9-Special but Sudden

14 2 0
                                    

Chapter ini bakal panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter ini bakal panjang. Jadi, pelan-pelan aja bacanya, ya!

Jangan lupa, bacanya sambil dengerin lagu di atas ☝🏻☝🏻

***

"Kita mau kemana, Er?" tanya Aruna begitu motor hitam milik Maersa kini memasuki wilayah pusat perkotaan. Sorot matanya kini tengah meraba kondisi di sekitarnya, sebelum akhirnya mereka tiba di sebuah gedung tua bernuansa Eropa, tepat di pusat kota.

Rasa dingin seketika menyeruak bersamaan dengan hembusan angin malam itu. Aruna seketika bergidik, merasakan paparan sejuk mulai menembus kulitnya. Begitu ia turun dari kendaraan itu, siswi itu dengan cekatan mengenakan jaket yang sebelumnya ia simpan di dalam tas.

"Baru mau aku pinjemin," tutur Maersa dengan bersiap melepas jaket denim yang tengah ia kenakan. Aruna hanya melirik pelan bersamaan dengan seutas senyum kecilnya.

Keduanya beranjak masuk ke dalam gedung itu, meskipun Aruna belum mendapat jawaban tentang tempat apa yang sedang mereka datangi. Pintu bangunan yang megah itu berhasil menyambut mereka dengan anggunnya. Maersa segera menekan tombol dari mesin otomatis yang berdiri tepat di samping kirinya. Dua lembar tiket keluar dari mesin itu, bersamaan saat Maersa memasukkan kartunya.

Maersa menuntun Aruna untuk berjalan beriringan dengannya. Keduanya terlihat seperti kakak-beradik dengan perbedaan tinggi yang cukup jauh. Pakaian santai yang kini mereka kenakan benar-benar sesuai seperti nuansa ruangan tersebut.

"Lusa kelasmu ada mapel seni, kan? Sekalian kita cari referensi lukisannya,"

Kok? Dia perhatiin sampe situ? Aruna tak pernah menyangka laki-laki di sebelahnya itu bahkan sampai memperhatikan jadwal pelajarannya. Maksudnya, mereka bahkan berbeda kelas, dan memang benar lusa adalah jadwal kelas Aruna untuk seni. Ia padahal sudah berniat untuk mencari referensi di internet saja, namun laki-laki itu malah membawanya ke galeri seni yang cukup jauh dari lingkungan mereka.

"Tau aja kamu," siswi itu mencubit pelan lengan lawan bicaranya. "Kamu kok malah ngajak aku ke sini? Nggak ada rencana, ehem, malmingan sama siapa, gitu?" tanya Aruna disertai dehaman yang cukup kuat.

Maersa menggeleng keheranan mendengarnya, "Kamu sendiri? Siapa tau ada rencana hangout sama temen-temen gitu? Kok malah nerima ajakanku?"

"Apaan sih, Er.." desis Aruna kesal karena laki-laki itu malah balik bertanya, padahal maksud dirinya adalah untuk menggodanya. "Lagian mau sama siapa, juga? Iya aku tau aku nolep nggak usah ngejek," gadis mungil di mata Maersa itu langsung mengalihkan pandangannya, menghindari menatapnya kembali.

Kehilangan [Cover Sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang