Chapter7

208 29 2
                                    

•••

"Haruto!" Pekik Jennie sembari berlari ke arah Haruto.

Mendengar namanya di panggil, Haruto menoleh cepat pada sosok Jennie yang datang dengan nafas terengah-engah. Terlihat adanya jejak air mata pada pipi wanita itu, juga rambutnya yang terlihat berantakan.

"Ada apa?" Tanya Haruto binggung.

"J-junkyu-,"

"Tenang dulu, lalu ceritakan dengan perlahan." Ujar Haruto melIhat Jennie terengah.

"Seseorang mencuri perhiasanku, lalu Junkyu mencoba mengejar mereka."

Tanpa menunggu lama, Haruto berlari ke arah datangnya Jennie. Berusaha mencari keberadaan Junkyu di tengah-tengah kerumunan orang yang berlalu lalang. Jennie juga mengikuti Haruto dari belakang.

Netra Haruto menangkap sosok Junkyu yang berjalan kearahnya dengan tertatih dan dengan nafas yang terengah. Tangan Kanan Junkyu memegang kalung berlian milik Jennie yang sempat di curi tadi.

"I got it!" Ujar Junkyu sembari memberikan pada Jennie kalung yang berhasil dia dapatkan.

Jennie terharu lalu menerima kalung itu. "Kau tidak perlu melakukannya."

Junkyu tersenyum sendu, "Tidak apa-apa. Ini adalah pemberian anakmu, jadi pasti berharga."

Haruto merasakan ada yang aneh dengan lelaki di hadapannya. Baru saja akan bertanya, Haruto juga Jennie dikejutkan dengan jatuhnya tubuh Junkyu kebelakang. Namun dengan cepat Haruto menahan tubuh yang lebih kecil darinya.

Sudah dia duga, sesuatu pasti terjadi pada Junkyu. Terlihat wajahnya yang pucat juga-,

Tangan Junkyu berdarah. Namun darah itu bukan berasal dari tangannya, melainkan berasal dari perut kanan Junkyu. Haruto lantas membulatkan matanya dan langsung menekan perut Junkyu, mengcegah darah semakin banyak yang keluar.

"Aku akan mati!"

"Junkyu, Sadar!" Pekik Haruto namun terlambat, Junkyu menutup matanya lebih dulu.

•••

"HUUHH!!"

Haruto menoleh ketika mendengar pekikkan yang berasal dari Junkyu. Ternyata lelaki itu sudah sadar.

Haruto berjalan mendekati tempat tidur lalu melihat kondisi Junkyu, yang tengah mengangkat piyama biru langit yang dia pakai, lalu menekan perban yang melingkar pada perutnya itu.

"Shhh!"

"Apa kau gila, Huh?" Celetuk Haruto dengan nada yang sedikit meninggi.

"Aku hanya memeriksa, apakah ini sakit atau tidak." Junkyu menunduk dalam.

Haruto menyeritkan alisnya, dia melihat wajah Junkyu dan kembali teringat akan beberapa hari lalu yang dia tidak sengaja membentak Junkyu di mobil saat dalam perjalanan pulang.

"Maaf." Junkyu terdiam. Sedikit terkejut ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut Haruto.

"Maaf karena membentakmu kemarin. Aku tidak bisa membicarakan hubungan percintaanku dengan orang lain selain Jeongwoo, termasuk kau karena kau adalah orang asing." Jelas Haruto.

Junkyu menghela pelan nafasnya, "Tidak apa-apa, lagipula kita adalah dua orang asing." Entah kenapa Junkyu mengucap kalimat itu, namun setelah Junkyu tersadar apa yang baru saja ia katakan, dia malah merasakan nyeri pada dadanya.

Junkyu penasaran, siapa orang yang berhasil meluluhkan hati pria di depannya ini yang terkenal arogan dan dingin.

Namun sudahlah, Junkyu tidak ingin tau sekarang. Dia harus menghilangkan rasanya pada Haruto terlebih dahulu apapun yang terjadi.

"Aku sudah menghubungi adikmu, karena aku tidak ma-," ucapan Haruto terpotong.

"Aku tidak memiliki adik, Haruto."

"HYUNGG!"

Junkyu menoleh saat Junghwan masuk kedalam ruangan dengan air mata yang mengalit dipipinya. Pria itu lantas memeluk erat tubuh Junkyu.

"Jung, kau melukai kakakmu." Ujar Haruto sembari perlahan menarik tubuh Junghwan agar tidak memeluk erat Junkyu.

Junkyu merasa lega Haruto menarik perlahan Junghawan agar menjauh. Namun wajah Junkyu kembali datar, saat Junghwan akan membuka mulutnya.

"Dengar Hyung, aku tidak memintamu untuk mati. Aku hanya ingin kau pergi dari Korea karena kau sangat menyebalkan saat kita berdua ada di rumah yang sama, Jadi jangan membuatku tak-," Omongan Junghwan yang panjang lebar itu terhenti ketika Hyungnya ini menjentikkan jarinya pada dahi Junghwan.

"Pulanglah! Aku tidak membutuhkanmu, Junghwan!" Pekik Junkyu yang tidak kalah keras.

"Kalian berdua, hentikanlah." Ucapan tegas keluar dari mulut Haruto lantaran melihat tingkah adik dan kakak yang satu ini.

Dirinya kemudian menjauhkan Junghwan dari kakaknya yang baru sadar dari pingsannya. Dengan perlahan Haruto menuntun Junghwan agar pulang ke rumah dan beristirahat dan hal itu di ikuti Junghwan tanpa bantahan sama sekali.

Junkyu melihat itu hanya bisa terdiam. Jika saja Junkyu yang menyuruh adiknya, pasti adiknya itu akan membantah.

Namun lihatlah aura dominan yang ada pada diri Haruto, mampu membuat Junghwan menurut tanpa berkutik.

"Padahal kita sama-sama pria, namun Junghwan bisa menurut padanya." Bisik Junkyu pada dirinya.

"Kita memang sama-sama pria, namun aku pria dominan." Ucap Haruto yang tiba-tiba saja sudah duduk di sofa yang ada di sebelah tempat tidur Junkyu.

Lelaki yang berada di atas tempat tidur hanya memicingkan matanya pada Haruto yang tengah asik memainkan ponselnya.

"Ada beberapa potong kue di atas meja, Jeongwoo yang membelikannya untukmu." Haruto kembali berucap namun kali ini pandangannya tertuju pada Junkyu.

Junkyu mengangguk mengiyakan. Dirinya berusaha meraih kue yang Haruto maksud namun selang infus yang terpasang pada tangan menghambat dirinya untuk mengambil kue itu.

Haruto menghela nafasnya, mau tak mau Haruto berdiri dan mengambil kue lalu meletakkannya di atas satu piring cantik dan memberikannya pada Junkyu.

"Aku tidak mengerti kenapa Jeongwoo sangat perhatian pada seseorang yang baru saja dia kenal."

"Itu karena kami sekarang berteman." Ujar Junkyu asal sembari mengunyah kuenya.

"Menjadi teman secepat itu? Aku rasa itu bukan Jeongwoo."

"Wajar saja, dia bukan orang yang kaku sepertimu, Haru."

Haruto terdiam mendengar kalimat Junkyu. Di mata Haruto, Jeongwoo bukan tipe orang yang akan memberi perhatian dengan cepat kepada orang lain apalagi orang yang baru dia temui.

Namun dengan Junkyu? Itu rekor baru yang Haruto lihat.

"Aku akan memberikan hari libur padamu sekitar seminggu, apa itu cukup?" Junkyu mengangguk hingg tak sadar  sepotong kue telah habis dimakannya.

"Bisakah kau keluar? Aku ingin istirahat." Ujar Junkyu yang kemudian merebahkan tubuhnya dan menutup tubuh dengan selimut tebal.

Melihat Junkyu yang merebahkan diri, Haruto berdiri dengan perlahan, "Selamat beristirahat. Jika kau membutuhkan sesuatu, aku ada di luar." Haruto kemudian menutup pintu dengan perlahan.

•••

Vote dan komennya kakaaa

Hello Husband || HaruKyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang