15// Batu Hati

31 7 0
                                    

▼△▼△▼△▼△

.

.

Gemuruh petir terus menggelegar, sudah berkali-kali langit mengeluarkan suara nya, namun sampai saat ini belum juga kunjung mengeluarkan buah-buih air hujan. Kamis siang yang biasanya terang, hari ini tidak lagi. Membuat siapa saja enggan untuk melakukan aktifitasnya, jika suasana buruk seperti ini pasti rasa malas seketika memenuhi kehidupannya. Hanya orang-orang bersyukur yang mampu menerimanya dengan kesenangan.

Tapi bagi Yoga, kesenangan nya pupus begitu saja. Mengingat suatu hal yang akhir-akhir ini terus membuat hati nya membatu. Susah payah Yoga menahan mood buruk nya agar tidak keluar, tapi seorang yang terlintas kilat mampu membuat amarah nya kembali naik.

Yoga mencoba memusnahkan hati nya yang membatu, pemuda itu mencoba terus berjalan tanpa menghiraukan sekitar. Namun baru dua langkah, tubuhnya kembali berhenti bersamaan dengan rintik hujan yang akhirnya berderai. Yoga memandangi aspal jalanan yang sedikit demi sedikit terbasahi oleh rintik air hujan, ia termenung sekejap, lantas tanpa memikirkan resiko- Yoga berbalik badan dengan langkah kaki yang tergesa.

Bugh!

Tangan Yoga masih terkepal, rasanya masih ingin memukul wajah Nendra yang memerah. Ia hanya mau mendengar alasan Nendra, mengapa laki-laki itu mencari masalah dengan saudaranya- sebelum ia benar-benar menghabisi Nendra.

"Lo!" jari telunjuk Yoga menunjuk kasar tepat di hadapan wajah Nendra. Membuat laki-laki itu menggeram semakin kesal. "Lo ga pantes buat hidup!!"

"Dan lo, mending cari cowok lain dari pada ditelan sama bajingan ini!!" Yoga menatap gadis di samping Nendra nyalang, gadis yang mungkin sudah terbius oleh ucapan konyol Nendra.

"Apa urusan lo?!" Nendra jelas naik pitam, ia menahan untuk tidak membalas pukulan Yoga, tapi nyatanya Yoga membuatnya semakin marah.

"Karna lo ga cocok di sebut cowok! Mulut lemes, ga punya hati dan bajingan!!"

"Ouh! Jadi lo belain sodara lo itu?" suara nada Nendra sudah naik, dengan begitu tidak membuat Yoga takut sama sekali.

Yoga justru tertawa kecil, meremehkan ucapan Nendra sebelumnya. "Karna Benta keluarga gue, lo ga ada hak buat ngelarang gue bela dia." ujarnya lantang.

"Lo... Yoga mantannya Tasa kan?" gadis di sebelah Nendra berucap kecil, sebenarnya ia tak mau ikut campur dengan urusan sang kekasih, tapi melihat lawannya mirip-mirip dengan mantan kekasih sahabatnya, membuatnya ingin memastikan.

"Gue sama Tasa belum putus, dia masih pacar gue."

"Loh? Tasa bilang sama gue udah putus sama lo deh."

Ucapan Laya cukup mengejutkan bagi Yoga, dengan jelas Yoga mengingat bahwa status nya saat ini masih sama, yakni kekasih Tasa yang saat ini hanya sekedar rehat, bukan berarti selesai.

"Gue ga peduli."

Yoga mencoba menetralkan pikiran nya yang semakin berantakan, ia masih terus mencoba membuang bayang-bayang ucapan Laya tadi.

Yoga mencoba kembali memberi atensinya penuh pada Nendra, mencoba meminta jawaban atas pertanyaan sebelumnya. "Lo udah punya cewe, kenapa masih deketin Kabinar?!"

"Apa peduli lo?" Nendra menaikan wajahnya, sedikit mendongak- menambah kesan angkuh pada wajahnya. "Gue mau jalan sama Kabinar, mau jalan sama Aya, lo ga perlu peduli."

"Kabinar cewe saudara gue, yang artinya itu juga masalah gue. Justru lo! -- yang seharusnya ga ikut campur urusan mereka. Lo laki tapi ngapain gatel si?"

GELANTUNG || Segera Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang