BAB 6

140 22 5
                                    

Esok harinya, Kenzie kembali bersekolah. Ia terlihat segar dan tampak lebih manusiawi dari pada sebelumnya. Roy, Bani dan Elang kini tengah berdiri sambil memakan snack ringan yang dibelikan oleh Amel tadi, sambil memandangi Kenzie yang bermain basket sendirian di lapangan.

"Kenzie udah depresi atau lagi kesambet setan?" Tanya Bani asal.

Baru kemarin Ia lihat Kenzie lesu dan putus asa. Sekarang sudah seperti Kenzie yang biasanya.

"Opsi pertama lebih masuk akal," Jawab Roy serius.

"Kenzie nggak bisa berubah secepat itu, pasti yang kita amati bukan dia. Tapi hantu." Elang melebarkan kedua matanya, menakut-nakuti.

"Jangan gitu dong, Setan! Gue paling nggak bisa soal hantu-hantuan. Trauma gue pernah di jahilin sama Mbak kun," Bani memukul pantat Elang kuat-kuat.

"Lo di jahilin karena suka bohong kali," Kata Roy.

"Bohong demi kebaikan ya nggak apa-apa."

"Enak aja! Bohong ya tetap bohong. Nggak ada istilahnya bohong demi kebaikan. Kebaikan apa? Kebaikan lo sendiri?" Elang geleng-geleng kepala.

"Eh itu liat, si Andini." Bani menunjuk arah Kenzie, dimana ada Andini yang baru saja datang dan memberinya sebotol minuman.

"Setelah Freya nggak ada, Andini ini jadi gencar banget nggak sih, mendekati Kenzie?" Roy mengusap dagunya, berpikir ala-ala seorang jenius.

"Andini si cewek pendiam, gue kira dia bakal terus mendam perasaannya sampai Kenzie dan Freya nikah. Gerak cepat juga dia." Sahut Elang.

"Kalian dukung siapa?" Tanya Bani, sudah seperti supporter sepak bola.

"Freya lah, jelas! Udah di coblos paketu soalnya." Jawab Roy.

"Dari awal gue dukung Freya, bukan karena dia sahabatnya Amel. Tapi karena gue baru lihat ada cewek yang effort nya gede banget untuk Kenzie. Dicuekin Kenzie aja dia nggak langsung putus asa, malah makin semangat. Heran gue sama pikiran tuh cewek." Elang tertawa kecil saat mengingat bagaimana Freya dulu.

Freya mendekati Elang melalui Amel, untuk menggali informasi tentang Kenzie. Elang awalnya tidak mau, tapi karena Amel memohon dan bilang kalau Freya bisa aja jadi orang gila karena Kenzie, Elang akhirnya mau.

Elang kira Freya sama seperti perempuan lain, yang sifatnya menye-menye. Tapi Freya beda. Ia punya semangat yang kuat, jalan pikirannya pun kadang sulit untuk dipahami Elang karena selalu ada ide jenius yang keluar darinya.

Ide jenius untuk mendekati Kenzie, maksudnya.

"Lo suka, sama Freya?" Tanya Roy.

"Suka ekor lo sembilan!" Elang tak terima.

"Kurama dong," Sahut Bani di luar nurul.

"Bukan suka. Elo pada kalau udah kenal Freya, pasti bakal kayak gue juga." Jawab Elang jujur.

Dia memang tidak menyukai Freya, hanya saja takjub dengan segala tingkah gadis itu.

eh, wanita.

"Mau ke kos gue, nggak? Kita ngumpul kayak biasanya." Ajak Roy.

Roy adalah anak rantau. Dia asli orang Yogyakarta. Namun ada suatu alasan mengapa Roy memilih untuk merantau ke Jakarta. Kos yang ditempati Roy memang sangat nyaman, kos khusus pria. Lingkungannya pun asri. Tak heran jika mereka berempat sering berkumpul disana. Apalagi Roy selalu menyiapkan berbagai macam makanan ringan, yang bisa disantap oleh mereka berempat.

"Boleh tuh, udah lama nggak mabar." Kata Bani.

***

Bel pulang sudah berbunyi 5 menit lalu. Amel, Roy, Bani, Kenzie dan Elang sudah di parkiran. Mereka mengobrol sembari menunggu parkiran sepi.

The StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang