Bab 16 : Dipangku Anak Tetangga

1.7K 139 11
                                    

Dengan tangan kanannya menahan pinggang Renjun sedangkan tangan kiri Jeno menekan tengkuk Renjun lalu dia meraup bibir ranum sang pacar dengan tiba-tiba, tentu Renjun tersentak kaget

Jeno mengigit pelan bibir Renjun, karena Renjun sudah tak sanggup menahan air teh didalam mulutnya jadi dengan mudah dia membuka mulut lalu Jeno mengambil alih teh tersebut dari mulut Renjun

Setelah meneguk teh yang tercampur saliva Renjun, Jeno menyesap sebentar bibir Renjun lalu melepaskan ciumannya

Lihatlah, senyuman bulan sabit menggemaskannya kembali lagi "wajah mas Ren merah, hehe. Bibir mas manis ya, aku suka. Jadi mau lagi" dengar, suara imut nan menggemaskan Jeno juga kembali tapi tak cocok dengan kalimat sedikit cabulnya itu!

Renjun menarik bibir bawah Jeno "Gila lo, Jen. Kalau mau cipokkan mah bilang aja, gak usah berdalih pake cara minum berbeda segala"

Jeno membulatkan matanya sedikit kaget, berarti maksud Renjun, dia membolehkan Jeno minta cium gitu? "jadi...jadii... Kalau mau cium bibir mas boleh dong?"

"Tergantung situasi dan kondisi ya, Jen. Jangan lo gak tau tempat, gak tau kondisi main cium aja"

Seneng banget nih hati Jeno udah dapat izin dari ayang gak susah-susah banyak modus segala biar bisa ciuman "Siap mas. Oh ya mas, waktunya yang kedua. Makan biskuit dengan cara yang berbeda" kata Jeno lagi tak lepas dari senyuman menggemaskannya

"Biar gue tebak"

"Apa itu?"

"Pasti gue lu suruh makan biskuit di ujungnya terus lu di ujung yang lain juga ikutan makan sampe bibir kita ketemu? Ujungnya ciuman lagi kan?"

"Hehe ketebak ya."

"Daripada gitu mending kita langsung ciuman bibir ketemu bibir"

"Mauu!" Dengarlah nada nya seperti anak kecil di ajak main yang terlalu bersemangat mengatakan 'mau'

Jeno ini gampang banget mengubah ekspresi dan nada suara, masih labil atau gimana sih ni bocah? Belum lagi sebelum jadian Jeno mau bundir

"Oy! Kursi disebelah kosong, malah pangku-pangkuan"

Dua anak adam yang sedang bermesraan itu menoleh ke sumber suara, lebih tepatnya didepan pintu. Ada Chanyeol berdiri menghadap mereka sambil berkacak pinggang

Wendy datang dari dalam "kenapa mas?"

"Liat tuh" Chanyeol menunjuk anaknya yang sedang di pangku oleh anak tetangganya

"Aduh Dikaaa. Itu Leonnya pasti keberatan loh nahan beban badan kamu"

Renjun menyahut "dia yang nyuruh kok ma"

Jeno tersenyum kearah calon mertuanya dengan tangan yang masih setia menahan pinggang Renjun "Bener ma, lagian badannya ringan kok kayak kapas"

"Oh yasudah, jangan lama-lama diluar, angin malam gak bagus buat kesehatan cepet masuk. Yuk mas, aku mau nonton"

Wendy dengan Chanyeol masuk duluan meninggalkan anaknya dengan anak tetangga yang mesumnya mulai kelihatan semenjak malam itu, Renjun sepo— ah lupakan, Renjun jadi malu kalau di ingatin soal itu

Renjunnya juga sih terlalu binal meski masih ragu-ragu

"Ayok mas Ren, kita masuk"

Renjun beranjak dari pangkuan Jeno tapi belum sempat berdiri Jeno menahan pinggangnya "aku gendong ya?"

"Dih, enggak!" Renjun melepas paksa tangan Jeno yang bertaut menahan pinggangnya, lalu Renjun berdiri mengambil nampan yang berisi gelas bekas teh madu mereka tadi. "Sisa biskuitnya balikin ke kak Jennie sana"

"Besok deh mas, sekarang aku mau tidur bareng mas Ren" langsung minta cium, hehehe

"Terserah, jangan lupa kunci pintu" Renjun masuk berjalan cepat menuju dapur. Jeno menyusul masuk dan mengunci pintu, terlihat Chanyeol tertidur dengan kepalanya berbantalkan paha sang istri, sedangkan Wendy fokus dengan acara menonton sinetronnya

Jeno melihat Renjun berjalan dari arah dapur dan menuju kamar "mas Ren, tunggu"

"Ck, cepetan. Gue pengen rebahan"

"Tapi aku psngen ci— ups!" Setelah tersadar dengan kata yang di ujung akan mengundang bahaya karena ada orang tua Renjun disini, repleks Jeno menutup mulutnya

Setelah didalam kamar, mereka cuma diam-diaman. Bukan canggung, cuma bingung aja Jeno mau ngomong apa sedangkan mas tersayangnya lagi asik mabar sambil misuh-misuh dengan mulut komat-kamit mengeluarkan kata-kata kasar

Tapi sesekali tangan Renjun mengelus lembut kepala Jeno yang ada di pahanya, kalau sedang kesal dengan musuh atau teman mabarnya sendiri, rambut Jeno juga sebagai tumbal remasan— lebih ke menjambak sih

Posisinya sekarang Renjun duduk bersandar di sandaran kasur, sedangkan Jeno rebahan di paha Renjun.

Jeno bosan, jadi kepala Jeno masuk kedalam baju Renjun tak lupa sebelah tangannya memeluk pinggang Renjun lalu Jeno mengecup perut Renjun dan menjilat sekitaran pusar.

"Jenoo, geli tau.... Akh jangan digigit dong, sayang"

"Cuma bikin tanda kok, mas" Jeno menyikap baju Renjun hingga sebatas dada "tuh liat merah, hebatkan aku bikin tanda. Jadi pengen bikin dileher mas deh"

"Jangan!" Renjun melotot tak suka "besok sekolah, ntar keliatan"

Jeno mengangguk-angguk lucu karena perkataan Renjun ada benarnya juga "Eumm..... Cium bibir mas boleh kan?" Jeno duduk dan membawa Renjun kepangkuannya

"Bentar Jen, dikit lagi menang"

Tidak terlalu lama menunggu Renjun memenangkan game cuma butuh waktu dua menitan.

"Sudahkan?" Pertanyaan Jeno dibalas anggukan dari Renjun

Jeno mendekatkan wajahnya sampai hidung dan dahi mereka bersentuhan. Renjun merasakan nafas hangat sang pacar

Jeno meniup bibir ranum Renjun yang terlihat menggoda, dengan perlahan Jeno menyatukan belah bibir mereka

Dengan perlahan Jeno melumat bibir Renjun, begitu juga Renjun membalas lumatan Jeno. Renjun merasakan ada sesuatu yang mengeras dibawah pantatnya

"Nghh, Jen. Lo tegang?"

TBC

MAS REN! (NoRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang