup menghadapi tingkah gila Luke.

Mentalnya masih butuh istirahat sebelum meladeni sikap menyebalkan Luke.

Kepalanya tertunduk dalam. Menguatkan dirinya sendiri dalam keheningan.

Dirinya tidak boleh menyerah. Dia tidak boleh mengeluh. Dia juga tidak boleh terlihat lemah. Dia harus kuat demi uang! Iya, demi uang.

"Pagi, Amber."

Kepalanya kembali terangkat mendengar suara yang sangat dikenalinya. Elard.

"Pagi juga."

"Masih pagi tapi kau sudah terlihat lesu. Minumlah kopi ini dulu supaya bersemangat." Elard memberikan satu cup coffee ke Amber.

"Terima kasih." Mengambil coffee pemberian Elard dan menyeruputnya pelan.

Semenjak bekerja, Amber menjadi suka minum kopi. Tiada hari tanpa mengkonsumsi minuman berkafein itu.

"Apa yang kau lakukan setelah pulang kerja hari ini?"

Amber berpikir sejenak. "Mungkin pergi ke dekat perusahaan mommy dan Daddy bekerja. Aku akan menunggu mereka pulang karena aku takut di rumah sendirian. Aku takut dia menyusup masuk lagi ke dalam rumahku," ucapnya pelan di akhir kalimat.

Elard menghela nafas pelan. Dia sudah mengetahui semua kegilaan Luke di masa lalu dan di masa sekarang. Hal itu membuatnya sangat mengkhawatirkan keadaan Amber.

"Bagaimana kalau kau menunggu di rumahku? Aku akan mengantarmu pulang setelah orangtuamu selesai bekerja." Tawarnya.

"Ah, tenang saja. Di rumahku, ada ibu dan adik perempuanku." Imbuhnya kemudian supaya Amber tidak salah paham terhadap maksud baiknya.

Amber menatap Elard serius. "Aku ingin melakukannya, tapi aku takut Luke mengetahuinya. Aku takut dia mengusikmu dan keluargamu. Parahnya lagi, bagaimana kalau dia memecatmu? Apakah kau rela melepaskan jabatan yang selama ini kau dapatkan dengan susah payah?"

Elard tertawa kecil mendapatkan perhatian Amber. Gadis yang dicintainya dalam diam. "Tenang saja. Aku bisa mencari pekerjaan di tempat lain."

"Jangan terlalu meremehkannya. Dia bisa saja mem-blacklist namamu. Mengancam perusahaan-perusahaan lain agar menolak lamaranmu. Asal kau tahu, aku saja bisa masuk ke perusahaan ini karena akal liciknya. Apalagi sekedar menghentikanmu mencari pekerjaan."

Kedua orang itu bergidik ngeri membayangkan hal mengerikan tersebut.

Semakin bergidik ngeri lagi kala Luke tiba-tiba muncul di tangga dan menatap mereka tajam.

Amber dan Elard sontak menjauh, berpura-pura tidak kenal satu sama lain.

Elard pergi ke ruangannya sedangkan Amber memasuki lift. Tak berniat menghampiri Luke, tapi bukan Luke namanya jika menyerah begitu saja.

Luke segera berlari ke arah Amber dan ikut masuk ke dalam lift. Kebetulan, hanya mereka berdua di dalam lift.

Amber mendesah frustasi dalam hati. Masih pagi, tetapi sudah mendapatkan cobaan.

Gadis cantik itu beringsut mundur, mengambil posisi paling jauh dari Luke walau berakhir percuma karena Luke menghampirinya dan memeluk pinggangnya posesif.

"Siapa pria tadi, amour?"

Luke memainkan anak rambut Amber dengan tatapan yang terus tertuju ke wajah risih gadis pujaannya.

"Kau lupa? Dia orang yang pernah menyelamatkanku di tangga." Jawab Amber berusaha santai.

"Sejak kapan kalian menjadi dekat?"

Amber mendecih pelan akibat diinterogasi. "Aku tidak dekat dengannya. Aku hanya tidak sengaja berpapasan dengannya dan menyapanya sebagai bentuk kesopanan."

"Bohong!" Desis Luke kesal. "Aku melihatmu berbicara akrab dengannya. Aku juga melihat kalian tertawa gembira. Aku bahkan melihatmu mengambil minuman pemberiannya." Luke merampas minuman di tangan Amber sedangkan Amber menelan saliva kasar. Takut menghadapi kemarahan Luke.

"Aku tidak suka gadis pembohong, amour." Geramnya seraya menyudutkan Amber di dinding lift.

Amber menggigit bibir bawahnya resah. "Oke. Aku akui kalau aku berbohong. Aku berteman dengannya. Tapi, aku menyembunyikan fakta darimu karena takut kau cemburu buta seperti sekarang ini." Elaknya.

"Kau tidak boleh berteman dengan pria lain, amour!" Tegas Luke.

"Benar saja dugaanku. Kau akan cemburu begitu mengetahui aku berteman dengannya. Rupanya sifatmu masih sama dengan Luke di masa lalu. Oh ayolah, Luke! Kau tidak boleh mengekang hubungan pertemanan ku. Aku ini makhluk sosial. Harus berteman dan berinteraksi dengan orang di sekitar." Sinisnya.

"Aku tidak pernah melarang mu berteman atau berinteraksi dengan siapapun, asalkan bukan laki-laki." Tekan Luke. "Tolong mengertilah, amour! Aku melarangmu demi kebaikanmu sendiri."

Amber tertawa tak percaya mendengar omong kosong Luke. "Demi kebaikanku sendiri? Tidak salah? Bukankah kau melarangku demi memuaskan egomu?"

Luke menatap Amber intens. "Aku melakukan ini karena tahu semua pemikiran laki-laki yang mendekatimu, amour. Aku tahu mereka menginginkan sesuatu darimu."

"Jangan sok tahu!"

"Aku bukannya sok tahu. Kau pikir selama ini aku melarangmu berteman dengan laki-laki karena cemburu semata?"

Luke menggelengkan kepala miris. "Dugaanmu salah, amour. Aku melarangmu berteman karena pernah mendengar ucapan laki-laki tentangmu. Mereka berlomba-lomba mendapatkanmu supaya bisa mencicipimu. Termasuk sahabat dan Althair yang pernah kau bela itu. Mereka tidak sebaik yang kau bayangkan. Mereka diam-diam mencari kesempatan agar bisa memojokkanmu."

Amber terkejut bukan main mendengar pernyataan Luke yang menurutnya sangat mustahil. "Kau pasti berbohong. Mereka bukan laki-laki yang jahat."

"Terserah kau percaya atau tidaknya. Yang terpenting, aku sudah memberitahukan mu fakta penting itu, amour." Sahut Luke mengakhiri pembicaraan. Menyisakan tanda tanya besar dalam diri Amber.

Benarkah yang dikatakan Luke?

Bersambung...

2/7/23

Ayok vote dan komennn!

Kuy spam komen di sini👉

Komen kalian penyemangat update ku ><

firza532

Obsessed [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang