3

48 25 5
                                    

~HAPPY READING~

*
*
*

Di balkon kamar seorang gadis menatap langit dengan sendu,perasaan yang bercampur aduk, situasi yang kacau membuatnya depresi.

"Ma, aku cape aku ingin segera pergi dari neraka ini.  Aku cape terus disiksa sama papa, papa dulu sayang sama aku tapi kenapa papa sekarang berubah?" Mati matian ia menahan butiran air asin yang akan membasahi pipinya.

"Aku benci papa yang sekarang ma."

Langit yang gelap tanpa satupun bintang yang mendampinginya ditatap dengan lekat oleh sepasang mata biru yang indah. Ia tersenyum menyiratkan rasa sakit atas alur hidupnya yang begitu menyedihkan.

"Hidupku suram karena cahayaku telah hilang, semuanya telah direnggut dariku. Dan kini, hanya mama yang menerangi setiap langkahku."

"Jika Seandainya mama juga ninggalin aku, aku... pasti akan kehilangan arah.jadi mama jangan pernah pergi dari sisiku."

"Dan aku tak akan pernah bisa mengenali diriku sendiri, sekarangpun aku mulai kehilangan jati diriku."

"Ma, aku kangen kita yang dulu bahagia. Aku kangen liat mama yang tertawa lepas"

"Aku kangen aku yang dulu ceria tanpa menutupi luka, aku cape terus terluka seperti ini."

"Aku cape liat mama nangis terus, aku pengen kita bahagia."

"Luka ini tak kunjung kering, ma."

"Semakin terasa sakit... Disini, di dada" tangannya meremas kuat dada yang terasa sesak, mata yang terasa berat karna air mata yang terbendung namun air itu sudah tak bisa dibendung lagi.

"Saking sakitnya, rasanya aku akan gila. Saking sakitnya, rasanya aku ingin mati."

"Tapi aku punya mama yang harus ku lindungi, jadi aku mencoba bertahan." sebelah tangannya lagi mengusap usap leher yang terasa sesak seolah ingin sesuatu yang membuat lehernya sakit bisa keluar.

"Ma.. dadaku sesak aku sulit bernafas, rasanya aku seperti tercekik sesuatu, rasanya sakit." lirihnya dengan suara tercekal. Ia terisak seorang diri tanpa ada seorang pun yang mampu menjadi sandaran atau sekedar menenangkannya.

"Siapapun please, bawa aku ketempat dimana rasa sakit itu tidak ada." ucapnya memohon entah kepada siapa.

Dia menggores pergelangan tangannya sendiri dengan kater yang sedari tadi tersimpan disaku celananya, hingga membuat darah segar mengalir begitu saja dan menetes ke lantai.

Denyutan luka disertai darah yang mengalir membuat jantungnya berdebar. "Aahhh, sensasi ini... Membuatku puas hahahha" tawa yang dibarengi air mata, dengan baju berlumur darah semaki membuatnya terlihat hancur tak berdaya.

Ia terduduk dibawah langit malam yang gelap. di balkon ini, dikamar ini, menjadi saksi bisu atas ketidak berdayaan nya, menjadi saksi atas kehidupannya yang kelam.

Selang beberapa saat dia terdiam disana, sampai akhirnya dia memilih masuk kedalam kamar untuk membersihkan diri.

"Ah, aku mandi dulu deh terus balut luka ini nanti berisik kalo kelihatan bi Asih atau mama." ucapnya sambil menuju kamar mandi.

Saat air mengguyur tubuh mungil yang penuh luka itu, tak hanya di tangan dia merasakan perih di luka yang tersebar di sekujur tubuhnya karena penyiksaan dari sang papa, tapi karna terbiasa ia jadi menikmati denyutan rasa sakit itu.

Axel memiliki beberapa goresan luka di pergelangan tangannya yang belum mengering.

Selesai membersihkan diri juga membersihkan baju yang terkena darah, Axel mengenakan baju lengan pendek dan celana lalu bergegas mengambil kotak P3K untuk membalut luka goresan tadi.

Aku Tak Sekuat ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang