12

209 17 0
                                    

Malam nya Hara sedang belajar untuk materi besok, ia sudah terbiasa melakukan itu jadi ia tidak merasa terbebani. Yang membuat nya merasa terbebani adalah kekangan dan tekanan dari kedua orang tua nya, itu saja dan juga ia tidak begitu dipedulikan oleh mereka.

Brakkk!!

Pintu itu dibuka secara tiba-tiba membuat pintu itu terbanting cukup keras, Hara yang sedang belajar jadi terkejut.

"Berani nya kau melawan ibu mu sendiri?! Tidak ada sopan santun nya kau bicara dengan ibu mu, mau jadi anak durhaka?" ucap Ayah dengan kesal nya

Hara hanya tersenyum smirk, ia tidak habis pikir dengan kedua orang tua nya yang terlalu toxic ini.

"Kenapa? Tidak suka, merasa tidak becus menjadi orang tua!? Memang benar kan kalian itu tidak becus jadi orang tua__

Plakk!!

" Berani bicara seperti itu kepada Ayah mu sendiri, sekarang kau mulai kurang ajar ya. Bergaul dengan siapa kau? Kenapa kurang ajar seperti ini."

"Ayah, tamparan mu membuat ku tersadar bahwa memang benar bahwa kalian tidak menyayangi ku dan tidak mencintai ku dengan tulus. Kalian memang membenci ku, sangat membenci ku."

"Dibiarkan malah melunjak ya, apa mau mu? Kenapa kau jadi seperti ini? Kami tidak pernah mengajari mu seperti ini kepada orang tua."

"Kalian memang tidak pernah mengajari ku apa-apa, jangan berbangga diri karena sudah bisa membesarkan ku. Anak kalian rusak, anak kalian ini sudah bukan menjadi pemuda yang baik. Aku telah rusak karena kalian, kalian penyebab aku seperti ini!! " kesal Hara, seharian ini ia tidak bisa mengontrol emosi nya sendiri.

"KURANG AJAR!! AYAH MENYESAL MEMILIKI ANAK SEPERTI MU, SULIT DIATUR DAN KURANG AJAR SEPERTI INI!! HIDUP KU PENUH KESIALAN KARENA MEMILIKI ANAK SIALAN SEPERTI MU!! "

"HIDUP MU SIAL KARENA MEMANG KAU YANG SIALAN, BUKAN KARENA AKU. JANGAN SALAH KAN ANAK TIDAK BERDOSA SEPERTI KU! SALAHKAN DIRI MU SENDIRI KARENA TIDAK BISA MENDIDIK KU!! "

"JANGAN BERTERIAK KEPADA KU, SIALAN!! " sentak Ayah

"KAU YANG MEMULAI NYA AYAH! KAU YANG BERTERIAK DULU KEPADA KU!! BUKAN KAH SEORANG ANAK AKAN MENGIKUTI APA YANG ORANG TUA NYA AJARKAN, KAU YANG MENGAJARI KU UNTUK BERTERIAK SEPERTI INI!! "

Pria paruh baya itu seakan habis kata-kata untuk di katakan kepada anak semata wayang nya itu, ia terdiam seolah ia tidak bisa bicara.

"Apa? Kenapa diam? Sudah habis kata-kata, apa merasa anak mu ini sudah sangat pintar sehingga kau takut untuk menandingi. Anak mu ini pintar karena kalian memaksakan terus untuk belajar, aku jadi pandai bicara sekarang. Jangan salahkan aku, karena semua masalah bersumber pada mu."

Hara tersenyum remeh melihat ayah nya tidak mampu berkata-kata lagi, ia tidak peduli. Ia hanya meladeni segala keributan yang kedua orang tua nya buat, kenapa ia acuhkan bila ini sangat seru.

"Sialan, " umpat nya lalu pergi begitu saja

Hara menghela nafas nya lega, air mata nya jatuh bersamaan dengan dada nya yang bergemuruh. Ia juga merasa sakit hati bicara seperti itu kepada kedua orang tua nya, ia merasa berdosa dan durhaka. Tapi ia kesal, ia merasa tidak dihargai.

"Hiks m-mmaafkan a-aaku ya Tuhan hikss hikss. " tangis Hara pecah, ia memohon kepada Tuhan agar ia diampuni karena sudah melawan kedua orang tua nya

"Satya, mungkin kamu memang hanya sekedar halusinasi ku. Jadi ku mohon hilang lah dari pikiran ku, aku lelah terus mencari mu yang tidak pasti ini." gumam Hara

"Aku lelah terus memikirkan mu, tapi jika kamu memang ada kamu itu dimana? "

Hara terus berpikir, ia tidak pernah salah dengan pikiran nya sendiri. Tapi ia yakin sekarang bahwa Satya hanya halusinasi nya saja, tapi belum sepenuhnya yakin.

Karena Hara belum terlalu yakin, akhirnya ia berlari pergi dari rumah. Ia menuju tempat dimana ia bertemu dengan Satya yang katanya hanya halusinasi nya saja, ia tidak mau dikira gila.

Tempat itu gelap, sepi dan tak ada siapapun selain dirinya. Namun ia tidak akan menyerah begitu saja, sudah berbulan-bulan ia tidak bertemu dengan Satya itu. Ia yakin memang Satya itu ada, ia tidak mungkin salah mengira.

Waktu terus berjalan hingga tak begitu menyadari bahwa sudah sangat malam, Hara tetap setia menunggu Satya. Bisa saja ia datang untuk mencari nya, kemungkinan bisa saja terjadi.

"Satya, sebenarnya kamu ada atau tidak." gumam Hara, ia duduk pada trotoar untuk menunggu Satya.

Saat ia merasa mulai lelah, Hara berniat untuk pulang. Namun mata nya melihat sesuatu, ia melihat seseorang berjalan kepada nya sambil tersenyum begitu cerah.

Sampai orang itu berada beberapa meter dari nya, Hara langsung tersenyum dan menangis. Satya nya datang, ia tidak mungkin salah lihat untuk kesekian kali nya.

Hara langsung berlari ke arah nya dan mendekap nya kuat takut akan kehilangan nya, ia merasakan tubuh nya. Berarti tandanya ia memang ada, ia bukan halusinasi nya.

"Satya, kamu benar-benar Satya? Bukan hanya ilusi ku kan? " tanya Hara, air mata nya sudah mengalir sejak tadi

Satya hanya diam, ia tidak menjawab pertanyaan Hara. Namun beberapa saat kemudian memeluk Hara dengan sangat kuat, menenggelamkan wajah nya di ceruk leher Hara.

Hara bahagia karena pemuda yang ia dekap adalah nyata, bukan sekedar halusinasi nya. Ia semakin memeluk erat Satya seolah tak ada hari esok untuk melakukan nya, ia sangat merindukan Satya.

"Kamu benar-benar Satya kan? Bukan hantu ataupun halusinasi ku, aku sangat takut. Aku takut kehilangan mu, dunia ku berantakan tanpa mu. Jangan tinggalkan aku lagi, cukup untuk sekali ini saja. "

Satya hanya diam, ia tidak menjawab segala ucapan Hara. Ia tidak bicara, ia semakin memeluk Hara. Siratan rasa rindu yang sangat membara, namun Hara bicara merasakan air mata pemuda yang ia peluk membasahi pakaian nya.

Hara semakin yakin bahwa ia benar-benar Satya, bukan halusinasi nya. Ia bisa memberitahu pada seluruh teman nya bahwa ia tidak gila, Satya nya memang nyata. Bukan hanya ilusi yang ia buat, bukan hanya pikiran nya yang membuat nya karena ingin kebahagiaan.

Satya masih setia diam, ia tidak berpindah pada posisi nya. Tetap memeluk Hara, tanpa memperdulikan hal sekitar. Hara pun sama, ia juga tidak begitu peduli dengan hal sekitar. Baginya ada Satya itu sudah cukup, ia sangat bahagia.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
ɪ ᴡᴀɴᴛ ᴛᴏ ʙᴇ ʏᴏᴜʀs ғᴏʀᴇᴠᴇʀ

Apakah Satya memang ada? Kenapa ia tidak bicara apapun kepada Hara?

TBC


I want to be yours forever ||ENHYPEN SUNGHOON HEESEUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang