Perang dingin

297 44 22
                                    


.
.
.

Selamat membaca.

.
.
.

Sebuah mobil kini menjadi pusat perhatian Apo.

Setelah dipersilahkan untuk memilih oleh pegawai bernama mark,
Sebelum pria itu pamit pergi karena sibuknya pekerjaan hari ini,
Mark berkata untuk memanggilnya kembali saat sudah menentukan pilihan.

Dirinya nampak serius memperhatikan setiap detail sebuah browsur yang nampak dari tadi ia pegang yang didapatkan dari salah seorang yang apo ketahui sebagai pihak marketing disana.

Sedang phi ning masih berdiri diam disana.
Manager wanita berambut sebahu itu nampak sibuk dengan ponselnya dan sesekali menanggapi pertanyaan yang apo lempar padanya.

" jee.. bagaimana nanti kalau ini tidak sesuai dengan selera orang itu?" Apo melirik pada wanita itu.

"Pilih saja satu yang menurutmu paling bagus"

Saran yang didengar apo tidak membantu sama sekali.

Setiap orang memiliki passion masing-masing.
Bagaimana nanti kalau menurut apo barang itu bagus tapi tidak sesuai dengan selera sang direktur?
Apo tidak mau dimarahi habis habisan karena hal itu,
Terlebih harga satu mobil disini sangat mahal.
Bagaimana nanti kalau dia salah beli dan disuruh untuk mengganti uang untuk itu?

'Tidak mau..enak saja' batin apo menjerit kala memikirkan hal itu.

Apo masih membutuhkan uang untuk mewujudkan impiannya berkeliling dunia.
Karena itu, selama ini dia bekerja keras untuk menabung dan menghargai setiap pundi bath yang ia kumpulkan.
Walaupun tabungannya sudah cukup untuk mewujudkan itu,
Tapi apo juga masih punya keinginan lain.
Jadi dia tidak ingin menyia-siakan seperpun untuk membeli barang yang minim manfaat seperti mobil yang berjajar rapi disana.

Sebuah mercendess banz hitam yang ia punya sekarang pun sudah cukup untuk apo.
Dia tidak ada minat untuk mengganti mobilnya dengan yang baru.

Karena merasa menemui jalan buntu,
Apo merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel.

Dia terlihat menghubungi seseorang,

Apo menunggu beberapa detik sebelum panggilannya terhubung.

"Sawadhekab" apo memberi salam

"........"

"Khabb"

".........."

"Tapi pak..bagaimana nanti kalau tidak sesuai dengan selera anda?" Apo bertanya

"Beli saja yang menurutmu bagus..tidak usah memikirkan harganya " jawab seseorang disaluran ponsel apo.

Apo diam.
Dia tidak tahu harus memberikan reaksi seperti apa.
'Ada apa dengan orang-orang ini'
Kesal apo.

"Kalau begitu saya tutup"
Panggilan terputus begitu saja.

Setelah beberapa detik
"Siaaa..."
Sebuah umpatan keras nan membahana meluncur bebas dari bibir peach yang mengerucut sebal sekarang.

Seluruh ruangan memberikan perhatian mereka pada Apo.

Apo sudah menahan kesal dari awal dia datang kesini.
Belum lagi melihat hal yang tidak ingin ia lihat.

Wajar saja dia kehilangan kesabaran.
Kesabarannya yang setipis tisu terkoyak begitu saja.

"Phi.. kau saja yang pilih" apo menunjuk wanita yang sedari tadi bersamanya

"Ma'af ada yang bisa saya bantu?" Seorang pria kembali datang menghampiri mereka bertanya menggunakan bahasa inggris,

Apo yang terlanjur badmood tidak ada minat sedikitpun menyambut kedatangan pria tadi.

That's Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang