BAB 3

89 3 0
                                    

Mobil porsche merah tersebut kini telah terparkir cantik di basement hotel. Kai juga yang telah memarkirkan motor diparkiran yang tersedia segera berlari menghampiri bapak penolong yang sudah berdiri di samping mobil tersebut.

"Kening mu kenapa? Kok berdarah? Kamu jatuh dari motor?" tegur bapak itu yang baru melihat jelas wajah kai.

"Ini sudah dari tadi, pak. Gara-gara ditabrak sama wanita itu. Bapak tadi ga liat karena gelap."

"Oh, kirain kamu jatuh dengan motor bapak," ucap bapak itu dengan bernafas lega.

"Tidaklah, pak," ujarnya dengan lengkungan senyum dibibir. "Sekarang bagaimana, pak?"

"Kok tanya saya? Tugas saya cuman sampai membawa mobilnya ke sini kan?!"

"Soalnya saya gak tahu gimana caranya  pak. Masuk kedalam hotel saja gak pernah. Apalagi pesan kamar."

"Kamu tinggal pergi ke resepsionis berikan KTP, chek in lalu kamu diberikan kunci kamar."

"Pengalaman, ya, pak?"

"Ish, begini-begini, waktu muda bapak pernah bulan madu bersama istri di hotel."

"Ciye, asyik gak pak?" tanya kai dengan alis yang bergerak naik turun menggoda.

"Kamu ini mau menginterogasi bapak atau menolong wanita ini?"

"Oh iya, sampai lupa." kai menepuk kening lalu membuka pintu mobil dan segera mengangkat wanita mabuk itu. Membopongnya di depan tubuh dengan kedua lengannya.

"Terima kasih ya, pak. Sudah membantu saya."

"Iya sama-sama. jaga anak gadis orang. Jangan diapa-apain didalam."

"Pasti lah, pak. saya masih takut dosa. Saya juga punya adik cewek di kampung. Doakan saja siapa tahu dia jodoh saya."

"Maumu!"

"Namanya juga usaha, pak," kai terkekeh geli.

"Dasar anak muda! tapi bapak doakan semoga kalian berjodoh."

"Aamiin, terima kasih sekali lagi. Saya masuk ya, pak. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam," balas bapak itu lalu mengayunkan langkah menuju parkiran motor. Sementara kai berjalan masuk ke dalam bangunan hotel membawa wanita yang masih saja meracau. Membuat keduanya menjadi pusat perhatian Porter dan room service.

Kai salah tingkah, tapi tetap memberanikan diri melangkah masuk dengan lutut yang gemeteran. Membaringkan tubuh molek dari kedua tangannya ke atas sofa panjang yang berada di dalam lounge hotel. Kemudian melangkah menuju resepsionis seraya merogoh saku celana untuk mengambil KTP yang berada didalam dompet. Tapi saat tak menemukan apapun, kai akhirnya teringat jika dompetnya sudah tidak ada. Langkahnya langsung berhenti dan refleks berbalik kembali ke sofa di mana wanita cantik itu di baringkan.

"Ya tuhan, aku harus bagaimana sekarang?" gumamnya kebingungan. Matanya melirik jam yang menggantung pada dinding berlapis marmer. Sudah menunjukan pukul setengah lima subuh, sebentar lagi adzan subuh akan berkumandang. Tidak mungkin kai akan terus ada di tempat itu.

"Apa aku tinggalkan dia di sini saja, ya? Di sini pasti akan ada orang lain yang menolongnya nanti." kai mengedarkan pandangan mengamati keadaan sekelilingnya yang masih sangat sepi. Kemudian perlahan melangkah mundur dengan mengendap-endap,  berbalik dan bersiap lari.

"Hei kamu yang kacamatanya pecah sebelah."

Suara teriakan yang ditujukan padanya itu, sukses membuat langkah kai tertahan. Berbalik dan melengkungkan senyum tanpa dosa.

Dinikahi Dengan CEO Cantik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang