Vote sebelum baca 🌟
Hampa. Semuanya terasa hampa.
Sepuluh tahun di Seoul rupanya tidak membuat Amber memiliki teman akrab.
Buktinya, tidak ada satu orangpun yang melepas kepergiannya di bandara.
Amber bahkan yakin, teman-teman sosialitanya pun tidak merasa kehilangan setelah kepergiannya. Mereka pasti akan tetap bersenang-senang walaupun tanpa dirinya.
Amber tersenyum kecut. Semua orang hanya sekedar singgah di dalam hidupnya tanpa berniat mengakrabkan dirinya kepadanya.
"Hah, hidup memang sangat melelahkan." Desahnya pelan.
"Kau bilang apa, honey?" Celetuk mommy, merasa mendengar sesuatu dari mulut putrinya.
Amber menggeleng pelan. "Tidak ada, mom."
Mommy manggut-manggut pelan. "Kau sudah mengecek semua barangmu, honey?"
"Sudah, mom."
"Oke."
Keluarga kecil itu melangkah keluar dari bandara setelah mengambil barang bawaan.
Mereka baru saja mendarat di London. Tempat mereka akan memulai kisah baru setelah ditipu dan kehilangan kekayaan.
Telapak tangan Amber mendadak berkeringat dingin. Matanya melirik ke sana ke mari akibat merasa diperhatikan seseorang. Tampak begitu waspada.
Gelagat anehnya itu disadari oleh kedua orangtuanya. Mereka saling bertatapan. Bertanya tanpa suara.
Semenjak mendengar kabar kembali ke London, putri kesayangan mereka itu menjadi aneh dan muram meski menjawab baik-baik saja saat ditanyai.
Sebagai orangtua, tentu saja mereka menjadi keheranan sekaligus khawatir.
Akan tetapi, apalah daya. Mereka tidak bisa memaksa Amber menjawab jujur pertanyaan mereka.
Keduanya hanya bisa mendukung Amber dalam diam. Mengenggam tangan Amber dengan penuh kasih sayang.
Amber menatap kedua orangtuanya bergantian. Tersadar dari pikiran negatifnya.
"Bersabarlah, honey. Sebentar lagi taxi pasti datang." Tutur Daddy.
Amber tersenyum manis. "Iya, Dad."
Senyumannya pudar seketika kala melihat seorang pria yang sedikit familiar baginya.
Pria itu berdiri di sebrang jalan. Menatapnya lurus tanpa berkedip dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku jas.
Amber mengerutkan keningnya seraya mempertajam penglihatannya.
Jantungnya berdetak kencang melihat pria tersebut berambut pirang.
Warna rambut yang sama persis dengan rambut pria di masa lalunya.
"Taxi nya sudah datang. Masuklah, honey." Interupsi mommy.
Gadis cantik itu buru-buru masuk ke dalam taxi yang dimaksud sang mommy. Memutus kontak mata dengan pria di sebrang jalan.
'Warna rambutnya sama persisi dengan rambut Luke. Mungkinkah pria itu Luke?'
Amber menggigit kukunya resah. 'Tidak, tidak. Warna pirang sangatlah umum di sini. Pasti bukan dia! Lagipula dia tidak tahu jadwal pulangku.' bantah batinnya.
Amber pun memberanikan diri. Menoleh ke sebrang jalan. Menatap pria itu sekali lagi. Tapi, pria itu sudah menghilang.
Gadis itu mengelus dada lega. "Sudah jelas pria itu bukan dia. Kalau itu dirinya, pasti dia akan mengejar dan mengikutiku." Gumamnya.
****
Luke sengaja mengosongkan jadwalnya demi menyambut kedatangan Amber lantaran tak sabar melihat gadisnya secara langsung.
Berpisah selama sepuluh tahun sangatlah menyiksa dan menyesakkan baginya. Hanya bisa merindukan di setiap malamnya dan membayangkan kenangan-kenangan di saat masih bersama. Luke tidak ingin merasakan hal mengerikan itu lagi.
Kali ini, Luke pasti akan menangkap dan menahan Amber disisinya supaya gadisnya tak kabur lagi.
"Kau sangat kejam, amour. Meninggalkanku tanpa sepatah kata pun dan bersembunyi jauh dariku." Kekehnya pelan.
"Kau pasti tidak akan tahu betapa kerasnya aku berjuang saat mengumpulkan kekayaan agar bisa menemukanmu. Aku bahkan sanggup melakukan apapun demi mendapatkan uang."
Luke menyandarkan kepalanya di jendela mobil. "Tahun demi tahun, aku terus berusaha berkembang demi hari ini. Aku ingin berdiri di tempat yang lebih tinggi darimu supaya kau bisa melihatku."
Pria itu terkesiap kala melihat Amber keluar dari bandara bersama kedua orangtuanya.
Luke buru-buru keluar dari mobil. Ingin melihat Amber lebih jelas, tanpa penghalang apapun.
Dadanya berdebar kencang kala melihat sosok Amber meskipun terhalang jalan raya.
Amber masih seperti dulu. Cantik dan menggemaskan. Rambut hitam Amber tampak begitu mencolok di tengah keramaian, wajahnya begitu putih dan mulus, dan tubuhnya tinggi dan berlekuk bak gitar spanyol.
"Hanya tinggi dan bentuk tubuhnya saja yang berubah." Dalam ingatan Luke, Amber begitu pendek dan berisi. Terlebih pipi Amber, sangat chubby. Sasaran empuk untuk dicubit dan digigit.
Pria itu begitu fokus mengagumi Amber hingga tatapan mereka tak sengaja bertemu.
Ia hendak memberikan senyuman terbaiknya, tapi Amber lebih dulu masuk ke dalam taxi.
"Dasar jahat. Kau melarikan diri lagi dariku." Decak Luke gemas sembari masuk ke dalam mobilnya.
"Untuk kali ini, aku akan membiarkanmu karena sudah puas melihatmu setelah sekian lama tidak bertemu. Nikmatilah waktu bersama orangtuamu dan setelah itu, kau harus menikmati waktumu bersamaku."
Luke kembali ke rumahnya. Memantapkan rencana sebelumnya supaya Amber dan keluarga Amber berada di bawah kendalinya.
Ah, Luke tidak sabar menunggu hari esok. Hari dimana dirinya bisa bersama kekasih pujaannya lagi.
Bersambung....
15 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed [HIATUS]
RomanceTakdir mempertemukan mereka. Selalu menyatukan mereka seolah keduanya telah ditakdirkan bersama. Takdir yang berusaha dilawan Amber sekuat tenaga akibat tidak bisa hidup bersama pria seperti Luke, posesif dan obsesif. Akankah Amber mampu melawan ke...