30-

276 36 5
                                    

"Satang! Ambilin gua minuman, haus!" Teriak Winny duduk menyenderkan diri di head board dengan cekikikan karena berhasil membuat Satang tertarik ke arah dirinya kembali setelah beberapa minggu di acuh kan.

Tidak lama Satang datang membawa segelas air putih dan langsung memberikannya kepada Winny untuk segera di minum.

Meneguk habis air tersebut lalu tersenyum kecil. "Makasih,"

Winny tau, Winny tidak bodoh dia bisa melihat datarnya wajah Satang saat ber tatap-tatapan apalagi tidak berbicara sama sekali dengan dirinya.

"Lu kenapa diem mulu? Ayo bicara sini!" Menarik kuat lengan Satang sampai sang empu kehilangan keseimbangan dan terjatuh di samping Winny.

Gembira Winny menunjukkan wajah tengil membuat Sayang menggeram pelan dan berdecih membuat sedikit goresan menyayat bagi Winny.

.
.
.
.
.

Setelah lama menghabiskan waktu buat pacaran dan seneng-seneng sama temannya apalagi Milk udah kembali, Fourth langsung pergi berpamitan untuk pulang karena rasa capek yang sudah tidak bisa di hindari.

Tidak tau mengapa tubuhnya merasa sangat lelah dan kepalanya pusing.

Mungkin karena kecapean menghabiskan waktu seharian lebih dengan Gemini-sang pacar, Prom serta juga Milk yang sikapnya tiba-tiba saja berubah drastis lebih feminin dari biasanya.

"Aku antar pulang, ya?" tanya Gemini khawatir melihat pacarnya terus-terusan memijat pelipis.

Fourth menggeleng pelan, tidak tau saja betapa khawatirnya Gemini saat ini hingga dia bingung harus berbuat apa selain berdiri menatap fokus ke arah si pendek.

"Aku pulang naik taksi aja, kamu juga cepetan pulang."

Katanya bangun dari duduk dan beranjak pergi meninggalkan Gemini yang menatap sendu ke arahnya.

Dia tau tatapan itu walau tidak menoleh ke belakang sebenarnya juga Fourth tidak mau bersikap seperti ini kepada Gemini. Tapi gimana orang kepalanya kerasa kek di tendang banteng merah.

Beberapa menit perjalanan ia sampai dan cepat-cepat turun tepat di depan rumah tak lupa membayar ongkos untuk driver-nya yang sudah mau membantu.

Terheran-heran, ada mobil merah berhenti tepat di depan rumah walaupun tidak tepat di depan pintu masuk tapi sangat mengganggu pemandangan jalan menuju pintu. Fourth pikir jika itu adalah mobil milik teman kerja Ayahnya sehingga memutuskan untuk pergi ke arah belakang rumah.

Membuka pintu dan masuk mendapati sang Ibu tengah menyiapkan minuman segar di sore hari. Melelahkan, Fourth ingin membantu akan tetapi dia lebih memilih untuk pergi mengambil obat.

Rasa lega dan hawa dingin mengelilinginya setelah meminun obat beberapa saat merasa lega, sakit kepala yang di derita mereda seiring berjalan waktu.

"Fourth!" panggil Ibu seketika Fourth langsung menoleh saat itu juga.

Melihat senyum aneh terbit dari bibir tipis Ibunya, Fourth merinding ngeri.

"Bu, kenapa ih?"

Ibu mengayunkan tangan memberi isyarat agar putranya mendekat namun Fourth tetap duduk tidak mengerti apa yang di maksud oleh wanita tua yang menjadi Ibunya ini.

Menggeram pelan, "Sini ih, sini!"

Malasnya Fourth menurut dan berjalan ke arah wanita berkuncir kuda.

"Ada apa sih, Bu?" jengkel Fourth.

"Lihat deh ke ruang tamu,"

"Apasih Bu? Kan ada temen Ayah di sana, ngga enak tau ah."

First Date! TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang