"Kata temen saya—"
"Kata temen, kata temen. Kita lagi nggak ngomongin temen! Ini kita lagi ngomongin pajak!"
Ayya tersentak mendengar ucapan atasannya yang sejak pagi masih membahas hal yang sama dengannya; masalah pajak di perusahaan tempat Ayya bekerja.
Gawat. Ia memang sudah menduga sesuatu akan terjadi, tetapi bukan tentang dia dan bosnya juga! Kenapa malah ribet sejak pagi sih?
"Iya Pak, saya nanya ke temen saya yang orang pajak kalau memang—"
"Saya juga punya temen orang pajak, tapi jawabannya beda sama jawaban kamu!"
Menghela napas. Ayya memejamkan matanya dan mencoba untuk mengatur emosinya.
"Ya udah, saya konsultasi dulu ke kring pajak lewat telpon, nanti bapak yang ngobrol sama mereka ya?"
"Kok saya yang ngobrol sih? Ya kamu lah!"
'Kan yang nggak percaya dari tadi bapak! Bukan saya!'
Kata-kata itu hanya sampai di tenggorokannya, tak sanggup Ayya ungkapkan karena ia tahu apa yang akan dikatakan oleh bosnya.
Ayya memutuskan untuk keluar dari ruangan bosnya dan kembali ke mejanya. Ia masih mempunyai masalah yang sama; denda yang tiba-tiba muncul pada bosnya dari kantor pajak sementara bosnya bersikukuh tak ingin membayarnya, padahal solusinya hanya satu; bayar. Sudah. Itu saja. Tapi bosnya malah memilih jalan sulit dengan cara berdebat dengan Ayya sejak pagi, dan satu lagi ... Ia meminta Ayya mencari jalan keluar lain yang mana Ayya sendiri juga tidak tahu apa jalan keluarnya.
"Gimana ya," gumam Ayya,
Ia memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan berjalan menuju telpon, "Masa bodoh. Kita telpon dulu kring pajaknya."
"Nggak ada yang tahu kalau nggak nyoba," gumam Ayya lagi.
Ia memencet beberapa nomor dan menunggu telponnya tersambung.
Saat ini, kring pajak sedang melayani pelanggan lain. Silakan menunggu.
Memejamkan matanya, Ayya memutuskan telponnya sejenak lalu menghubungi nomor yang sama sekali lagi.
Saat ini, kring pajak sedang melayani pelanggan lain. Silakan menunggu.
"Nggak apa-apa, ayo kita war telpon," kata Ayya.
Lagi, setelah memutuskan sambungannya, Ayya menghubungi nomornya lagi.
Saat ini, kring pajak sedang melayani pelanggan lain. Silakan menunggu.
"Aaargg! EMOSI!"
****
"Emang Juna tuh dari dulu suka mabok-mabokan gitu ya?"
Zena membuka suaranya saat Tirta baru saja masuk ke dalam rumah mereka saat pulang kerja.
"Ya Allah, menyambut suami pulang dengan gunjingan?" tanyanya.
"Ih. Aku kan belum pernah diceritain sama kamu lengkapnya gimana. Soalnya, Juna nggak kelihatan kayak anak-anak nakal gitu deh. Lihat sendiri kan dia ke baby kita gimana, segitu sayangnya."
Tirta menghela napasnya, "Bukan nakal sih, emang hobi aja dia mah minum."
"Apa bedanya sama mabok-mabokan?" tanya Zena.
KAMU SEDANG MEMBACA
I (Don't) Need A Man
RomanceI pay my rent with my money I buy my own food, I buy my own clothes It may not be enough but I know how to be satisfied That is why I love myself (Miss A - I don't Need a Man) Terlalu lama menggantungkan hidupnya pada diri sendiri membuat Ayyara Ca...