6-Empat Tepat

15 1 0
                                    

Jam-jam terakhir, adalah momen-momen nanggung bagi seluruh siswa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam-jam terakhir, adalah momen-momen nanggung bagi seluruh siswa. Langit sudah tidak terlalu panas, namun kondisi rimbunnya sekolah membuat siapapun di jam itu akan merasakan energi kuat dari rasa kantuk. Tak jarang, siswa-siswi bandel yang memang sudah jadi langganan BK, membolos atau bahkan kabur pulang setelah bel istirahat ketiga. Banyak juga yang selalu tertidur setiap kali pembelajaran.

Seperti siang ini, IPA 1 mendapat giliran jam olahraga di jam terakhir, setelah adanya perubahan jadwal membuat mapel penjas IPA 1 terpisah menjadi dua sesi. Biasanya, kegiatan 'olahraga' akan selalu dilakukan di hari Kamis, yang kebetulan ada tiga jam mata pelajaran penjas saat itu. Di hari Senin yang hanya satu jam, seringnya hanya untuk teori, atau dominan jam kosong lebih tepatnya. Namun Senin kali ini, entah mengapa Pak Bambang menyuruh mereka membawa pakaian olahraga.

Seluruh siswa sudah berbondong-bondong menuju lapangan utama setelah Pak Bambang mengumumkan di grup chat. Dengan berbekal sebotol air minum masing-masing anak yang sudah nyaris habis, kini mereka tiba di lapangan yang dimaksud.

Salah satu penghuni IPA 1, Jevan, berjalan dengan raut wajah kusut. Setibanya di depan sang guru olahraga, ia kemudian mulai mengutarakan keluh kesahnya. "Pak, ayolah. Udah sore gini badan capek mata ngantuk malah disuruh sprint,"

Pak Bambang, yang saat itu tengah membolak-balikkan buku nilai, refleks menengok ke arah siswanya itu. "Malah enak, toh. Nggak panas," ujar beliau santai.

"Tapi pak.." Jevan dengan gayanya yang khas terus merengek di depan Pak Bambang, membuat beberapa siswi yang baru saja sampai salah fokus melihat aksinya.

Ayara memperhatikan aksi seorang laki-laki jangkung bernama Jevan itu sejak tadi, sejak dirinya berjalan bersama sahabatnya dari dalam kelas. Ia memberi sorot lirikan, serta kedua alis yang menyatu karena keheranan. "Ngeluh mulu lo kayak gorengan sayur!"

Sontak laki-laki itu menoleh serta merespon apa yang baru saja diucapkan salah satu teman sekelasnya. "Eh maksud?" sergahnya. Ia masih terus membalas lirikan Ayara dengan tatapan tak senang.

Salah seorang siswi berusaha menengahi mereka dan memisahkan aksi cerca-cercaan diantara keduanya. "Sudah-sudah. Tuh yang lain udah pada mulai pemanasan," itu Aruna, yang baru saja meletakkan botol minum miliknya dan Ayara di salah satu bangku di pinggir lapangan. Siswi itu kemudian menggait lengan sahabatnya untuk berjalan bersisian, lalu mengepalkan tangannya untuk mendorong punggung Jevan hingga laki-laki itu terdorong maju beberapa langkah. Tak lama, ketiganya turut bergabung dalam barisan pemanasannya masing-masing.

Usai melakukan tahap pertama dalam olahraga selama kurang lebih sepuluh menit, kini seluruh jajaran siswa IPA 1 telah berbaris di sudut sebelah utara lapangan. Pak Bambang, yang sudah siap dengan buku presensi di tangannya mulai mengatur barisan untuk penilaian lari jarak jauh di sore hari ini. Sialnya, nomor urut awal didominasi oleh anak-anak putri yang memang selalu tidak bertenaga setiap berolahraga. Lapangan seluas stadion bola itupun berhasil mereka kelilingi dalam waktu yang relatif lama, karena Sebagian besar diantaranya hanya jogging, bukan berlari.

Kehilangan [Cover Sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang