BAB 3

189 26 9
                                    

Sore ini, Kenzie tak jadi mampir ke rumah Freya. Ia tak memiliki gairah apapun. Kalimat Freya benar-benar membuat segalanya terasa hambar.

Jadi Kenzie berencana mengakui perbuatannya esok hari saja. Ketika semua sudah dapat Ia pahami dan terima.

"Papa pengin Kenzie ngenalin pacar Kenzie, kan?"

Keenan terlonjak kaget dari duduknya, bahkan koran yang ada ditangannya melayang ke lantai.

"Astaga dragon! Sejak kapan kamu berdiri disitu? Udah berani, ya, masuk nggak ngucapkan salam." Kata Keenan seraya mengelus dadanya.

"Papa pengin Kenzie ngenalin pacar Kenzie, kan?" Kenzie bertanya ulang karena tidak mendapat jawaban.

Keenan terdiam, dalam hati Ia berpikir mengapa Kenzie datang-datang langsung menanyakan itu? Raut wajahnya juga terlihat putus asa.

Matanya meneliti penampilan Kenzie dari bawah hingga atas. Apa jangan-jangan anaknya sudah menemukan seorang gadis yang tepat tapi dicampakkan karena terlalu kaku? atau anaknya ternyata sudah mendapatkan pacar tapi baru dicampakkan karena tidak peka?

"Siapa yang berani mencampakkan kamu, Ken?" Tanya Keenan to the point.

"Cewek yang udah Kenzie perawanin."

Ternyata lebih parah dari semua opsi yang di duga Keenan.

Prang!

Kenzie dan Keenan sontak menoleh ke sumber suara. Disana, ada Fatma yang sudah meneteskan air mata. di bawahnya, ada pecahan gelas kaca dan kopi yang berserakan.

"M-ma..."

"Kenzie, kurang ajar kamu!" Fatma histeris.

"Ma, tenang dulu. Kita dengarkan penjelasan Kenzie. Dia kan, sering ngeprank kita. Dulu dia juga pernah pura-pura meninggal sampai kamu syok dan masuk rumah sakit, ya, kan?" Keenan segera menghampiri Istrinya dan membawanya duduk di sofa.

"Jelaskan, Kenzie!"

Kenzie menelan saliva susah payah, Ia ikut duduk di hadapan orang tuanya.

"K-Kenzie nggak bermaksud untuk... ngelakuin itu."

"Hah? Kamu ini serius nggak sih? Kameranya kamu taruh dimana?" Keenan kebingungan sembari mencari-cari letak kamera yang sebenarnya tidak ada.

"Kenzie, kamu ngelakuin itu karena dijebak, kan? Jawab Mama!"

Kenzie terdiam sebentar, kalau Ia menyeret nama Elang sudah pasti urusannya akan panjang.

"Enggak, Ma. Kenzie... Kenzie suka sama dia."

"Kenzie nyuruh dia datang ke apartemen karena ada yang mau Kenzie kasih. Terus, ya... gitu," Kenzie menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Ia tidak lihai berbohong apalagi masalah yang seperti ini.

"Ini makanya Mama nggak setuju kamu berpisah tempat tinggal sama kami, Ken! Tapi kamu tetap mau tinggal di apartemen."

"Terus gimana? Nggak sabar nih dengarnya!" Keenan mendesak.

"K-Kenzie cium... dia? Awalnya cuman mau sebentar, cup, gitu aja. Tapi rasanya... em..." Kenzie berpikir keras.

"Gimana rasanya Freya? Stoberi? Mangga? Apel?" Suara Elang mendadak terputar.

"Rasa stoberi, Pa!" Kenzie menjentikkan jemari, berlagak mendapat ide.

"Hah?" Keenan dan Fatma terpelongo.

"Apanya yang rasa stoberi?" Tanya Fatma. Air matanya mendadak kering dan seperti akan naik lagi.

"Freya-nya!"

The StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang