Vote sebelum baca 🌟
Tatapan Luke tampak sangat datar kala menyadari tubuh gadis yang dipeluknya bergetar samar.
Perasaan tidak suka menghantuinya. Marah sekaligus kesal mengetahui kenyataan Amber selalu takut kepadanya. Baik itu dulu, maupun sekarang.
Padahal Luke hanya ingin bersama Amber saja. Bukan ingin menjahati Amber. Akan tetapi, kenapa Amber selalu saja takut dan menghindarinya?!
Luke mencengkram pinggang Amber kuat akibat terlarut dalam pikirannya sendiri.
Tindakannya itu membuat Amber meringis kesakitan dan berusaha melepaskan diri lagi walaupun ketakutan.
"Apa yang kurang dariku sehingga kau selalu kabur dariku, amour?" Tanya Luke tanpa disangka-sangka.
Pertanyaannya tersebut mampu membuat Amber tercengang untuk sesaat.
Gadis cantik itu buru-buru menghapus air matanya dan mendongak. Menatap Luke dengan tatapan tajam. "Kau bertanya karena benar-benar tidak tahu?" Tanyanya sarkas lantaran terlalu kesal.
Ah, Luke selalu saja membuatnya terlihat seperti orang jahat. Menjengkelkan.
"Aku berusaha kabur darimu karena aku tidak mencintaimu!" Teriak Amber kencang, tepat di depan wajah Luke. Meluapkan emosi terpendamnya selama ini sedangkan Luke mematung di tempat mendengar jawaban menusuk Amber.
Mata gadis itu berkilat marah. "Asal kau tahu, kehadiranmu itu sangat menganggu di dalam hidupku. Kau selalu membuatku merasa hidup tertekan dan terkekang. Setiap kali melihatmu, aku selalu merasa sulit bernafas. Kau dan tingkahmu itu membuatku sangat tercekik. Bahkan di saat aku pergi jauh darimu, hatiku masih tidak bisa tenang. Aku takut kau tiba-tiba muncul dan menganggu kedamaian hidupku lagi. Lantas, apakah itu salahku?! Salahkah aku jika ingin hidup nyaman tanpa gangguan mu?"
Luke menggeram kesal mendengar setiap deretan kata yang keluar dari mulut gadis pujaannya. "Kau bisa mengatakannya kepadaku jika kau merasa tertekan. Bukannya malah pergi begitu saja tanpa satu patah kata pun!"
Luke mengguncang bahu Amber frustasi. "Aku bisa berubah untukmu, amour. Aku bisa melakukannya asalkan kau menetap di sisiku."
Amber tertawa sinis. "Bullshit! Sampai kapanpun, kau tidak akan pernah berubah. Itu semua hanya omong kosong mu saja."
Bukannya tidak pernah Amber mencoba berkomunikasi, tapi Luke tetaplah Luke. Keras kepala dan egois. Melakukan apa yang ingin dilakukannya tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain.
"Baiklah. Anggap saja itu omong kosong belaka. Lagipula mulai sekarang kau tidak akan bisa pergi dari sisiku." Seringai Luke. Menggendong tubuh Amber dan mendudukkan di meja kerjanya.
"Kau tidak punya pilihan lain, amour." Kekehnya menyebalkan sehingga membuat Amber melayangkan tamparan di pipi kiri Luke.
"Brengsek!"
Bukannya marah, Luke malah tersenyum manis dan menahan kedua tangan Amber menggunakan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya mengusap pelan pipi Amber. Mengabaikan tatapan murka Amber.
"Kenapa kau semakin bertambah cantik, amour?"
Amber mendecih kesal seraya membuang pandangannya ke arah lain. Tak Sudi menatap Luke.
"Kau membuatku merasa cemas. Bagaimana kalau pria lain menaruh perhatian kepadamu?"
Penyakit lama Luke kembali kumat. Memuji kecantikan Amber, ketakutan sendiri, dan berakhir....
Amber terlonjak kaget kala Luke mencium lehernya. Ia berusaha memberontak tapi apalah daya, kekuatannya tak sebanding dengan Luke. Akhirnya, gadis itu pun memejamkan matanya pasrah.
"Tidak ada cara lain, selain meninggalkan jejak ku padamu." Kekeh Luke tanpa dosa, membuat Amber menggertakkan gigi kesal.
Yah, begitulah Luke. Selalu berakhir meninggalkan kiss Mark di lehernya setiap kali takut dirinya dilirik pria lain.
"Kau benar-benar brengsek!" Desis Amber marah tapi juga lelah.
Lelah menghadapi tingkah Luke.
"Hehe."
Amber menarik nafas dalam-dalam. Dirinya selalu saja dirugikan setiap kali berurusan dengan Luke.
Marah pun percuma. Luke tidak akan terpengaruh oleh kemarahannya. Luke malah semakin bersemangat melihatnya marah.
"Apa saja yang kau lakukan setelah pergi dariku, amour?" Tanya Luke kembali lembut.
Amber mendelik sinis dan menjawab ketus. "Bukan urusanmu."
"Apakah kau pernah berpacaran dengan pria lain selain aku?" Mata Luke menyipit curiga.
"Bukan urusanmu." Jawaban Amber masih sama seperti jawabannya tadi sehingga membuat Luke kesal.
"Itu semua urusanku! Apapun yang berhubungan denganmu adalah urusanku!" Tekannya.
"Oh."
Luke menggeram. Kemudian, mencengkram dagu Amber pelan. "Ingatlah, amour. Aku masih pacarmu! Kita belum putus sejak sepuluh tahun lalu."
"Aku tidak pernah menganggapmu pacarku."
Luke tertawa mengerikan. Membuat Amber ingin kabur saat itu juga.
"Baiklah. Mungkin di masa lalu kau tidak menganggapku sebagai pacar, tapi di masa sekarang, aku akan membuatmu menganggapku sebagai pacarmu. Aku akan membuatmu bergantung kepadaku dan tidak bisa lepas dariku!"
Amber menghela nafas lelah melihat betapa berambisinya Luke. "Sebenarnya apa yang kau lihat dariku sehingga sangat terobsesi kepadaku? Bukankah di luar sana banyak wanita yang lebih cantik dariku dan bersedia mengantri menjadi pacarmu? Tapi, kenapa kau malah memaksakan perasaanmu kepadaku? Kenapa kau sangat suka mempersulit dirimu sendiri?"
Luke tertekuk kesal mendengar ucapan Amber. Pria itu meletakkan kepalanya di bahu Amber. "Karena aku sangat mencintaimu, amour." Bisiknya lirih.
"Tapi, aku tidak mencintaimu. Lebih baik kau segera move on dan mencari perempuan yang lebih baik dariku."
Luke tiba-tiba menegakkan kepalanya. "Aku tidak peduli! Aku akan tetap mencintaimu meskipun kau sangat membenciku."
Pria itu memeluk Amber dan mencium bibir Amber secara paksa. Mengabaikan rontaan dari gadis itu.
"Aku mencintaimu, amour." Bisik Luke, lalu kembali mencium bibir Amber seolah tak ada hari esok.
Ciumannya bahkan semakin liar dan menggebu-gebu, membuat Amber ketakutan sekaligus panik bukan main.
Akibat terlalu ketakutan, Amber pun meraih apapun yang bisa diraihnya dan menusukkannya ke perut Luke.
Luke menghentikan ciumannya dan menunduk, menatap perutnya. "Kau menusukku dengan pisau?" Tanyanya tercengang.
Amber juga ikut tercengang menyadari hal itu. Ia semakin tercengang ketika Luke meringkuk kesakitan di hadapannya.
"Aku tidak bermaksud begitu, tapi karena kau mengabaikan rontaanku, aku...."
Luke tertawa kecil melihat wajah kalut Amber. "Hei, tenanglah. Aku baik-baik saja."
Bersambung....
23/6/23
Ayok vote dan komen!
Semakin banyak komen, semakin cepat updatenya><
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed [HIATUS]
RomanceTakdir mempertemukan mereka. Selalu menyatukan mereka seolah keduanya telah ditakdirkan bersama. Takdir yang berusaha dilawan Amber sekuat tenaga akibat tidak bisa hidup bersama pria seperti Luke, posesif dan obsesif. Akankah Amber mampu melawan ke...