1| Musik

1.2K 48 2
                                    

Hari ini hari kesekian kalinya Aurelina Salma Andrina atau sering disebut dengan Salma berkuliah di salah satu universitas seni di jakarta. Universitas yang dia idam-idamkan, karna sejak kecil hobinya ada pada bidang seni musik. Sedari kecil ia habiskan waktunya dengan bermain bersama tangga nada dan gitar kesayangannya.

Dengan sifatnya yang humble membuat salma mudah mendapatkan teman, Salah satunya Nabila. Seorang gadis aceh yang pindah ke jakarta untuk belajar musik dan berkarir di kerasnya ibu kota. Sigadis polos dan apa adanya membuat ia seperti adik bagi salma, dan salma yang seolah sosok kaka bagi Nabila.

Selain nabila, ada novia si anak medan dengan logat bataknya yang sangat kental. Sifatnya yang juga random membuat salma merasa menemukan orang yang satu frekuensi dengannya. Novia juga terkadang bisa menjadidi sosok yang paling bijak diantara pertemanan mereka.

"Ke kantin yok, makan bakso kita." ucap novia sambil menggandeng tangan kedua temannya. Nabila mengangguk antusias menanggapi ajakan Novia.

"Lo mau gigi gue copot lagi?"

Mereka tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban salma. Salma trauma dengan makanan yang bernama "bakso". Ketika salma kecil dua kali giginya copot karna memakan bakso, entahlah bakso apa yang dia makan.

Hari ini kelas pertama dimulai dengan mata kuliah sejarah musik oleh Prof.Dr. Sutono, M.Sn atau dikenal dengan Pak Tono. Salah satu dosen yang digemari oleh banyak mahasiswa karna kompetensinya sebagai seniman dan tingkah uniknya.

"Selamat pagi semuanya, bagaimana kabar kalian semua? Sepertinya terlihat baik-baik saja ya."

"gausah tanya kalo kaya gitu pak," celetuk Reno yang kini berada di pojok kelas dengan gaya petakilannya, namun tidak dihiraukan oleh pak Tono.

"Dipertemuan kali ini, saya ingin bertanya sesuatu. Menurut kalian, arti musik dalam hidup kalian itu seperti apa? Saya minta deskripsikan didepan!" Ucap Pak tono dengan suaranya yang berirama membuat para audiens hanya fokus pada penjelasannya. Semuanya berfikir keras untuk merangkai kata-kata yang tepat jikalau ditunjuk untuk menjawab.

Suasana kelas menjadi hening tanpa ada suara apapun. Pak tono melangkahkan kakinya yang kini tengah tepat di hadapan Salma. " Kamu, coba deskripsikan!"

Salma tersentak, dia bangkit dari duduknya dan menuju ke depan kelas. Kedua jarinya saling bertautan menahan rasa takutnya. Perlahan-lahan memejamkan matanya dan menarik nafas panjang mengumpulkan seluruh keberaniannya.

"Saya Aurelina Salma Andrina-" Salma mencoba tenang disituasi seperti saat ini. Lalu tergambar kecil senyum manis dari bibir gadis manis itu.

"Arti Musik dalam hidup saya seperti warna yang dirangkai diatas kanvas putih. Jika warna biru adalah melodi, warna jingga adalah nada, dan semburat merah adalah harmoninya, maka jadilah lukisan senja yg indah, dan seindah itu pula arti musik bagi saya. Musik adalah warna bagi hidup saya yang penuh dengan kekosongan.

"Dia adalah penenang, dia adalah rumah singgah yang indah dikala saya tumbuh, pun dikala saya patah. Dan saya ingin menjadi bagian dari musik itu, melalui suara dan perasaan saya. Menjadi saksi setiap rasa senang, sedih, bahagia maupun dukanya banyak manusia yang mungkin nantinya mendengar dan menikmati setiap karya yang saya nyanyikan dan abadikan."

Hening...
Suara tepuk tangan memenuhi kelas hari ini. Kata-kata salma mampu membuat semua orang terpana rasanya. Nabila dan Novia mengacungi dua jempolnya keudara, dengan salma yang menjadi tujuan motivasinya.

"Arti musik bagi manusia beragam, setiap insan mempunyai cerita dan rasa kecintaan yang berbeda terhadap musik, dan kamu salma. Tadi adalah narasi yang indah, terimakasih telah mendeskripsikan arti musik dalam hidupmu," Ucap Pak Tono yang disambut tepuk tangan rekan mahasiswa lainnya.

****

Salma tengah menikmati semilir angin di rooftop yang kini menelusup ke setiap bagian kulitnya. Mendengarkan lagu dari band favoritnya yaitu ' the only exaption' dari Paramore. Tiba tiba headphondnya diambil begitu saja oleh lelaki dengan wajah datar yang kini tengah berada dibelakang Salma.

"Apaan sih!" Salma membalikan badannya dan menghadap lelaki bermuka datar di depannya yang telah merenggut ketenangannya. "Lo dipanggil Pak Tono, sekarang!" Ucap lelaki itu tanpa basa basi, dan berbalik meninggalkan Salma yang masih kebingungan karenanya.

"Eh, tunggu dulu!"

GUBRAKKK

Sepertinya hari ini keberuntungan tidak berpihak kepada salma. Ia terjatuh karna menginjak tali sepatunya sendiri. Lelaki itu berbalik arah menuju kearah Salma, tangan Salma sudah ter ulur keudara menunggu bantuan dari lelaki itu. Tangan lelaki itu ter ulur, namun bukan tangan salma yang ia raih namun pulpen yang tengah tergeletak di samping salma.

"Ayo cepet, gausah manja."

Salma ingin sekali menonjok lelaki yang entah dari mana asalnya itu. Bisa-bisanya dia lebih memilih mengambil pulpennya dari pada Salma yang tengah tersungkur dan kesakitan, apa lagi melihat wajahnya yang menyebalkan membuat amarah Salma semakin memuncak.

Salma mengikuti lelaki yang belum dikenalnya itu menuju ruangan Pak Tono. Salma masih menggerutu di dalam hatinya atas kejadian tadi di rooftop, masih tidak habis fikir ada laki-laki kaku macam es batu. Setelah sampai di ruangan, lelaki itu mengetuk pintu dan masuk kedalam disusul dengan Salma dibelakangnya dan duduk setelah dipersilahkan oleh Pak Tono.

"Jadi gini Salma, saya ingin kamu dan Rony menjadi perwakilan Universitas kita di Lomba Seni Bulan Matahari yang sudah lama tidak kita ikuti beberapa tahun ini karna pandemi kemarin. Jadi saya harap kamu siap dan bisa segera mempersiapkan semuanya." Salma masih kebingungan dengan ucapan Pak Tono.

"Kenapa saya pak? Sama dia?" Tanya salma sambil melirik lelaki disampingnya yang masih diam seribu bahasa dengan muka datarnya.

"Karna saya tau kamu bisa, saya juga tau kamu sudah sering ikut kompetisi dan ajang pencarian bakat dan saya yakin kamu orang yang tepat, tidak ada penolakan! Kalian persiapkan, saya serahkan semuanya pada kalian. Good luck ya!"

Salma dan lelaki bernama Rony keluar dari ruangan, tentunya Salma dengan raut muka yang masam. Sedangkan Rony terlihat biasa saja dengan muka datarnya yang sangat amat menyebalkan bagi Salma.

"Gue tunggu besok di ruang musik," Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya dan meninggalkan Salma begitu saja.

"Tuhan! Dosa apa yang aku lakukan sampe bisa bertemu laki-laki bermuka triplek macam dia."

****

Haiiiiii anak anak ikan semuanyaaa🍣
part pertama pemanasan dulu deh yaaa...

Jadi menurut kalian arti musik buat diri kalian seperti apa?
isi kolom komentar yaaaa:3























Jatuh SukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang