Kadang, kita berusaha mengabaikan sesuatu. Hal-hal yang membuat kepala kita berbisik dengan banyak suara, berisik dan sampai mati pun kamu tidak bisa mencari tombol untuk mematikan suara-suara bising yang memenuhi kepalamu, sampai akhirnya kamulah yang mati karena kebisingan itu sendiri.
Bukan karena suaranya, namun karena bisikan itu berisi berbagai keburukan terburuk atau kemungkinan terjahat yang bisa dipikirkan oleh seorang manusia. Terkadang, sangking berisiknya kamu jadi lupa bernafas, dan ketika kamu mencoba fokus untuk mengatur nafasmu sendiri, kamu tercekat dan berakhir tidak bernafas sama sekali.
Sebagian besar orang memberi semangat, menyuruhmu tetap hidup dalam kebahagiaan tanpa pernah mau mengerti. Ya, untuk apa kamu mengerti? Bahkan beberapa orang menganggap hal itu tidak nyata. Yang mereka tidak tahu, bahkan kebahagiaan bisa menimbulkan Anxiety. Semua orang memilikinya, namun sebagian besar beruntung karena mereka tidak merasakan efeknya dengan sangat kuat.
Beruntunglah kamu jika nafasmu tidak pernah pergi meninggalkanmu.
Yoshi mengalami semuanya dalam diam. Bukan karena terapis yang pernah di berikan Hanbin tidak berguna, namun sederhana karena mau bagaimanapun Yoshi mengungkapkan isi hatinya hal itu tidak akan mengubah takdir yang sudah terjadi padanya. Bunda dan Yumna akan tetap meninggal, Haruto akan tetap benci padanya dan dia tetap menjadi remaja tujuh belas tahun yang sudah amat rusak baik mental, fisik maupun jiwanya.
Gangguan mental bukanlah sebuah pilihan, tidak ada manusia yang mau memilih gangguan mental sebagai hal yang menjadi kesehariannya. Yoshi tidak punya pilihan, gangguan mental datang kepadanya tanpa pikir panjang. Dan meskipun dirinya bisa menyalahkan Haruto sebagai penyebab utama dirinya punya gangguan mental, namun Yoshi memilih tidak menyalahkannya.
"YOSHI?!"
Ditengah kegaduhan, yang bisa Yoshi rasakan adalah rasa berdenyut sakit karena kepalanya menghantam sesuatu. Yoshi tidak yakin siapa yang beteriak memanggil namanya dan suara-suara gaduh lain yang seketika berdenging di telinga.
Yoshi dengan kesadaran hampir hilang dapat jelas mencium wangi anyir dan wangi parfum yang familier di hidungnya, wangi parfum Junghwan. Junghwan jelas orang yang tengah mengangkat bagian atas tubuhnya dan dengan panik berteriak menyuruh seseorang agar menelfon ambulan secepat mungkin.
ah, Yoshi ingat.
Tali sepatunya terlepas saat menyeberang jalan tadi. Dalam hitungan detik, klakson mobil dari arah kanan berbunyi nyaring dan ketika Yoshi menoleh....
"HOLY SHIT! KENAPA ADA DARAH DI PAHANYA?!"
Jeongwoo seketika sesak nafas melihat aliran itu, tangannya gemetar mengetik nomor ambulan. Jelas-jelas kepala Yoshi yang membentur trotoar.
"Tell me."
Jeongwoo mendongak, wajahnya tidak kalah menyedihkan dari wajah pucat Haruto yang berdiri didepannya. Bercak darah dimana-mana yang kontras di kaus putih Haruto membuat suasana semakin mencekam.
Ada perasaan takut dan menyesal yang menggerogoti tenggorokan Jeongwoo sekarang. Dia bahkan tidak bisa menatap lurus mata Haruto yang nampak kalut.
"I donㅡ!"
"You know, you must know. Lo berdua terlalu akrab," Potong Haruto tegas.
Jeongwoo menggeleng. "Lo kembarannya. And you know nothing?" Jeongwoo menggeleng heran dengan air mata yang mengalir dipipinya.
Haruto beranjak untuk duduk disebelah Jeongwoo. "Tell me, and i'll kill him."
Tidak menghiraukan ucapan Haruto, diam-diam tangan Jeongwoo gemetar lagi. Duduk dalam diam dengan kedua tangan yang bertaut dan air mata yang masih mengalir di pipi Jeongwoo. Beberapa kali Haruto mengucap sesuatu, namun Jeongwoo tidak bisa fokus dengan kemarahan Haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartstopper | Hwanshi✓
FanficYoshi tau kalau Junghwan terlampau jauh didepannya. Bahkan jika faktanya Junghwan adalah sahabat Haruto, Yoshi tetap mematok kesenjangan luar biasa diantara mereka. Meskipun Junghwan kemudian pindah ke sebelah rumahnya pun, Yoshi merasa mereka sanga...