Siapa?

434 59 2
                                    

             Happy Reading

"Woi, cara nembak cewek yang bener kek gimana sih?" tanya Januar.

"Astaghfirullah, lo mau bunuh anak orang." Gibran melotot mendengar perkataan Januar.

Ren langsung menampol kepala Gibran, dengan buku yang ia pegang, heran punya temen kok gini banget.

"Bukan gitu bego." Haikal yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya pun menyahut.

"Yang pasti jangan nanya-nanya ke gue deh urusan cewek mah," kata Liam.

"Apalagi gue, urusan keluarga aja belum beres, mana sempet mikirin buat punya cewek," ucap Jenan.

"Chuakkss," sahut Liam kemudian mereka berdua melakukan tos.

"Kasih saran woi, bukan adu nasib." Januar kesal sendiri dengan mereka.

"Menurut gue nih, lo spontan aja gitu bilang suka, jangan bertele-tele, apalagi mau sok romantis, langsung gas aja." Ren kini memberi saran.

"Tapi gak gitu juga bro, lagian nih ya, masalahnya tuh biar cara nembak Januar tuh berkesan gitu, indah di kenang, sulit di lupakan." Haikal tidak setuju dengan perkataan Ren, yang terkesan klise dan monoton.

"Jadi gue harus pake saran yang mana, jangan bikin gue pusing, lo ada saran Ris." Risky yang di sebut pun segera menengggok.

Risky yang di tanya oleh Januar pun hanya mengangkat bahu, dia sendiri tidak tahu harus berbicara seperti apa.

"Kasian amat deh nasib tuan muda. Kagak punya pacar." Liam tertawa bersama dengan Jenan.

"Ngenes banget nasib lo, kaya raya tapi gak punya pacar." Gibran ikut tertawa.

"Gue nanya ke kalian gak ada yang bener, yang masih waras di sini tuh cuma Ren sama Haikal doang." Januar capek sendiri melihat tingkah mereka, untung masih ada yang waras, walaupun dia juga kadang gak waras.

Januar lebih baik memilih kata-kata yang pas untuk diucapkan dalam mengutarakan perasaannya.

                          •••

"Turunin gue di sini Nathan."

"Eh, hanadulset, lo harus bayar ya, waktu gue terbuang sia-sia cuma buat anterin lo ke sekolah." Nathan masih terus ngomel-ngomel pada Hana.

"Apaan, gak mau gue lagian mau lo gue bilangin sama bang Kamal." Hana mengancam Nathan.

"Tapi Abang lo sendiri njir, yang nyuruh gue buat minta ongkos ke lo, udah mah numpang gak bayar pula, gue butuh duit buat jajan di sekolah gue njir, buat bayar utang di kantin."

"Kok, bisa sih orang kayak lo jadi tetangga gue, oke gue bayar nih, asal jangan bawa temen-temen lo buat ngerusuh di rumah, berisik tau gak gue mau fokus belajar, jadi tetangga kok ganggu." Hana memberikan Nathan uang lima puluh ribu.

"Nah gini kan enak, lumayan gocap nih buat traktir cewek-cewek cantik di sekolah." Nathan memandang uang pemberian Hana dengan senyuman bahagia.

Hana hanya mendengus dia tidak mau berurusan dengan tetangga super rese seperti Nathan, Hana lebih baik pergi.

Nathan kemudian menarik belakang tas Hana, Hana langsung menghela nafas, kali ini apalagi.

"Apalagi sih, gue mau ke kelas."

"Helm gue tuh, masa mau di bawa masuk ke kelas." Nathan menahan tawa.

Hana refleks tersadar, dia segera membukanya, dan langsung memberikannya pada Nathan, dia berlari pergi. setelah menerima helm itu Nathan langsung tertawa.

Kosan Abi | 04L [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang