BAB: 4

198 13 2
                                    

TYPO BERTEBARAAAANNN......***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Diam belum tentu lemah karena diamnya adalah mengamati lawan sembari menyusun rencana beserta langkah yang akan diambilnya"



 Bentakan Pertama


Tap..

Tap..

Gadis itu menuruni satu persatu anak tangga dengan tenang, ekspresi datar telah menjadi hari-hari seorang Weisya aka Maisya. Kening gadis itu menyerngit kala melihat orang tuanya saat ini telah berkumpul di meja makan mugkin semalam mereka pulang.

Rambut legam sepinggul dan sedikit ikal bagian bawahnya, pipi chuby diwajah mulus tanpa polesan make up, bibir seranum cerry membuat siapa yang melihatnya merasa iri. Maisya terlihat anggun dengan seragam melekat pas di tubuhnya.

"Eh , Sayang kau sudah turun?" ucap wanita itu dengan lembut siapa lagi kalo bukan mama tirinya Laura Divya Abyaksa. Maisya hanya diam bibirnya terasa berat  untuk menanggapi ucapan wanita itu.

"KAU TULI, DIA MAMAMU DIMANA SOPAN SANTUNMU HA..!". Bentak papa wajah yang tak lagi mudah itu memerah menahan amarah. Maisya terdiam baru kali ini ada seseorang yang membentak dirinya, nasi goreng yang ingin ia suap terpaksa diletakkan kembali.

"Dia bukan mama saya, sopan santun eh.. sayangnya telah hilang sejak Anda membawa orang asing kedalam rumah ini". Tuan Rafka terkesiap mendengar ucapan putrinya baru kali ini Maisya membalas ucapannya.

Deg

Maisya bangkit dari kursinya meninggalkan mereka yang masih dalam keterdiaman.

"Mas sudah lah, aku memaklumi kami memang orang asing disini". Ucap wanita itu bergetar air sebening kristal di sudut matanya juga ikut turun.

"Mama/sayang" Ucapa Raihan dan Rafka serempak, sementara Naya semakin mengepalkan tangannya.

"Sayang, kau bukan orang asing disini kau istriku ibu dari anak-anakku". Ucap Papa Rafka memeluk Laura.

"Iya mama" Timpal Raihan, wanita itu semakin menyembunyikan wajahnya kedalam dekapan Rafka bibirnya terangkat membentuk smirk "Bodoh".

"Kapan kak Maisya nganggap aku ya, temen-temen lain sangat senang menceritakan tentang kakanya kadang aku merasa iri dengan mereka". Gumam Naya menundukkan kepalanya. Raihan segera membawa adiknya kedalam pelukan ia ternyuh mendegar nada sendu gadis itu.

Sementara Laura semakin menangis dalam pelukan Rafka, adilkan sama-sama dipeluk heeee...

"Drama murahan" Gumam gadis itu yang sedari tadi memantau dalam tabletnya. Untung aja ia gercep memasang kamera rahasia dalam mansion itu jika tidak, ia tidak akan menyaksikan drama seperti ini.

THE WEISYA TRANSMIGRASI (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang