keluarga

380 30 14
                                    

            Happy Reading

"Jenan, gimana sekolah kamu nak? Apa baik-baik saja."

Jenan yang tengah memakan hidangannya pun terhenti, ini seperti bukan Papahnya, dia baru saja memanggilnya nak?

Biasanya ia akan memanggil dengan sebutan Anda, Saya, dan lainnya, tapi sekarang dia bilang kamu dan nak? Walaupun itu terdengar sedikit kaku.

Merasa aneh dengan tingkah Papahnya, Jenan masih memproses Kejadian tersebut. Dia bingung harus bereaksi seperti apa.

Jenan kemudian berdehem pelan. "Baik-baik aja kok Pah, ya berjalan lancar." Dengan sedikit terbata-bata Jenan menjawab perkataan Papahnya.

"Papah juga ke Jakarta cuma mau lihat kondisi kamu Jenan, setelah makan malam ini saya harus pergi lagi ke Bogor."

"Baik Pah, titip salam Jenan, buat Mamah."

"Akan Papah sampaikan kepada Mamah kamu, sebelum itu, Papah punya hadiah buat kamu."

Jenan lumayan terkejut, sejak kapan, Papahnya mau memberikan hadiah, biasanya dia tidak pernah memberikan apapun, kecuali Jenan yang meminta duluan.

"Ayo kita turun, hadiahnya ada di bawah."

                          •••

"Ini, hadiah buat kamu Jenan, semoga kamu suka, Papah dapat rekomendasi dari, teman yang ada di luar negri."

Jenan takjub dengan mobil tersebut, terlihat tampan dan berkelas, setidaknya walaupun sang Papah tidak membelikan mobil Mustang, tapi dia sekarang memberikan Civic turbo.

Mobil tersebut, termasuk jajaran mobil yang Jenan inginkan, Jenan hampir menangis, Papahnya bahkan tidak tahu dengan barang yang Jenan sukai.
Tapi kali ini, dia membelikannya khusus untuk Jenan.

Sedari kecil Papahnya selalu sibuk, Jenan tersenyum dibalik harunya, tanpa ragu dia langsung memeluk Sosok yang selalu ia harapkan, untuk bermain dengannya ketika masih anak-anak.

"Makasih pah, Jenan suka pemberian Papah." Pelukan Jenan langsung dibalas oleh sang Papah.

"Papah, turut senang, kalau anak Papah senang, kamu jangan nangis Jenan." Papahnya mengelus rambut Jenan.

"Jenan cuma seneng pah, karena Jenan punya salah satu mobil impian Jenan."

Papahnya tertawa, merasa lucu dengan tingkah Jenan.

"Kamu, harus ganti potongan rambut, mobil baru dengan gaya rambut baru. Biar anak Papah semakin keren."

"Seriusan, emang Jenan bakal keren Pah." Jenan harus memberi tahu ini kepada Mira, dia pasti juga ikut bahagia.

"Kamu gak percaya dengan Papah, coba tanya kepada Pak Hendru."

Pak Hendru selaku supir pribadi, langsung menggangguk, Pak Hendru sangat bahagia, ketika melihat Jenan bisa tersenyum lepas, bersama Bosnya, dia tahu, bahwa Jenan sangat membutuhkan sosok Ayah.

                           •••

Pagi hari ini, tidak seperti pagi hari yang biasanya, di karenakan ada Gibran yang numpang makan, lebih tepatnya dia membawakan mereka makanan.

"Alhamdulillah, rezeki gue gak jadi beli bubur." Ren bersyukur, tidak perlu repot-repot berangkat pagi.

"Bilang apa dulu sama paduka Gibran."

"Makasih loh paduka Gibran." Ren menunduk, sekali-kali ingin menanggapi tingkah Gibran.

"Sejak kapan lo mau kek gitu?" tanya Jenan.

Kosan Abi | 04L [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang