7

26 14 0
                                    

~HAPPY_READING~

*
*
*

"Aku ngapain sih disini?" batin Axel. Saat ini dia berada ditengah tengah bocah bocah sengklek entah apa yang dipikirkannya hingga Axel bisa berada disini dirumah Rafael.

Tadi pagi dirumah saat terjadi percekcokan antara Axel dan Gendra, Axel memutuskan untuk pergi agar emosinya mereda.

Axel tak mau Nata keluar lagi, karena itu akan membuat semuanya menjadi semakin rumit.

Axel pergi ke taman yang semula suasananya yang sunyi berubah jadi berisik gara gara kehadiran bocah bocah ngeselin.

~flashBack~

Pagi hari setelah Axel membantu bi asih mengerjakan pekerjaan rumah dia berniat pergi ke rooftop rumahnya, tempat biasa dia menyendiri dan merenung.

Tepat saat dia akan melangkahkan kakinya menuju ke atas, seseorang memanggilnya.

"ALETHA" Panggil seseorang dengan suara yang begitu keras hingga membuat Axel terkejut.

"Kenapa lagi sih? masih pagi udah bikin ribut aja!" Batin Axel.

Axel hanya menoleh ke arah sumber suara itu dengan ekspresi datar.

"Kamu ini kenapa gak bisa dengerin kata papa sekali aja?" pekik Gendra sambil berjalan dengan hentakan kaki penuh kejengkelan pada Axel.

"Kenapa sih pah? Masih pagi udah ngajak war aja!" balas Axel tak minat untuk berseteru.

"Kenapa nilai kamu turun terus? Guru kamu nelpon papa dia bilang kamu selalu gak fokus belajar, suka bolos, gak ngerjain tugas, dan nilai kamu semakin kesini semakin menurun!" ucap Gendra saat tepat berada di hadapan Axel.

Axel hanya menghembuskan nafas dengan kasar lalu berdecak kesal, baginya itu sudah bukan hal yang penting lagi mau nilainya turun atau meningkat lebih baik, itu gak akan mengubah pandangan Gendra pada dirinya kali ini Axel sungguh tak peduli akan hal itu.

Melihat reaksi Axel yang tenang dan seolah itu hal yang tak penting membuat darah Gendra mendidih "kamu itu benar benar yah, gak bisa diharapkan. coba kamu lihat kakak kamu! Dia pintar dan meraih banyak prestasi bahkan sekarang dia kuliah di luar negri dengan prestasi yang luar biasa, sedangkan kamu? Gak ada yang bisa di banggain dari kamu." Bentak Gendra dengan nafas yang memburu penuh emosi.

Dari Lubuk hati yang paling dalam Axel sungguh merasa sakit dan lelah terus dibandingkan seperti ini, soal prestasi. bahkan dulu jika Axel yang mendapatkan prestasi itu Gendra gak pernah meliriknya sedikitpun tapi jika anak tirinya dia selalu heboh dan membanggakannya.

"Pah, papa liat deh isi kamarku! Liat baik baik pah! Piala yang berjejeran di kamarku hasil kerja kerasku selama ini, apa papa pernah melihat nya? Apa papa pernah bangga dengan prestasi itu? Piala piala itu dulu kupersembahkan untukmu, tapi apa? Apapun yang kulakukan papa g akan pernah melirik kerja kerasku! Aku menyerah untuk itu! Aku gak peduli lagi! Aku cape pah!" balas Axel dengan sedikit ber kaca kaca, sesak di dadanya tak bisa ia usir.

"Kamu kalo dikasih tau ngeyel banget sih!" bentak Gendra.

Percekcokan terus terjadi dan berujung Gendra yang memukul kepala Axel namun berhasil ditangkis oleh axel, untuk menghindari pertengkaran yang lebih memanas Axel memilih pergi ke suatu taman untuk menenangkan diri.

Aku Tak Sekuat ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang