Yoshi sudah menduga, bahwa kepindahan keluarga Junghwan hanya akan membuat hari-harinya semakin goyah. Apalagi melihat betapa mudahnya Jennie akrab dengan Ibu nya Junghwan. Padahal sejak pertama kali kenal Jennie, wanita itu sangat pemalu dan susah bergaul dengan tetangga sekitar.
"Mereka bakalan gosip sepanjang hari."
Dan ya Tuhan, bagaimana bisa kebetulan ini muncul begitu saja.
Yoshi tersenyum kikuk. "Jadi... Kamar lo disini?"
Junghwan menyangga tubuhnya dengan kedua lengan berototnya tersebut. Setengah badannya sudah keluar dari jendela besar seukuran sama dengan jendela kamar Yoshi. Yang sialnya, harus berhadap-hadapan.
"Correct."
Anak manis itu kebingungan harus senang atau malah merasa tersiksa karena kemungkinan akan setiap hari pula melihat kegiatan Junghwan di kamarnya.
Belum lagi, badan tegap nan gagah itu sudah di pamerkan Junghwan dengan hanya mengenakan kaos tanpa lengan. Dia bahkan terlihat santai sambil menguncir setengah rambutnya. Sialan, pemuda itu sama sekali tidak akan memikirkan bagaimana Yoshi menahan diri buat tidak berteriak kegirangan melihat ketampanan si pemuda So.
"Sampai ketemu besok, Neighbor."
"Aku bakal undang keluarga So makan malam lusa." Yoshi menghela nafas panjang, memerhatikan Jennie yang dengan sumringah mengoleskan selai diroti tawarnya. "...Kalian nggak boleh ada yang punya rencana lain."
"Harus banget hadir?"
Jennie menatap Yoshi. "Iyalah. Jisoo orangnya lucu banget dan akhirnya aku punya temen buat ngobrol disiang hari. Kalian tau sendiri, kalau siang aku sepenuhnya sendirian dirumah."
"Who's Jisoo?" Yoshi menyerngit.
"Junghwan's Mom." Haruto disebelahnya menjawab dengan mulut penuh makanan.
"Maㅡ"
"Come on, Yoshi. Kamu terlalu banyak habisin waktu dikamar. This is the perfect time to mingle and make new friends."
Yoshi merotasikan matanya. Anak itu segera bangkit dari kursi sambil menggelengkan kepala. "Junghwan temennya Haru bukan temen aku."
"You didn't eat your breakfast again!"
•••
"Muka lo kayak habis di siram minyak panas."
Red? Ya pastilah karena Yoshi terlalu banyak memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi lusa ketika Keluarga Junghwan benar-benar datang kerumahnya dan menghabiskan malam dengan mereka.
Mereka akan mengobrol, meskipun Yoshi tahu benar dia akan tertinggal sendirian. Junghwan anak tunggal, Ayah nya tentu akan mengobrol dengan Ayah Yoshi. Jisoo dan Jennie akan memasak, dan tentu Junghwan serta Haruto akan menghabiskan waktu berdua.
Meski begitu, lusa mungkin menjadi pengalaman terintens karena akan berada di satu meja makan yang sama dengan sosok Junghwan yang selama ini berusaha Yoshi jauhi. Namun kemungkinan lainnya adalah jika dirinya dan Junghwan bisa benar-benar mengobrol, hanya berdua.
Yoshi merasakan panas di pipinya.
"You have practice today?"
Yoonbin mengangguk. "Gue bakal tetep duduk pas makan siang sama lo."
Langkah Yoshi terhenti. Kedua sahabat itu saling menatap sampai akhirnya Yoonbin tersenyum. Ya meskipun senyuman itu menurut Yoshi buruk sekali.
Yoonbin sangat amat jarang tersenyum.
"Stop it, Bin. Lo anak baru dan mereka punya rules."
Namun, Yoonbin memilih acuh dan melangkah lebih dulu. Membuat Yoshi harus berlari kecil untuk mengimbangi langkah Yoonbin kemudian.
"No big deal, Yosh." Yoonbin memicing.
"Gue bisa sendiri."
Yoonbin menoleh. "Nggak."
"Bin! Lo nggak mungkin selamanya sama gue. Gue cuma bakal menghambat lo."
Kali ini Yoonbin berhenti lebih dulu. Yoshi menghela nafas berat.
"You are not a hindrance. You're my best friend since forever, don't ever say that again." Kata Yoonbin penuh penekanan.
"Justㅡ lo harus prioritasin Basket dulu, Bin. I know you really want to be part of the team. And i don't want to ruin it."
Sekali lagi Yoonbin menggelengkan kepala. "Gue memprioritaskan sahabat lebih dulu, Yoshi."
Kemudian Yoonbin pergi. Membiarkan Yoshi bergelut dengan pikiran dikepalanya, lagi dan lagi.
Memang sebenarnya Yoshi sendiri tidak begitu tahu mengenai peraturan aneh tim basket namun yang ia ketahui, semua tim basket makan di satu meja khusus. Mereka selalu begitu.
Selalu, meskipun awalnya Yoshi sempat berfikir Haruto sengaja ikut tim basket agar tak repot duduk di satu meja yang sama.
'Selamat Pagi semuanya! Pengumuman di tujukan untuk para pemain Basket SMA ISSI agar segera ke lapangan basket sekarang juga."
Yoonbin menggigit bibir, "Crap!"
"Mungkin ada briffing pagi." Yoshi menghibur meskipun dari raut muka Yoonbin, anak itu tidak terhibur sama sekali. "You better go,"
Dan kemudian, lagi dan lagi, Yoshi sendirian.
"Selamat pagi." Sahutan dari sapaan sang guru meredam diujung kalimat, guru itu ternyata mempersilahkan seseorang masuk ke dalam kelas. Asing, dan terlihat gugup. "...kita kedatangan teman baru."
Yoshi bisa melihat jelas raut gugup itu. Namun ketika tersenyum, anak itu nampak nyaman dan lebih percaya diri. "Selamat pagi, Nama ku Jihoon."
Wajah baru, Yoshi melirik kesekitar kelas tidak ada bangku kosong tersisa. Oh kecuali disebelahnya, karena Yoonbin masih belum kembali bahkan setelah pelajaran pertama dimulai. Dan benar saja, sang guru kemudian menyuruh Jihoon duduk disebelah Yoshi sementara kursi baru akan di bawa setelah istirahat pertama.
"Hai."
"Hai."
Jihoon tersenyum. Meskipun dia anak baru, terlihat benar bahwa yang lebih pemalu adalah Yoshi. Tapi yang Jihoon sadari adalah Yoshi terlihat seperti anak baik dan ramah. Hanya sangat pemalu.
"Jihoon." Katanya, menjulurkan tangan sebagai salam perkenalkan.
Yoshi malu-malu membalas, dengan senyum yang agak dipaksa dirinya menyahuti. "Yoshinori."
Dan entah bagaimana, kemudian mereka malah berakhir menjadi Partner Lab karena sang guru memutuskan untuk membuat tim project teman sebangku. Soal Yoonbin? Mana Yoshi tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartstopper | Hwanshi✓
FanfictionYoshi tau kalau Junghwan terlampau jauh didepannya. Bahkan jika faktanya Junghwan adalah sahabat Haruto, Yoshi tetap mematok kesenjangan luar biasa diantara mereka. Meskipun Junghwan kemudian pindah ke sebelah rumahnya pun, Yoshi merasa mereka sanga...