BAB 11

66 3 0
                                    

Brakk'

Aretha membanting pintu mobil dengan keras kemudian menyerahkan kunci pada petugas valet kantornya. Mengayunkan langkah terburu-buru memasuki bangunan megah kantornya dengan raut wajah masam tanpa menyisakan keramahan sedikit pun. Mengabaikan setiap staf yang menunduk hormat saat berpapasan dengannya.

Tidak lama berselang, sebuah taksi berhenti tepat di depan pintu utama kantor. Akira turun dengan tergesa-gesa dari dalam taksi tersebut dan setengah berlari menyusul Aretha yang sudah hampir mencapai lift.

"Miss," teriaknya memanggil. Namun orang yang di panggil terus saja melenggang anggun dan berjalan masuk kedalam lift.

Akira mempercepat langkah berlari dan berhasil menyusul. Menyelipkan tubuh langsingnya di antara pintu lift yang hampir menutup.

"Astaga! Kamu benar-benar keterlaluan!" Akira merutuki Aretha dengan napas tersengal-sengal.

"Bisa-bisanya kamu pergi begitu saja dan meninggalkan aku!" lanjutnya lagi berseru seraya menekan angka pada tombol lift. Detik kemudian lift bergerak membawa mereka naik menyisir tiap lantai bangunan gedung.

Aretha hanya menyeringai dan memutar bola mata menyikapi kekesalan Akira. Pikirannya saat ini benar-benar penuh dan tak ingin menambahnya lagi dengan memikirkan perkataan Akira.

"Aku tidak mengerti, bagaimana jalan pikiran mu itu!" seru Akira masih berusaha menormalkan pernapasan.

"Kamu tidak perlu mengerti," balas Aretha ketus.

"Ck! Apa kamu sama sekali tidak kepikiran siapa laki-laki yang sudah meniduri mu?"

Mata Aretha spontan melotot. "Jaga bicaramu!"

"Memang begitu kan kenyataannya?"

Aretha baru akan membuka mulut membalas perkataan Akira saat kemudian lift terhenti pada lantai lima di susul pintu yang terbuka.

Seorang laki-laki berkacamata berdiri mematung di depan pintu lift dengan ekspresi terkejut.

"Kamu mau masuk atau hanya berdiri saja di situ?" Aretha bertanya dengan nada ketus disertai pelototan mata.

Laki-laki di depan pintu bergegas masuk dengan kepala menunduk. Membawa tubuhnya merapat pada sisi kanan dinding lift dan bersandar di sana. Tubuh tingginya memunggungi kedua wanita cantik yang merupakan atasannya.

"Kamu karyawan baru itu kan?" tanya Akira memastikan setelah pintu lift kembali menutup. "Siapa tadi?"

"Ka-kaindra, bu," jawab Kai lirih dengan sedikit memutar tubuh menoleh.

"Oh, iya. Pak Kaindra," ulang Akira.

Aretha hanya melirik sepintas dan kembali meluruskan pandangan pada pintu lift berbahan stainless steel hairlines dengan finishing yang sangat mengkilap. Kedua tangannya menyilang di depan dada dengan cuek.

"Dari mana, Pak Kaindra?" lanjut Akira bertanya.

"I-itu, da-dari ruang.... Ruang HRD," jawab Kai terbata-bata dengan suara yang teramat pelan.

Dinikahi Dengan CEO Cantik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang