Sebuah pintasan portal penghubung Bumi manusia dengan langit tingkat dua mendadak terbuka di cakrawala. Semburat cahaya kebiruan yang nyaris tidak bisa dilihat oleh mata normal perlahan menyinari turunnya sepasang makhluk dari atas sana. Keduanya memiliki rupa nyaris sama dengan manusia biasa, hanya saja mereka adalah penduduk langit kedua.
Salah satunya adalah seorang wanita, dan satunya lagi laki-laki. Mereka sama-sama mengenakan pakaian serba putih. Setiap langkah mereka adalah cahaya, jadi kemanapun mereka pergi, cahaya putih akan terus menyinari mereka. Kali ini, si wanita bertugas sebagai penunjuk dan pemberi arahan.
Mereka berjalan menuju salah satu SMA di Ibukota. Bangunan yang didominasi warna abu muda dan putih itu mentereng begitu tinggi, dengan papan besi terpampang tepat di samping gerbang bertuliskan 'TERAKREDITASI A'. Sekolah favorit itu akan menjadi target mereka saat ini.
Si Wanita Putih sudah berniat untuk masuk ke dalam sekolah, namun pria di sampingnya hanya diam sambil menatapi gedung sekolah itu.
"Ada apa? Bukankah paling tidak tempat ini lebih baik dari sebelumnya?" kata Wanita Putih sambil melepas kacamata-nya.
Pria Putih itu menggeleng, kemudian mengikuti langkah si wanita untuk masuk ke sekolah itu. Sayang sekali, dengan penampilan yang mencolok seperti ini, tak ada seorangpun yang bisa melihat wujud mereka.
Mereka mulai menyusuri tiap-tiap lorong dan naik menuju lantai dua, sampai akhirnya keduanya tiba di salah satu ruangan bertuliskan 'PERPUSTAKAAN'. Ruangan yang hampir separuhnya berisi buku itu kini cukup sepi. Jam istirahat adalah jam-jam ramai, namun tak banyak yang mengunjungi perpustakaan. Hingga di bagian ruang baca outdoor terdapat salah satu siswi sedang duduk sambil membaca setumpuk buku pelajaran.
Kedua makhluk putih itu mengamatinya dari sisi yang berseberangan. Kemudian si wanita membisikkan sesuatu, "Dia target kita kali ini. Aku akan memberimu waktu satu tahun, cukup?"
Pria Putih menatap gadis itu sekilas. Lalu dia beralih menatap Wanita Putih. "Apa tidak bisa lebih?"
Wanita Putih berdecak sebal, "Kau pikir kita bisa bernegosiasi tentang hal ini?"
Pria Putih terdiam, lalu melirik ke arah gadis berseragam abu putih itu lagi. Tiba-tiba ada perasaan sesuatu yang muncul di pikirannya. "Apa kau tidak merasa kasihan? Bahkan kini dia sendirian.." bisiknya lirih, disusul hembusan napas kasar dari wanita di sebelahnya.
"Dua tahun,"
"Empat."
"Kau gila?" Wanita Putih terbelalak. Ia tak percaya dengan waktu yang ditentukan 'partner' nya untuk misi kali ini. Kini wajahnya mulai berubah dari kesal menjadi sangat jengkel.
"Bagaimanapun juga, aku yang menjalaninya. Lagipula sudah lama aku tidak turun ke dunia manusia, jadi apa salahnya?"
Dang, perempuan berambut pirang itu sudah hampir mencabik wajah pria yang baru saja melontarkan kalimat itu. Ia sekali lagi menghela napas, lalu mau tidak mau menyetujui paparan laki-laki keras kepala, daripada emosinya benar-benar menghanguskan sekolah ini.
"Baiklah, 3,5 tahun."
Tiga setengah tahun, mungkin bukan waktu yang singkat bagi manusia di Bumi. Namun bagi 'mereka', itu hanya terasa seperti beberapa bulan saja. Pria Putih spontan mengembangkan senyumnya, sangat jarang partner-nya itu mau memberikan tambahan waktu, walaupun mungkin dalam kurun waktu kurang dari setahun saja dirinya sudah bisa menyelesaikan misinya. Entah apa yang kali ini membuatnya terenyuh pada sang target sehingga dia meminta waktu tambahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehilangan [Cover Sementara]
FantasyTentang berapa lama masa kita akan habis bersama orang itu. Saat hitungan mundur itu tiba, semuanya akan menghilang dan serpihan kenangan tak tersisa sekeping pun. Bukankah suatu keajaiban jika memori itu tidak hilang? Namun bagaimana jika 'dia' ada...