BAB 1

299 10 1
                                    

CIIITTT'

Sebuah mobil mewah berwarna merah yang mengkilap di kendarai secara ugal-ugalan mengerem mendadak saat menyerempet seorang lelaki yang tengah menyebrang jalan.

BRAKK'

Tubuh laki-laki itu terpental dan terhempas keras dengan posisi menelungkup ke permukaan aspal yang basah.

Kacamata minus yang tadi nya bertengger manis membingkai kedua matanya terlempar entah ke mana. Keningnya yang terbentur aspal menjadi lecet dan berdarah, sementara koper yang dijinjingnya terlempar beberapa meter jauh ke belakang.

"Heh, bisa nyetir tidak?" laki-laki itu berteriak marah. Segera mengangkat tubuh, merangkak dan meraba-raba aspal mencari keberadaan kacamata nya.

Hujan deras baru saja reda, sehingga aspal menjadi basah dan terdapat genangan air di beberapa sisi jalan. Membuat laki-laki muda itu sedikit kesulitan mencari keberadaan kacamatanya. Sampai ketika lutut nya yang menumpu di aspal menekan sesuatu sehingga terdengar suara retakan. Buru-buru ia mengangkat lutut saat menyadari jika benda itu yang dicari nya.

"Ah, tidak! Hartaku satu-satunya yang masih tersisa," ringisnya, terduduk lesuh memegang kacamata yang retak pada salah satu lensa nya. Dengan terpaksa memakai kacamata tersebut lalu, berusaha bangkit berdiri dengan meringis menahan sakit. Berjalan tertatih-tatih menuju jendela mobil bagian sisi pengemudi dengan amarah yang meluap-luap.

Di gedornya kaca jendela mobil tersebut, meminta sang pengemudi turun dan bertanggung jawab atas perbuatannya.

Lima detik'

Sepuluh detik'

Tiga pulu detik'

Sampai satu menit, tidak ada pergerakan apa pun dari dalam mobil. Membuatnya merapatkan wajah pada kaca jendela yang gelap dan mengintip ke dalam.

Keterkejutan mendera saat matanya menangkap sosok seorang wanita berambut panjang yang terjatuh menelungkap pada setir mobil dalam keadaan tidak sadarkan diri. Seketika amarahnya menguap dan berganti menjadi kepanikan.

"Nona! Nona baik-baik saja?" teriak pemuda itu, seraya menggedor-gedor kaca jendela dan berusaha membuka pintu mobil yang terkunci.

"Nona bertahan lah, saya akan mencari bantuan!" teriaknya didera kepanikan yang luar biasa.

Ditariknya wajahnya dari depan kaca mengedarkan pandangan ke sekitar, mencoba mencari bantuan. Tetapi sejauh mata memandang yang didapati nya hanyalah keheningan yang tak berujung. Suasana sekitar sangat sepi dan lengang. Mungkin karena waktu yang sudah memasuki dini hari dan hujan yang baru saja reda. Hanya orang bodoh saja yang mungkin masih berkeliaran pada jam-jam seperti ini.

Dan laki-laki itu? Namanya Kaindra Alfareza atau yang akrab disapa kai, sosok pemuda yang sederhana, polos, taat agama dan tidak sombong yang baru saja tiba di kota tersebut. Sialnya, dompet dan ponselnya di copet akibat keteledorannya sendiri saat ketiduran diatas bus. Membuat nya terpaksa harus berjalan kaki menuju tujuan karena tak memiliki ongkos sama sekali. Yang lebih sialnya lagi malah bertemu manusia gila lainnya yang ikut berkeliaran pada dini hari dan menabraknya.

Kembali pada keadaan genting yang terjadi saat ini, kai segera memutari mobil. Mencari celah agar bisa membuka pintu dan menolong wanita yang kemungkinan sedang sekarat di dalam sana.

Begitu tak menemukan cara lain, ia lalu menyeret tubuh nya melangkah je bahu jalan dan mengambil sebongkah batu yang cukup besar.

"Maaf nona, sepertinya saya tidak punya pilihan lain. Saya terpaksa harus merusak mobil ini agar bisa menolong anda." tanpa berpikir panjang, laki-laki itu mengayunkan batu tersebut pada jendela sisi seberang pengemudi dengan sekuat tenaga.

Dinikahi Dengan CEO Cantik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang