Bab 6 : Tukar Ruangan

1.7K 201 13
                                    

Masa mpls sudah berlalu, sama seperti mpls biasanya, dimana murid-murid di ajak berkeliling sekolah, diperkenalkan dengan guru-guru dan lain sebagainya

Tak lepas dari Jeno yang setia mengawasi disetiap gerak-gerik Renjun.

Dan hari ini pembagian kelas.

"Pak, bisa pindahin saya kekelas 10-A?"

"Gak bisa, Jeno"

"Please pak, bapak mau uang berapa saya bayar deh"

Bapak kepala sekolah memajukan telapak tangannya didepan wajah Jeno "Sorry, saya anti suap-suap"

"Saya gak mau nyuapin bapak, tapi saya mau nyogok bapak"

"Sama saja Jeno, saya tidak terima"

"lima ratus ribu ya pak?"

Bapak kepala sekolah menggeleng dan mengambil laptop-nya, kini sang kepala sekolah fokus dengan laptop

"Tujuh ratus deh, pak"

Bapak kepala sekolah masih tidak bergeming

"Tambah seratus, gimana?"

Kepala sekolah melirik sekilas lalu kembali melihat laptop-nya

"Delapan setengah?"

Kepala sekolah tetap diam

"Ya sudah, satu juta"

Tak.

Bapak kepala sekolah menutup laptop-nya secepat kilat "Deal"

"Sebutin nomor rekening bapak"

Cukup waktu sepuluh menit pihak tata usaha merekap ulang penukaran murid antar ruangan

"Kenapa gue tiba-tiba dipindahin?"

"Aneh ya?"

"Iya, mana gak ada kejelasan kayak doi"

Sayup-sayup terdengar kebingungan murid yang ditukar dengan Jenobpasal pertukaran murid antar ruangan yang tidak ada kejelasan dari pihak sekolah, sang pelaku hanya tersenyum bangga

"Cengar-cengir aja lu, Jen"

Merasa ada yang merangkul pundaknya, Jeno menoleh "Oh, bang Mark"

"Ternyata benar ya, gosip lu sekolah disini. Selamat datang" dihadiahi tepukan pelan dikepala Jeno

"Hehe, iya bang. Kok lu ngenalin gua?"

"Tuh, yang ngasih tau" Mark menunjuk kearah ketiga murid baru yang sedang mengobrol tak jauh dari mereka berdiri sekarang "ayok, kita samperin mereka" Mark membawa Jeno menuju ketiga murid baru tadi masih dengan rangkulannya

"Jeno, Jeno!" Teriak Haechan antusias kala melihat Jeno dan Mark mendekat "gue sedih lo dipindahin, padahal udah bagus lo sekelas sama gue"

Jeno cuma menggedikan bahu sambil melepaskan rangkulan sang kaka kelas lalu duduk disamping Renjun, mepet malahan "gak tau tuh, kepseknya suka mungkin sama gua" ucap Jeno bercanda

"Mau emang lu jadi babyboy, Jen?" Kini Jaemin menyahut

"Gak dong, kan gua sudah punya baby" Jeno mencolek dagu Renjun yang sedang fokus sama hp "ini baby gua"

"Colak-colek, gue bukan sabun colek" Renjun langsung menepis tangan Jeno kesal

"Loh? Aku gak bilang mas Ren sabun colek, aku kan bilang mas Ren baby ku"

Kening Renjun mengernyit tidak suka, seharusnya yang jadi baby itu Jeno. Mungkin dulu cute baby, but now handsome baby(?). Ya pokoknya Jeno itu tetap bayi dimata Renjun "Sejak kapan gue jadi baby lo, sih?"

"Sejak dulu, mas Ren udah jadi baby ku loh"

"Stop, stop, jangan adu argumen disini, wali kelas kalian udah mau masuk, sana-sana masuk kelas adik-adik ku" Mark mengibaskan tangannya sebagai isyarat mengusir

"kalau urusan rumah tangga, kalian biacarin dikamar berduaan aja sana" lanjutnya

Sial, wajah Renjun panas

Renjun memalingkan wajahnya kearah lain, kemana aja asal mereka berempat gak liat.

Haechan menyahut "Ah elah bang, padahal seru tau kayak nonton drama korea gitu"

"udahlah Chan, tuh liat. Guru udah masuk kelas kita. Bye bro" Jaemin menarik Haechan berdiri dan membawa Haechan menuju kelas 10-B

"Benjamin, jangan tarik-tarik dong, gue bukan tali tambang"

"Bacot Chan, gua cium juga lo biar diem"

"Najis!"

Renjun ikut-ikutan menarik Jeno menuju kelas mereka "ayok dek, lu kalau ngumpul gini ngelantur mulu kerjaannya"

"Tapi mas Ren, tapi...."

"Gak usah tapi-tapi"

Mark cemberut kala melihat keempat adik kelasnya menjauh, berpasang-pasangan lagi "yah, gua ditinggal sendiri"

"Ngelamun terus, ntar kesambet"

"Mana berani setan sama gua, Cas"

"Nonton horor sendiri lo juga takut"

"Ngaco"

"Tenang, ada gua"

"Gak, makasih."

"Sama-sama sayang"

"Idih, sayang-sayang tai lo"









Tepat didepan kelas 10-A

"Mas Ren, kalo malu-malu kucing bilang aja"

"Nah kan ngelantur lagi"

"Tapi pipi mas merah, sampai telinga tuh!"

"Mana ada, Jeno"

"Ada mas"

"Cepet masuk, jangan ngehomo didepan kelas!" 

Keduanya seketika menoleh kearah suara, terlihat bapak guru tinggi berotot kumis tipis dan berwajah sangat tegas serta tatapan tajam

Bau-bau guru killer

"Bapak wali kelas sini?" Tanya Jeno santai, berbeda dengan Renjun yang takut-takut bersembunyi dibelakang punggung Jeno, tangan mungilnya meremas seragam belakang yang lebih muda sampe lecek

"Iya, sana cepetan masuk"

"Bentar pak, bapak cocok jadi binaragawan deh, badan bapak bagus gitu"

"Saya ini tiap hari olahraga, biar istri saya makin cinta. Nanti kamu gitu aja kalau sudah beristri"

"Wah, makasih pak tips nya" lalu Jeno membalikan badannya menatap Renjun "mas Ren, mas Ren. Aku mau olahraga tiap hari biar mas Ren makin cinta sama aku"

"Apa sih, Jen. Kamu masih kecil kok ngomong cinta-cintaan"

"Apanya yang kecil mas Ren? Jelas-jelas mas Ren dongak ngeliat aku. Badan mas Ren juga tenggelem kalau aku peluk"

"Aduh anak muda, sudah dibilangin jangan ngehomo didepan kelas"

"Bentar pak"

"Sudah sudah" si wali kelas mendorong punggung kedua muridnya itu hingga masuk kelas

Setelah mereka masuk semua murid terlihat panik menyimpan hpnya didalam tas.

"Aduh"

Ada juga yang duduk di atas meja terlihat panik sampai jatoh saat hendak turun

Selamat sudah, kayaknya murid saya bocah bar-bar semua

mana ada yang homo pula.

TBC

MAS REN! (NoRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang