•••
Mata cantik itu perlahan terbuka. Dirinya lagi menyesuaikan cahaya yang masuk dalam retinanya. Lelaki itu menghela nafas pelan kemudian mulai bangun dan berjalan ke arah toilet, menyelesaikan urusan paginya.
Banyak hal yang Junkyu pikirkan membuat dirinya semalam tidak bisa tertidur, dia terjaga sampai pagi alhasil dirinya merasa sedikit lemas pagi ini.
Junkyu tau, bahkan ia merasakan dirinya berubah. Sejak bersama dengan Haruto, Junkyu menjadi gampang menyerah, namum tidak dengan mulutnya yang masih seperti perempuan.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Junkyu dengan nada datar ketika memasuki dapur dan melihat Haruto yang duduk dikursi meja makan.
"Menunggumu untuk sarapan bersama."
Diatas meja sudah ada sarapan pagi untuknya juga Haruto, dan Junkyu yakini bahwa Haruto yang membuatnya. Disebelah piring itu juga Junkyu melihat ada juga segelas air putih.
Sarapan yang disiapkan Haruto terlihat enak, namun sayangnya Junkyu memilih untuk berjalan ke kulkas dan memakan buah segar yang ada.
Haruto yang semula sedang mengetikkan sesuatu, menoleh pada Junkyu yang berdiri tak jauh darinya, "Ada apa denganmu?"
"Tidak ada."
Haruto menatap sedikit lama pada Junkyu lalu kembali memalingkan wajahnya. Entah mengapa Junkyu menjadi lebih banyak diam dari kemarin sore, saat Haruto tidak sengaja membentak Junkyu.
"Makanlah, lalu kita akan berangkat bersama." Celetuk Haruto lalu kembali lagi fokus dengan ponselnya.
"Aku sudah memesan taxi, kau saja sendiri." Ketus Junkyu.
"Ada apa denganmu, Huh?"
"Tidak ada."
"Apa kau marah karena kemarin aku membentakmu?" Tanya Haruto tepat sasaran.
"Kalau kau marah karena itu, aku minta maaf."
Junkyu menatap tajam pada Haruto, "Kau harus tau, Haruto. Orang tuaku saja tidak pernah melakukan hal itu."
Haruto memijit pelipisnya dengan mata terpejam. Bayangkan saja, jika keduanya harus berada di rumah yang sama, di kamar yang sama, bahkan tidur di tempat tidur yang sama. Bagi Haruto, ini sangat tidak nyaman.
Lebih baik serumah dengan Junkyu yang biasa, memekik dengan suara yang kencang atau mengomel ngomel tidak jelas dibanding dengan Junkyu yang menjadi pendiam seperti ini.
"Aku akan pergi." Ujar Junkyu yang kemudian berjalan meninggalkan Haruto.
Lelaki itu melihat Junkyu hingga sosok itu menghilang di balik pintu keluar. Bahkan Junkyu tidak menyentuh sarapan yang Haruto buat.
"Terserah kau saja. Aku sudah berusaha meminta maaf."
•••
"Apa jadwalku hari ini, Jeong?" Tanya Junkyu.
Lelaki itu berjalan mendekat lalu membacakan sesuatu yang ada pada iPad yang ada dalam genggamannya, " Untuk pagi ini, Kau akan ke Mall untuk memeriksa perkembangan secara langsung seperti yang kau lakukan pada Mall yang kau jual. Namun untuk siang hari, Jennie meminta kau dan Haruto untuk menemaninya." Jelas lelaki itu.
"Aku akan pergi sendiri atau kau menemani?" Tanya Junkyu.
"Kalau kau bisa pergi sendiri tidak apa-apa, tugasmu hanya mengawasi perkembangan. Lagian aku punya banyak pekerjaan disini." Jelas Jeongwoo yang membuat Junkyu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Husband || HaruKyu
FanfictionJunkyu menjual anak cabang perusahaan ayahnya dengan harga yang miring, membuatnya dijodohkan dengan anak dari teman ayahnya. ----- Udaah tahu endingnya bakal gimana? Penasaran ga sih? Kuyy dibaca