BAB 12

65 9 5
                                    

Saat ini, Kenzie tengah memperhatikan gerak-gerik Serenade yang tampak asyik bermain boneka barbie. boneka tersebut mereka beli selepas pulang mengantar Freya ke cafe tempatnya bekerja. Mereka beli tanpa sepengetahuan Freya, takut wanita berusia 24 tahun itu marah saat mengetahuinya.

Kenzie menjauh beberapa meter dari Serenade, namun Ia masih memperhatikan anak gadisnya.

Kenzie membuka ponsel dan menelepon seseorang di seberang sana.

"Halo, Ken? Ada apa?" Sebuah suara yang sudah lama belum Kenzie dengar akhirnya terdengar pada sambungan telpon.

"Lang, Gue ketemu sama Freya." Kata Kenzie to the point.

"Serius? Ntar cuman mirip doang? Lo soalnya pernah salah orang dulu."

"Ini beneran Freya! Freya Anastasia."

"Bukan halusinasi? Mana tau saking depresi."

"Mulut elo pengin gue jahit."

"Kok bisa ketemu? Dari informasi anak buah lo?"

"Bukan. Waktu itu gue mau ke mall, janjian sama partnership. Terus pas di parkiran, Seren nggak sengaja nabrak gue. Gitu aja gue bisa ketemu sama Freya."

"Terus, terus, Freya gimana?"

"Dia makin cantik, tapi lebih kurusan dari yang dulu. Dia kerja di cafe temennya. Terus, Lang. Dia punya anak yang namanya Serenade!"

"ASTAGHFIRULLAH!"

"Anak kami!"

"LAH, ALHAMDULILLAH! DEMI APA LO KEN?! BARU MASUK SEKALI UDAH STRIKE?"

"Gue juga masih belum tau kebenarannya. Tapi firasat gue, Seren darah daging gue, Lang. Soalnya tatapan Seren mirip sama gue. Trus, Seren juga nggak suka makan permen. Udah gitu, umurnya baru 4 tahun. Otomatis, dia dibuat 5 tahun lalu, kan?"

"Dibuat, dibuat. Lo kira anak elo itu rencana proyek?"

"Serius, Lang. Apa perlu tes DNA diam-diam?"

"Jangan deh, Ken. Menurut gue juga, dia emang anak lo kalau misalnya dia anak kandungnya Freya. Gue sangat amat percaya Freya cewek baik-baik. Nggak mungkin abis dari lo, dia gituan lagi sama orang lain. Eh tapi, Freya udah nikah belum? Kalau udah, kemungkinan besar bukan anak lo."

"Belum, dia belum menikah. Dan yang paling parahnya, Seren ngira si Sean bapak kandung dia sendiri."

"Demi apa? Sean sepupu gue? Sean Wijaya?"

"Siapa lagi emang sepupu lo di Bandung."

"Kok Sean nggak cerita apa-apa ke gue?"

"Mungkin dia nggak anggap serius kali. Soalnya dia sukanya sama temen si Freya, Windi namanya."

"Ah, iya. Windi. Gue pernah dengar nama dia—WOY! FREYA TEMENAN SAMA WINDI?!"

"Iya. Gila banget, kan? Ternyata bumi itu emang bulat, bukan persegi kayak yang lo bilang."

"Lo masih mau balik sama Freya, kan?"

"Iya lah! Lo tau sendiri seberapa gila usaha gue buat nemuin Freya. Eh, dia datang sendiri ke gue."

"Kalau gitu lo harus cari tau tentang Windi. Lo baikin deh dia. Mana tau dia tau alasan Freya kabur dan ngejauhin elo. Nggak mungkin kan, kalau Freya bawa diam sampai 5 tahun? Ditambah lagi kehadiran Seren mau nggak mau buat dia harus cerita yang sebenarnya."

"Iya, ini gue lagi usaha cari tau tentang Windi Juwita."

"Gue do'akan berhasil. Gue sama Amel di sini juga pengin cepat-cepat ketemu Freya, mau minta maaf dengan tulus!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang