Hara merasa kecewa dengan apa yang ia lihat sekarang, ibu nya tengah duduk bersantai sambil tertawa saat menonton acara di televisi. Apa karena televisi sehingga ia melupakan anak nya? Bagai dikhianati, Hara tidak mampu mendefinisikan apa yang ia rasakan. Ia memang terbiasa disakiti mentalnya oleh kedua orang tua nya, namun ini lebih menyakitkan bagi nya."Ibu? " panggil Hara, wanita paruh baya itu pun menoleh
"Oh kau sudah pulang, bagus lah. " ucap nya tanpa minat
"Kenapa ibu tidak menjemput ku? Aku sudah menunggu ibu, tapi tak kunjung datang. " Hara bicara dengan penuh rasa kecewa, sungguh ia sangat kecewa.
"Ibu lupa, baru ingat saat melihat mu pulang. Untuk apa dipermasalahkan, hanya karena lupa menjemput saja kok heboh begini. "
"Ibuu, anak ibu hanya satu. Bagaimana jika anak ibu banyak? Apa ibu juga akan lupa seperti ini? Hara bukan mempermasalahkan, namun Hara merasa ibu tidak peduli pada ku. " kesal Hara, ia tidak dapat membendung lagi emosi nya yang sudah meluap-luap
Wanita itu berdiri, mendapati anak semata wayang nya itu berani berteriak padanya. Sorot mata wanita itu menajam, menahan amarah yang sulit dibendung lagi.
"Kurang ajar kau ya! Sudah merasa bisa segala nya, berani berteriak kepada ibu mu sendiri. Belum jadi apa-apa saja sudah berani berteriak kepada ibumu, kurangi teriakan mu dan belajar saja sana! " amarah nya benar-benar sudah ia lepaskan
Hara tidak tinggal diam, ia masih ingin mengingatkan ibu nya bahwa ia juga butuh pembuktian cinta ibu nya padanya.
"Hara anak ibu, bukan anak tetangga. Setidaknya hargai Hara, Hara juga punya perasaan sama seperti yang lain."
"Remaja seperti mu itu terlalu banyak bergaul dengan dunia luar makanya jadi berani begini, sana masuk kamar dan belajar lah. Besok materi apa baca dengan baik, jangan hanya bisa berteriak saja. "
Hara dibuat semakin kecewa dengan ucapan sang ibu, ia meremas kuat seragam sekolah nya. Seragam yang membuat nya merasa tidak pernah bebas, ia kuat-kuat menahan amarah nya karena ia tidak ingin durhaka kepada ibu nya sendiri.
"Hara ke kamar dulu," ucap Hara lalu segera berlari meninggalkan ibu nya
Sesampainya dikamar ia membanting pintu nya dan mengunci pintu nya. Ia berusaha agar tidak menangis, ia berusaha agar ia baik-baik saja. Namun semua gagal, ia sudah tidak bisa menahan nya lagi.
"𝘏𝘪𝘬𝘴 Tuhan, Hara hanya ingin ibu menghargai perjuangan ku. Hara lelah, Hara hanya ingin seseorang yang bisa mengerti keadaan Hara 𝘩𝘪𝘬𝘴 𝘩𝘪𝘬𝘴𝘴. "
Semua barang yang ada dikamar nya bukan lah keinginan nya, ia memang suka belajar namun tidak dengan dipaksa untuk memenuhi ekspetasi mereka. Ia hanya ingin belajar sesuatu dengan porsinya, ia tidak mau dipaksa.
"Setelah hujan reda, aku akan pergi menemui Satya. Aku yakin dia pasti menunggu ku, semoga saja ia setia menunggu ku datang. " ucap Hara
Pukul tujuh lebih duapuluh menit hujan sudah benar-benar reda, ibu nya sedang dikamar bersama dengan ayah nya. Ia pergi diam-diam, ia hanya ingin menepati janjinya.
Sengaja ia menuntun motor nya sampai gang depan agar tidak kedengaran kedua orang tua nya jika ia pergi, secepat kilat ia membelah jalanan demi sampai dimana ia janjian dengan Satya.
Kosong?
Tidak ada siapa-siapa, apa Satya memilih menyerah dan pergi? Hara merutuki diri nya sendiri karena sudah terlalu mengulur waktu. Sekarang ia tak mendapatkan apapun selain kenyataan bahwa Satya sudah pulang, pemuda yang memiliki tahi lalat di hidup mancung nya . Sudah jelas jika Satya pasti kecewa padanya karena sudah membuat nya menunggu, karena ia tidak memiliki alasan lagi untuk disini. Hara pun kembali menyalahkan motor nya, namun tiba-tiba ia melihat seseorang dari jauh yang tengah tersenyum kepada nya.
"Satya? " gumam Hara, ia yakin orang itu adalah Satya.
Hara kembali turun dari motor nya dan berjalan menghampiri orang itu, karena jujur ia sangat merindukan Satya.
"Ha-i_eeh?" baru saja mau menyapa , tubuh nya lebih dulu diterjang dan didekap kuat oleh Hara. Satya hanya mampu membalas dan mengelus punggung Hara.
"Maaf kan aku, aku tidak lupa tapi tadi hujan sangat deras jadi aku tidak bisa pergi. " ucap Hara masih dalam posisi memeluk Satya.
"Tidak masalah, aku juga tadi belum datang. Ini aku baru sampai, untung aku tepat waktu datang nya. Jika tidak kamu pasti sudah pergi, iya kan? " ucap Satya
Hara melepaskan pelukan itu, ia memandang wajah pemuda dihadapan nya ini. Yang sial nya dia sangat tampan, Hara jadi iri karena ia tidak tampan seperti nya. Seharusnya kau lebih sering berkaca Hara, karena kau dilihat dari sisi manapun kau itu sangat tampan.
"Kenapa hari ini kamu sangat tampan? Wangi dan juga sangat tampan, " tanya Hara, ia mencium aroma tubuh Satya yang sangat wangi itu.
Satya terkekeh dengan penuturan Hara yang terbilang tiba-tiba.
"Kamu juga tampan, aku rasa kamu lebih pantas untuk dipuji daripada aku." ucap Satya
Hara merengut sebal, selama ini ia tidak pernah mendengar pujian dari siapapun. Mendengar nya dari mulut Satya membuat nya seperti orang spesial di hidup Satya, ayolah Hara. Dia hanya tersipu karena kau memuji nya.
"Kita mau apa sekarang?" tanya Hara
"Bagaimana kalau kita makan, kamu pasti belum makan kan? " ucap Satya
"Belum, tadi belajar dulu jadi lupa makan. " Satya mengusak surai hitam Hara, ia gemas dengan tingkah Hara.
Menikmati suasana malam berdua dengan orang yang paling berharga itu sangat membahagiakan, Hara tidak pernah melakukan nya. Ini adalah kali pertama dirinya pergi keluar bersama dengan orang yang ia sayangi, biasanya memang ia pergi tapi hanya sendiri penuh dengan kesepian.
"Terima kasih ya Satya karena sudah menemani ku hari ini, lagi dan lagi kamu mau bermain dan menikmati hari bersama ku. "ucap Hara, ia sangat bahagia karena bisa berjalan-jalan dan sekarang ia dinner di restoran yang cukup bagus dan membuat suasana hati nya membaik.
"Aku juga berterima kasih, bagaimana sekolah mu hari ini? Pasti menyenangkan, " ucap Satya, ia juga bahagia bisa bersama dengan Hara.
Hara nampak terdiam sebentar, ia menundukkan kepala nya. Entah sedang melihat apa dibawah sana yang jelas Satya melihat Hara nampak murung dan enggan untuk mengingat nya.
"Jika tidak mau cerita tidak apa-apa, aku akan menunggu mu untuk cerita sendiri nanti. Oh ya ngomong-ngomong hari selasa depan kamu ada waktu senggang untuk ku tidak? " Satya berusaha untuk mencair kan suasana nya lagi, ia tidak suka melihat ekspresi Hara yang murung begini.
"Ada, memang nya ada apa? " jawab Hara dengan cukup pelan membuat Satya harus lebih mendengar kan ucapan Hara.
"Ada lah,datang saja. Atau mau ku jemput, aku memiliki sesuatu hal yang ingin kutunjukkan padamu sebagai perayaan satu minggu pertemuan kita."
"Apa itu perlu? Bukan kah itu terlalu berlebihan, " Hara sedikit merasa jengah dengan itu, entah ia yang memang tidak terbiasa atau memang ia malu untuk mengakui nya.
"Tidak, aku akan menjemput mu selasa depan. Berdandan lah yang rapi dan tampan, supaya aku senang melihat nya. " mendengar ucapan Satya membuat kedua pipi Hara bersemu, ia jadi seperti akan bertemu dengan seseorang yang penting dalam hidup nya.
"Diam lah! Lanjut kan makan nya. " kesal Hara, ia melanjutkan makan makanan nya yang sempat tertunda tadi.
Satya tersenyum melihat pipi Hara merona seperti itu, ternyata Hara adalah laki-laki yang mudah tersipu. Namun itu lucu, jarang-jarang ada laki-laki seperti nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
ɪ ᴡᴀɴᴛ ᴛᴏ ʙᴇ ʏᴏᴜʀs ғᴏʀᴇᴠᴇʀ
𝐓𝐁𝐂
KAMU SEDANG MEMBACA
I want to be yours forever ||ENHYPEN SUNGHOON HEESEUNG
Short StorySeorang pemuda SMA yang hidup dalam tekanan kedua orang tua nya, berani mencoba untuk melawan dan menemukan kebahagiaan. Namun semua itu membuat nya merasa gila, karena ia merasa semua nya hanya halusinasi nya saja. Bagaimana dengan kelanjutan ceri...