Hari Pertama Sekolah

856 102 7
                                    

             Happy Reading

Jaky berniat untuk main ke Warung Mpok Atiek, seperti biasanya untuk menumpang Wi-Fi.

"Mpok mau ngewifi nih." Jaky memberikan ponselnya.

Mpok Atiek langsung menerima dan sedang mengetikan kata sandi, Jaky menunggu sembari melihat ke jalan yang sedang ramai.

"Udah di sini aja lo Jak, gue keduluan." Gibran memarkirkan motornya dan menghampiri Jaky.

"Biasalah, lagian gue juga gabut di rumah, lo udah persiapan belum buat sekolah besok."

"Gue baru aja beli." Gibran memperlihatkan keresek besar yang ia bawa.

"Santuy benar hidup anda, tumbenan nih dua curut kaga nonggol. Biasanya mereka paling rajin datang ke sini."

"Paling mereka masih ngorok, udah lah login main ml yuk." Gibran menggajak Jaky agar segera main game.

"Lo, jadikan masuk jurusan TKR  Jak?” tanya Gibran yang masih fokus pada hp nya.

"Jadi lah gue masuk TKR, lo sendiri Masuk IPS berapa?”

"IPS 2 cuy, semoga gue bisa betah di sana."

"Jangan lupa cari pacar bran, siapa tau ada yang nyantol. Itupun kalau ada yang mau." Jaky tertawa ngakak, yang alhasil membuatnya tersedak.

"Nah kan kualat lo menghina gue, pasti gue laku lah orang gue ganteng begini, yang perlu di pertanyakan itu lo Rojaky," balas Gibran.

Saat Jaky hendak membalas perkataan Gibran, malah muncul dua curut yang sedang beradu argument.

"Lo sih Yud, kita jadi di marahin Pa Mamat." Gio mendengus kesal pada Yuda.

"Lah kok gue, itu mah salah lo aja yo, yang gak bener bawa sepedanya. Jadi nabrak kan kita, mana Pa Mamat ngamuk lagi." Yuda tidak mau kalah berdebat pada Gio.

"Eh, lo berdua kenapa dateng-dateng langsung adu bacot. Pusing gue dengernya." Jaky mengentikan acara main gamenya.

"Itu bang Jak si Yuda bawa sepeda kaga bener, gue yang di belakang kan kaget, terus ngerem mendadak jadi Yuda sama gue, nabrak Pa Mamat yang lagi lewat, mana pake ceramah segala lagi." Gio bercerita kepada Gibran dan Jaky.

"Begitu jadi itu mah salah lo pada, lagian juga ada-ada, masih untung cuma nabrak Pa Mamat, gimana kalau kalian nabrak Mang Mursid bisa-bisa di suruh bersihin kandang ayam." Gibran membayangkan ngeri.

Sontak kedua bocah itu juga ngeri pada Mang Mursid, untung saja mereka tidak berurusan dengannya.

                      •••

Gibran terbangun dengan enggan, berjalan dengan lesu ke kamar mandi, Gibran benar-benar tidak siap dengan tahun ajaran baru ini.

Gibran menghampiri sang Abi yang tengah menyeruput kopinya, Gibran pun duduk dia mulai memakan nasi uduk yang di beli oleh sang Abi.

"Abi jangan lupa uang jajan Ibran banyakin, kan sekarang bukan anak SMP lagi."

"Iya nanti Abi tambahin, tuh Abi juga udah keluarin motor kamu dari garasi." Abi Hamdan mulai mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribu, dia memberikannya pada Gibran, Gibran langsung saja menggambil uang tersebut.

"Kalau gitu Ibran berangkat sekolah dulu Abi." Gibran Salim kepada sang Abi.

                         •••

"Januar lama banget sih, elah keburu telat nih kita pilih bangku di kelas." Liam memeriksa jam tangannya, dan terus menengggok kearah pintu.

Tapi Januar belum kunjung turun, Liam masih berusaha sabar.

Kosan Abi | 04L [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang