Upacara

565 78 4
                                    

               Happy Reading

Upacara hari Senin itu adalah hal yang paling membosankan, karena harus berdiri, coba kalau lesehan kan enak.

"Buruan Napa Lim, gue pengen upacara deket Seren, lama banget lo pasang dasi." Januar menunggu Liam di depan pintu.

"Sabar napa, kalau bucin tuh mikir juga goblok." Liam langsung menyusul Januar.
Capek Liam tuh punya temen bucin kaya Januar.

Mereka berdua pun berjalan tergesa-gesa, gak sih cuma Januar aja, Liam mah santai aja mau baris di mana pun.

"Eh gue telat gak sih?" tanya Januar.

Seren lantas menoleh kebelakang, menampilkan senyuman manisnya. "Nggak telat kok, ini baru mau mulai baris."

Januar yang di tatap dengan senyuman manis Seren pun merasa grogi. Januar menggangguk lehernya yang tak gatal.

"Syukur deh kirain gue telat, kalau telat gawat nih gak bisa deket Lo pas upacara." Januar melihat ke kanan dan ke kiri mencoba terlihat tidak grogi.

Seren hanya membalas dengan senyuman manis dan gelengan kepala, Januar tampak lucu pikir Seren.

"Pagi-pagi udah dangdut aja lo." Hana yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Januar pun mulai gamoh.

"Iri bilang karyawan, makanya cari cowok." Januar langsung merubah ekspresinya menjadi menantang.

"Idih biji mata lo, gue gak iri ya bangsat, cuma geli liat tingkah lo, ayo Re ngeliat ke depan aja jangan ke belakang, nanti lo ketempelan dia lagi." Hana memberikan tatapan tajam pada Januar.

Januar hanya mendengus, gini banget deketin Seren, ada aja halangannya.

"Sabar bro, pawangnya Seren galak." Liam memberikan tepukan pelan di bahu Januar, agak miris dia tuh.

                         •••

"Eh, gue ikut baris di sini ya." Gibran berjalan menuju barisan IPS 4, dikuti Ren di belakangnya.

"Ngapain lo baris di sini Jamal, lagian punya kelas sendiri." Haikal langsung nyerocos.

Gibran langsung menekan jari telunjuknya di bibirnya. "Diem dulu, gue males harus baris sesuai  perkelas, lagian ini juga kan IPS."

"Ya tapi kan..." Jenan ikutan kesal.

"Diem dulu lo bola bekel, gue gak mau di kelas tuh karena males liat muka si Rena."

"Emang lo kenapa lagi sih, buset berantem mulu, baru juga hari Senin." Jenan akhirnya ingin tahu kronologi adu bacot kesekian kalinya antara Gibran dan Rena.

"Males gue ceritain, noh biar Ren yang cerita." Gibran memalingkan wajahnya ke arah Ren.

Ren refleks terkejut, kok jadi dia yang harus cerita. "Jadi gini Gibran lagi ke pasar, terus gak sengaja nyenggol orang, eh ternyata orangnya tuh Rena, dan kalian tau kan yang selanjutnya kaya gimana." Ren menjelaskan dengan singkat.

"Lagian ngapain lo ke pasar, untung lo bukan ribut sama emak-emak pedagang sayur," ujar Haikal.

"Biasa lah bantuin temen gue, malah ketemu si cerewet, lebih baik lawan emak-emak gue mah, dari pada ketemu dia."

Mereka bertiga pun tertawa, melihat nasib Gibran yang apes, mau kasian tapi emang gak layak di kasihani.

"Yang di rasa tidak memakai topi dan dasi maju ke depan," ucap salah satu anggota OSIS.

"Anying gue gak pake dasi lagi." Haikal baru ingat dia tidak memakai dasi.

"Gue juga gak bawa topi." Gibran meraba-raba kepalanya.

Kosan Abi | 04L [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang