"Ya tuhan, mimpi apa aku semalem? Kok bisa apes begini?" rutuk kai. Merayap menempel di dinding dan mengendap-endap mendekati lift. Melesatkan tubuh tingginya memasuki lift secepat kilat. Turun ke area basement di mana mobil mewah wanita itu berada. Mengambil koper dan berpakaian cepat di dalam mobil.
Sebelum turun dari mobil, kai merobek selembar kertas dari buku yang diambilnya dari dalam tas ransel. Meraih ballpoint dan menulis sesuatu. Lalu kertas tersebut di tempelkan pada setir mobil. Setelahnya kai turun dengan membawa ransel dan koper yang sudah pecah pada bagian sudutnya. Memakai ransel di punggung, lalu berjalan tertatih-tatih menjinjing koper keluar dari bangunan hotel yang menjulang tinggi.
Matahari sudah bersinar terang di luar sana. Suara-suara bising terdengar dari kendaraan yang berlalu lalang di jalan, membuat polusi udara dari asap knalpot mereka.
Dengan menyeret langkah, kai terus berjalan di pinggiran ruas jalan sambil mengamati setiap deretan bangunan tinggi yang dilewati. Menahan rasa lapar, haus, kantuk dan juga lelah yang bercampur menjadi satu.
Tepat saat matahari sudah berada tinggi di garis meridian langit dan memancarkan sinar yang begitu terik, kai akhirnya tiba di depan sebuah bangunan rumah bercat putih yang asri dengan berbagai macam pohon rindang dan tanaman menghiasi halaman. Terdapat papan persegi bertuliskan 'Pondok Kasih-Kost Putra Bu Asih' pada pintu gerbang.
"Assalamualaikum," teriaknya, mengedarkan mata melihat sekeliling.
"Walaikumsalam." seorang wanita paruh baya bertubuh tambun yang mengenakan daster panjang motif kupu-kupu berlari tergopoh-gopoh keluar.
"Bu Asih?"
"Iya, ini pasti mas kaindra itu?"
"Iya bu. Maaf, saya terlambat." kai melengkungkan senyum dan menunduk sopan.
"Ah, tidak apa-apa. Mari masuk, nak." bu asih membuka pintu pagar dan mempersilahkan kai untuk masuk. "Bagaimana masalahnya? Sudah selesai?"
"Alhamdulillah, sudah selesai, bu."
"Syukurlah. Tapi kamu tak apa-apakan? Itu kening mu kenapa luka?"
"Ini karena yang semalam terserempet mobil orang."
"Owalah, begitu toh. Kasian kamu. Jadi itu belum di obati?"
"Belum sempet, bu. Tapi ini sudah tak sakit lagi," ucap kai dengan santun, berjalan pelan dibelakang bu asih.
"Barang mu taruh di situ dulu. Kebetulan yang lain lagi makan siang, hari minggu begini mereka semua libur dan bisa berkumpul. Ayo bergabung bersama mereka. " Bu Asih berucap ramah sambil menuntun kai memasuki rumah berlantai dua tersebut.
Diruang makan itu telah duduk tiga laki-laki yang tampak seperti seusianya, mengelilingi meja panjang dengan hidangan lezat yang masih mengepul di atas meja. Kegiatan makan mereka terhenti dan melihat kai dengan ekspresi terkejut.
Kai mengulas senyum dan sedikit menunduk memberi sapaan hormat.
"Hai, bro," sapa seorang pemuda bertubuh jangkung yang duduk di ujung meja, "Kepalanya kenapa, tuh? Habis jatuh?"
"Oh, ini." Kai menyentuh luka di keningnya. "Semalam kena sedikit musibah. Di serempet mobil."
"Astaga. Kok bisa? Terus?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahi Dengan CEO Cantik
ЮморKaindra Alfareza pemuda polos sederhana berpenampilan culun yang sialnya harus bersinggungan nasib dengan Aretha Chalondra CEO cantik berhati dingin tempatnya bekerja. Karena suatu insiden dan kesalahpahamam, membuatnya terus terlibat masalah dengan...