BAB 8

62 3 0
                                    

Alamak, mati aku?

Keterkejutan luar biasa menggerogoti tubuh Kai, membuatnya mematung dengan bola mata yang seperti akan melompat keluar dari tempatnya.

Untuk beberapa saat terpaku memandangi wanita yang baru saja keluar dari dalam lift tersebut.

"Ini mimpi, ini mimpi, ini tidak nyata," racaunya sambil menajamkan penglihatan mengamati wanita itu dari tempatnya berdiri. Memastikan jika apa yang di lihatnya saat ini hanya ilusi semata.

Namun, semakin wanita itu mendekat Kai semakin di serang kepanikan. Andaikan saja memiliki ilmu teleportasi, tentunya saja Kai sudah pasti menghilang detik itu juga ke antartika.

Astaga, mak. Ini bukan mimpi!

Kepalanya menoleh ke kanan kiri melihat keadaan, sebelum akhirnya memutuskan menyembunyikan diri.

Dari tempatnya bersembunyi, Kai hanya mendengar hentakan sepatu yang mengetuk permukaan lantai marmer.

Kaki jenjang yang mengenakan stiletto putih setinggi sepuluh sentimeter itu melangkah dengan anggun bak seorang model internasional yang sedang berjalan di atas catwalk.

Tubuh proporsionalnya di balut dress mini ketat berwarna hitam yang di padukan dengan blazer bermotif catur hitam putih, tetapi alih-alih memakainya, blazer itu hanya tersampir begitu saja menutupi punggung dan kedua pundaknya. sementara rambut panjang bergelombang dibiarkan terurai begitu saja.

Wanita yang merupakan CEO perusahaan tersebut berjalan angkuh dengan pandangan lurus ke depan, menyusuri jejeran kubikel para staf yang berdiri menyambut kedatangannya tanpa mau repot-repot sekedar memberikan sapaan atau sedikit senyuman. Terus berjalan ke arah ruangannya diikuti seorang wanita yang tak kalah cantiknya dan membawa sebuah tablet berukuran delapan inci.

Namun, langkahnya terhenti tepat di depan kubikel divisi publik speaking yang berhadapan langsung dengan ruangannya. Berdiri menyilangkan tangan di depan dada seraya mengamati kubikel kosong yang tak berpenghuni.

"Ada apa, Miss?" tanya sekertaris

"Aku kira karyawan yang mendapatkan rekomendasi dari kantor cabang sudah mulai masuk hari ini?"

"Iya, Miss, harusnya hari ini karyawan itu sudah masuk," jawabnya kebingungan sambil melempar pandang pada karyawan di samping kiri dan kanan meja kosong tersebut. Seolah meminta penjelasan mengenai karyawan yang harusnya sudah menempati meja itu.

"Hari pertama saja sudah seperti ini, batalkan saja peminda-"

"Karyawan baru itu masuk, Miss," potong Bara cepat dengan kepala menunduk takut-takut. "Dia sudah datang dari pagi tadi bersama saya."

"Apa karyawan itu tembus pandang?" tanya CEO yang di panggil Miss itu dengan nada dingin dan ketus.

"HAH?" Bara refleks mengangkat wajah dan menoleh ke arah meja Kai. "Lah, kok kosong? Barusan tadi ada kok, Miss. Ngilang kemana tuh anak?" tanyanya terheran-heran yang malah mendapatkan pelototan tajam dari sang CEO.

Dinikahi Dengan CEO Cantik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang