Baikan

490 58 10
                                    

             Happy Reading

"Mas, siapa dia, siapa wanita ini Mas." Wanita itu menghampiri suaminya yang sedang menggandeng wanita lain.

Wanita yang di gandengannya hanya tersenyum kemenangan, karena dia berhasil mendapatkan pria yang ia mau.

"Dia istri ke dua aku, kalau kamu mau pisah ya silahkan, atau justru kamu mau di poligami oleh saya." Pria itu kini menatap Wanita yang tak lain adalah istrinya pertamanya.

Istrinya kemudian menangisi histeris, dia tidak menyangka suaminya akan berselingkuh.

"Pah, maksud Papah apa, jangan sakitin Mamah pah," seorang anak bersegam SD datang menghampiri mereka. Dia terkejut melihat Mamahnya menangis histeris.

"Kamu lebih baik diem, kamu cuma anak kecil, lebih baik kamu masuk ke kamar kamu Haikal." Dia menunjuk Haikal untuk pergi.

Haikal sendiri hanya menggelengkan kepalanya, dia tidak tega melihat Mamahnya terus menangis, itu membuatnya sedih.

"Masuk cepetan ke kamar kamu ini urusan orang dewasa, anak kecil kayak kamu gak seharusnya tahu." Dia menyeret kerah baju Haikal.

"Mas, berhenti jangan sakitin Haikal, lebih baik aku cerai sama kamu, dari pada liat anak ku di perlakukan kayak hewan begitu."

Mamahnya menarik tangan Papahnya untuk berhenti mencengkeram kerah baju Haikal.

Papahnya sontak langsung mengehentikan aksinya, kemudian dia memandang istrinya.

"Jadi itu pilihan kamu, kamu memangnya bisa hidup tanpa saya." Papahnya memandang Mamahnya dengan murka.

"Saya masih bisa mencukupi kebutuhan Haikal dan Ginny, tanpa harus berada di dekat kamu, lagi pula rumah ini milik saya semua usaha juga saya yang pegang, kamu itu cuma numpang hidup disini, cuma jadi benalu, pergi dari sini sekarang, rumah saya gak butuh sampah kayak kamu, soal surat perceraian biar saya yang urus, silahkan kamu pergi dengan Wanita jalang ini." Mamahnya menarik tangan Haikal dari cengkeraman suaminya, dia juga menunjuk wanita yang menjadi orang kedua di keluarganya dengan tatapan jijik.

"Kurang ngajar kamu." Papahnya kini menapar pipi kiri Mamahnya.

Sontak itu membuat Haikal marah, kemudian dia mengambil sebuah vas bunga dan melemparkannya tepat mengenai kepala Papahnya.

"Lebih baik Papahnya yang pergi dari sini, Haikal gak butuh sosok Papahnya kayak kamu." Haikal memandangnya dengan tatapan dingin, dulu dia menjadikan Papahnya sebagai sosok panutan dalam hidupnya, tapi sosok panutan itu justru sekarang menjadi orang yang malah menyakiti keluarganya.

"Anak gak tau di untung kamu." Dia memegang kepalanya yang sakit karena terkena serpihan vas bunga.

"Udah yuk, Mas lebih baik kita pergi dari sini. Gak ada untungnya peduli sama mereka." Wanita itu menggandeng tangan Papahnya.

Haikal memandang mereka dengan tatapan dingin, dia tidak mau melihat muka Papahnya dan wanita sialan itu.

Haikal lantas tersadar dari lamunannya, dia di kejutkan dengan kedatangan Jenan yang baru sampai di kelas.

"Pagi-pagi udah ngelamun aja lo, ati-ati kesambet setan baru tau rasa mana baru lo doang lagi yang dateng di kelas." Jenan bergidik ngeri, dia juga menaruh bola basketnya di meja.

"Kunyuk, jangan nyumpahin gue ke surupan, kantin aja yuk," jawab Haikal.

"Gas aja sih, gue juga laper nying."

Kosan Abi | 04L [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang