BAB 2

276 30 1
                                    


Sinar matahari mengintip dari ventilasi kamar apartemen Kenzie, membuat tidur sang empu terusik.

Pemuda yang tidak memakai atasan itu membuka mata perlahan. Tak sengaja matanya menangkap darah yang jelas berbekas di sprei putihnya.

Kenzie otomatis mengubah posisi menjadi duduk, sebelah tangannya memegang kepalanya yang pusing sembari mengingat-ingat apa yang Ia lakukan tadi malam.

"K-Ken! Jangan!"

Sekelebat ingatan tentang bagaimana wajah panik Freya ketika Ia 'serang' pun muncul, disusul oleh suara-suara 'aneh' yang dikeluarkan Freya ketika Kenzie melakukan hal yang tak seharusnya.

"BANGSAT!" Kenzie berteriak kuat sampai urat di lehernya timbul. Tangan yang tadi memegang kepalanya kini bergerak memberi pukulan kuat-kuat yang berulang.

"BANGSAT LO KEN!"

Kenzie hilang akal, Ia mengambil pakaian yang berserak di bawah lantai dan memakainya.

Saat ini, Kenzie harus menemui Elang.

"Woi, dek! Pelan-pelan dong!" Seru beberapa warga ketika Ia hampir hilang kontrol dalam berkendara.

Kenzie tak merespon, Ia semakin mempercepat laju motornya.

Biasanya pada hari minggu, Kenzie akan menghabiskan waktu di apartemen sembari menonton anime Boruto. Tapi kini, hari minggunya benar-benar kacau sekali.

"Kenzie?" Dahi Elang berkerut samar melihat kehadiran Kenzie di pekarangan rumahnya. Kebetulan Ia sedang bersiap pergi menuju rumah Amel.

Tak lama, Elang tersenyum manis. Matanya terus mengekori Kenzi yang kini melangkah lebar ke arahnya, "Kalau nggak berterimakasih, pasti mau minta lagi—"

Namun monolognya terhenti saat satu bogeman mentah dilayangkan oleh Kenzie tepat pada rahang Elang sehingga pemuda itu terhuyung ke belakang.

Elang meringis pedih sembari memegang rahangnya yang tertinju.

"Maksud lo apa, Ken?!"

"Lo yang maksudnya apa!" Kenzie menarik kerah baju Elang. Sangat kuat hingga urat-urat dilengannya timbul.

"Yang tadi malam? Gimana rasanya Freya?" Elang menaikkan alis, "Stoberi? Mangga? Apel? Sorry nggak level, dong."

"Nggak lucu, bangsat!" Kenzie semakin naik pitam.

"Ken, Ken. Lagian lo tuh nggak pernah sama sekali nunjukin ketertarikan sama cinta. Gue, Bani, sama Roy juga ragu kalau lo straight! Freya itu cantik, baik, tulus, bodynya juga oke! Nggak masuk akal kalau elo nggak tertarik sama dia yang udah ngejar lo selama dua tahun!"

Kenzie semakin kesetanan saat Elang dengan gampangnya mengakui tubuh Freya yang memang bagus.

Entah kenapa, Kenzie tidak suka mendengarnya.

"Biadab lo! Bukan hanya Freya, Lang! Tapi gue juga menjaga keperjakaan gue dari lahir!" Kenzie menarik rambutnya frustasi.

"Dan satu lagi. Gue nggak gay, gue lurus, Lang! Lo nggak percaya sama sahabat lo sendiri, hah? Lo nggak percaya?!"

Elang meludah ke tanah karena merasakan bagian dalam mulutnya amis. Ternyata benar, darah segar keluar bersama dengan salivanya.

"Gila, mukul pake khodam yang mana lo?" Elang kembali meludah ke tanah.

"Eh, Ken. Dari pada marah-marah sama gue, mending lo nyari Freya. Mamanya Freya hubungin Amel, katanya Freya nggak pulang-pulang. Lo nggak mau bertanggung jawab?" Pertanyaan Elang membuat raut wajah Kenzie keruh.

"LO YANG HARUSNYA TANGGUNG JAWAB!" Bentak Kenzie. Wajahnya merah padam.

"YA INI GUE JUGA MAU TANGGUNG JAWAB NYET!" Elang balik membentak.

The StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang