Satya sedang memandang Hara yang terlihat sedang menikmati makanan buatan nya, sangat lahap sehingga Satya dibuat gemas oleh nya.
"Pipi mu gembil banget?" ledek Satya membuat Hara langsung mendelik tajam
"Makanan nya enak, tidak?" tanya Satya membuat Hara mengerang sebal
"Satya aku sedang makan jangan kamu tanya terus, lalu kapan aku bisa selesai nya iihhh, " kesal Hara dan Satya hanya tertawa dibuat nya
"Iya, lanjut gih makan nya. Aku liatin aja, makan sampai kenyang ya manis."
Hara melanjutkan acara makan nya, ia tidak akan memperdulikan apapun jika ia sudah berhadapan dengan makanan.
"Pipi mu ini halus banget ya, kaya bayi. Maklum sih anak semata wayang jadi di perhatikan banget, tapi belum tentu juga sih. " Satya dengan tiba-tiba mengusap-usap pipi Hara, walaupun begitu Hara hanya diam sambil terus mengunyah.
"Rona merah di pipi mu alami ya? Jadi keliatan manis banget, jadi pengen aku gigit." Hara langsung menatap Satya dengan tatapan mematikan walaupun bagi Satya itu seperti tatapan anak kucing yang minta di elus-elus
"Nanti kalo ibu mu marah atau ayah mu marah karena pergi nya lama, kamu bilang saja kalau sulit menemukan buku nya. Mereka pasti menurut, jangan khawatir. Kalau mereka sampai menyakiti mu secara fisik, aku tidak akan diam saja."
"Jangan seperti itu, mereka adalah kedua orang tua ku. Seperti apapun mereka kepada ku, aku tetap menyayangi mereka. Jangan sakiti mereka, aku tidak suka, " ucap Hara, ia sudah selesai makan. Jadi ia bisa bicara sesuka hati nya sekarang
"Ya baiklah, memang apa sih alasannya mereka melakukan ini? Juara kelas juga tidak selalu menjadi orang sukses. Mereka juga bisa hanya menjadi biasa-biasa saja. "
"Mereka ingin supaya aku bisa menjadi lebih baik dari mereka, bisa menguasai perusahaan milik ayah dengan baik tanpa ada kesalahan. Itu yang mereka katakan pada ku, aku tidak mungkin membantah mereka."
"Kamu tahu Hara?nilai ku itu selalu pas-pasan, jika nilai ku bersanding dengan nilai mu maka nilai ku tidak ada harga dirinya. Bahkan kamu selalu mendapatkan posisi tertinggi, sedangkan aku hanya di tengah-tengah ataupun bahkan hampir terakhir. Kedua orang tua ku biasa-biasa saja tuh, tidak memiliki masalah untuk itu."
Hara menundukkan kepala nya, ia merasa tersinggung dengan ucapan Satya.
"Kedua orang tua kita berbeda Satya, maka cara mereka mendidik juga berbeda. " lirih Hara, ia menjadi tidak memiliki mood untuk melakukan apapun
"Dengar! Orang tua mu saja yang bodoh, malah dengan tega memanfaatkan anak nya sendiri demi mengabulkan ekspetasi mereka. Tidak ada orang tua yang tega seperti ini ke anak nya, hanya orang tua mu Hara."entah Satya sedang marah atau bagaimana, yang pasti setiap kata yang keluar dari mulut nya itu sudah melukai hati Hara.
Hara tetap diam, ia tidak bisa menjawab itu semua. Satya pun tersadar bahwa ia sudah menyakiti hati Hara, ia pun merutuki dirinya sendiri karena tidak berpikir dahulu sebelum bicara.
"Maaf kan aku, " ucap Satya
"Tidak apa-apa, itu semua nyata. Aku baik-baik saja kok, jangan khawatir."
"Hati mu pasti terluka, maafkan aku karena dengan tega mengatakan itu semua tanpa berpikir panjang."
Satya langsung berdiri dan menghampiri Hara dan memeluk nya erat, ia tahu ia sudah menyakiti hati Hara.
"Hiks hikss hikss hikss" isak tangis itu akhirnya lolos juga, Hara menangis tanpa henti dalam pelukan Satya.
"Jangan nangis, aku tidak suka melihat mu menangis seperti ini."Satya menenggelamkan wajah nya di ceruk leher Hara, ia sungguh menyesal membuat Hara menangis seperti ini.
Ia tahu jika masa sekarang seperti ini Hara sedang sensitif, selain karena ia banyak pikiran, Hara juga terlalu lelah sehingga mudah menangis.
"Sssttt, sudah cukup menangis nya. Kamu suka melihat aku tidak berdaya seperti ini karena mu, kamu suka melihat ku takut seperti ini?" Satya menghapus jejak air mata Hara, ia memandang wajah itu. Bibir nya bergetar, ujung hidung nya memerah dan mata nya sembab. Satya tidak tega melihat nya.
"Maafkan aku hiks, " ucap Hara
"Iya, tapi jangan nangis lagi ya. Nanti sesek nafas nya, cup cup jangan nangis ya."
Hara sudah berhenti menangis, namun ia masih sesenggukan. Satya sudah membereskan bekas makanan Hara, sekarang ia sedang menghapus air mata Hara yang membasahi pipi nya.
"Sekarang istirahat ya, nanti malam aku anterin kamu pulang. Jangan khawatir, kalau mereka marah padamu aku akan melindungi mu."
Hara pun tertidur di samping Satya, ia bersandar pada bahu Satya agar ia bisa tidur. Sedangkan Satya sendiri ia sedang memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk melindungi Hara, bagaimana pun.
"Maaf kan aku, mungkin ini terlalu menyakitkan tapi semoga kamu bisa menjalani ini semua ya. " ucap Satya lalu benar-benar memeluk Hara dengan penuh rasa sayang.
Malam nya Hara diantar pulang oleh Satya, kedua nya sudah berdiri di depan gerbang rumah Hara.
"Darimana kau hah!! Sudah berani membantah sekarang?! " ucap Ayah membuat Hara terkejut
"Ayah? Tidak, aku tadi membeli buku kok. " jawab Hara
"Membeli buku tidak selama itu, bodoh!! Kau pikir ayah bodoh sehingga kau dengan gampang nya menipu ayah mu ini." kesal nya
"Maaf ayah, tapi __
"Tidak ada tapi-tapi, masuk sana. Belajar yang benar, jangan hanya keluyuran saja pintar nya. "
"Om tidak bisa seenaknya seperti itu memperlakukan Hara seperti boneka pemuas ekspetasi kalian, Hara juga memiliki perasaan." ucap Satya
Mata pria paruh baya itu menajam, menatap Satya dengan tatapan penuh amarah.
"Siapa kau!? Tahu apa kau tentang Hara? Jangan sok, anak muda. Jadilah pemuda yang baik dan pergi sana,"
"Ayah, jangan bicara seperti itu." ucap Hara
"Apa?! Mending kau masuk sana, terima akibatnya karena sudah membantah ku."
"Ta__
" MASUK!!! "sentak Ayah
Hara takut, lantas ia segera masuk kerumah meninggalkan dua orang itu yang sedang saling bertatapan maut.
"Pergi! " usir Ayah
"Maaf om, tapi om tidak bisa seperti ini kepada Hara. Kasihan mental nya, dia bisa sakit nanti."
"Tahu apa kau?! Jauhi anak saya, jangan pernah dekati anak saya kalau kau tidak ingin Hara kenapa-napa. Kau ini membawa pengaruh buruk untuk Hara, dia menjadi suka keluyuran karena kau! Jauhi dia kalau kau ingin melihat nya baik-baik saja."
'Aku harus bagaimana? Aku tidak mungkin bisa melihat Hara terluka, hati ku sakit.'benak Satya
"Kenapa diam?! Jauhi anak saya kalau kau masih ingin Hara hidup dengan baik, dia anak saya dan saya berhak atas diri nya."
"Baiklah, saya pegang omongan om. Kalau sampai Hara kenapa-napa walaupun saya menjauhi nya, saya akan laporkan om ke polisi. Tidak menerima penolakan, camkan itu om." Satya pun segera pergi dari sana, setidaknya ia sudah mendapatkan waktu sehari untuk bisa bersama nya tadi, sehingga ia tidak terlalu merasa rindu yang berat.
Satya terus berlari menjauhi daerah rumah Hara, ia merasa kesal. Segala ucapan yang dikatakan ayah nya Hara membuat nya khawatir, ia tidak bisa berbuat apa-apa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
ɪ ᴡᴀɴᴛ ᴛᴏ ʙᴇ ʏᴏᴜʀs ғᴏʀᴇᴠᴇʀKira-kira apa yang akan dilakukan Satya selanjutnya?.........
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
I want to be yours forever ||ENHYPEN SUNGHOON HEESEUNG
Short StorySeorang pemuda SMA yang hidup dalam tekanan kedua orang tua nya, berani mencoba untuk melawan dan menemukan kebahagiaan. Namun semua itu membuat nya merasa gila, karena ia merasa semua nya hanya halusinasi nya saja. Bagaimana dengan kelanjutan ceri...