19.30
Dihari yang sama, Winny berjalan ke arah salah satu gang kecil berhenti di rumah kecil bercat hijau. Beliau mengetuk pintu dengan pelan sesekali menoleh kebelakang, sungguh sunyi dan gelap.
Pintu terbuka oleh sang pemilik rumah mempersilahkan Winny masuk. Melewati dan menutup pintu tanpa dikunci, ia duduk di kursi ruang tamu menatap sekeliling rumah itu, sangat sederhana. Banyak lukisan berbingkai tertempel di dinding, lukisan kuno.
"Lu cepet siap-siap, gua bakalan ngajak lu ke pasar malam." titah Winny kepada cowo yang berdiri disamping.
Cowo itu bingung, ke pasar malam? Sekarang? Tapi dirinya masih sibuk akan urusan pribadinya.
"Satang... Gua tunggu." Winny dengan nada lembut membuat Satang langsung menurut pergi ke arah salah satu kamar di pojok.
Mengetuk ngetuk kursi kayu coklat dengan jari-jarinya, Winny menunggu dengan tak sabarnya.
Tak lama Satang keluar dengan memakai jaket berbulu pemberian Winny, dirinya sesekali membenahi sepatunya karena kebesaran. Berbeda dengan Winny yang melongo menatap Satang tak percaya.
Melirik Winny lalu berpaling. "G-gua, pakaian gua kotor jadi pake ini." Satang beralasan.
"Hm," Bangkit dari duduknya.
Berjalan duluan diikuti Satang yang menutup pintu serta tak pula mengunci. Keluar dari gang sempit ke arah motor Winny berada.
"Ayo, naik." Winny langsung menaiki motornya diikuti Satang.
Menarik tangan cowo dibelakangnya agar melilit pinggangnya, dengan alasan ngebut saat berkendara. Satang hanya menurut tak ada pemberontakan darinya.
Motor itu melaju melewati jalan raya yang cukup sepi, angin sepoi-sepoi menerpa kulit sensitifnya. Satang sesekali menutup mata takut kemasukan sesuatu.
"Soal ajakan lu, gua masih pertimbangkan." kata Winny disela sela. Suaranya sedikit tak jelas membuat Satang harus berpikir dua kali untuk mencerna ucapannya.
"Tapi lu belum lupain masa lalu lu." sahut Satang dengan nada lirih namun masih masih bisa didengar oleh Winny.
Dua duanya terdiam, tangan Satang menjauh dari pinggang Winny. Hanya ada suara angin kencang menerpa perjalanan, Winny yang tak tahu harus menjawab bagaimana dan Satang yang melamun.
Motor berhenti diarea parkir. Dua cowo itu turun dari motor dan memasuki area pasar malam. Banyak lampu berkelap-kelip didalam sana menarik perhatian Satang, menarik tangan Winny agar lebih cepat saat berjalannya.
"Lu mau naik wahana? Atau nyemil?" tanya Winny.
Nampak berpikir keras ia bingung.
"Naik wahana dulu, lu mau ikut ngga?" tanya Satang.
Menoleh kiri kanan, perhatiannya tertarik pada perahu yang bergoyang kuat. Merasa tertantang dirinya memilih untuk menaiki wahana tersebut.
"Kora-kora." ucap Satang menunjuk nunjuk.
Winny tentu saja terkejut. Apakah itu akan aman bagaimana jika Satang terlempar dari sana? Bagaimana jika wahana itu lepas? Atau sesuatu hal buruk lainnya terjadi?
"Lu yakin nanti kebablasan sampai ketemu pencipta."
"Ngga, ngga bakal."
Setelah puas dengan beberapa wahana Satang mengajak Winny untuk membeli beberapa jajanan di pasar malam. Mereka berkeliling mencari jajanan yang nyaman di perut Satang.
"Gua ke toilet bentar, lu keliling dulu dah." ucap Winny langsung meninggalkan Satang.
"Lha?" Berjalan pergi ke salah satu stan.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Date! Tamat
Fanfiction••FourthGemini•• [TAMAT] ••••• Lu pada yang sekte Gemini fourth garis keras mending jauh-jauh deh, ngga usah protes! Ngga usah protes lu sendiri yang milih! PROTES GUA SANTET! ꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚૮꒰˵•ᵜ•˵꒱ა‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷ • 𝙱𝙻 𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 • 𝙱𝚇𝙱 • 𝙺𝙾𝙽𝙵𝙻𝙸𝙺...