04// Dunia Bertipu Daya

121 16 1
                                    

▼△▼△▼△▼△

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▼△▼△▼△▼△

Bagaimana mungkin ucapan ibu Kabinar tidak menyakiti hati Bentala? Sikap, ucapan bahkan perilaku yang Benta terima. Rasanya marah sekali, bapak dan ibu yang tidak tahu masalah ini jadi ikut andil dalam masalahnya dengan ibu Kabinar. Bahkan mengatai hidup bapak dan ibu yang tidak semestinya, walaupun Benta tidak pernah merasakan kehadiran bapak dan juga ibu, tapi rasa sakitnya tetap melekat pada hatinya.

Mas Damar sudah berusaha untuk terus membujuk Benta untuk menceritakan kejadian tadi siang, tidak seperti biasanya Benta sulit untuk di bujuk.

Mencubit sekalipun tidak membuat Benta menggubris kedatangan Damar, bocah itu terus meringkuk di atas kasurnya dengan terus mengingat ucapan Ibu Kabinar.

"Ben, udah mau maghrib loh, udah asharan belum??"

"Asharan dulu, mamas tunggu di ruang tengah sama yang lain, harus ke sana loh pokoknya."

Benta mengerang, entah jawaban setuju atau tidak, Damar tidak bisa memastikan. Tanpa menunggu jawaban lain, Damar akhirnya lebih memilih untuk keluar dari kamar Benta.

Lagian, sudah lama ia bicara tanpa jawaban di sana. Sedikit kesal sebenarnya, tapi keadaan Benta juga perlu dibujuk. Benta itu tipikal orang yang berusaha nutupin semua masalahnya, tapi nyatanya penutup itu tidak terkunci. Membuat siapa saja tau bagaimana keadaan dirinya, walaupun tidak semua hal, tapi jika seperti ini memang sudah biasa bagi mereka semua.

Benta juga termasuk orang yang butuh perhatian banyak jika sedang tidak baik-baik saja, tetapi perhatian yang orang lain beri selalu sulit untuk dikelola dirinya.

Melewati beberapa orang di ruang tengah juga tidak mampu bagi Benta untuk mengalihkan rasa sakitnya, bahkan mengetahui pandangan mereka justru membuatnya seolah menjadi orang paling tersakiti.

Cukup lama simbah dan cucu-cucunya menunggu kedatangan Benta, hingga akhirnya bocah itu datang dengan kaos hitam dan sarung coklat yang melilit di pinggangnya.

"Duduk, Ben." simbah berucap ketika melihat Benta yang hanya berdiri lesu menghadap ke arahnya.

"Eumm,"

"Ian, pintunya udah di tutup?"

"Sudahhh, Mbahh."

Simbah hanya mengacungkan jempol tangannya pada Ian, kemudian kembali terfokus pada Benta yang duduk di hadapannya. Di sebelah Benta ada Deka dan juga Damar, kursi-kursi yang lain juga sudah penuh ditempati oleh yang lain.

Yoga iseng memutar salah satu musik favorit Benta melalui ponselnya, alih-alih mendapat amukan dari Benta, kini justru lirikan kecil darinya. Mungkin Benta sedang tak mau memusingkan music kesukaannya hanya karna diputar oleh Yoga.

"Masalah Ibu Kabinar?"

"Atau masalah kamu sama Kabinar?"

"Opsi awal," sahut Benta.

GELANTUNG || Segera Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang