"Sun dulu maniez.. kalo ngga di kasih gue ngga mau pulang" Reva bicara dengan nada meledek, sambil menunjuk pipinya.
Namun bukannya mendapatkan ciuman, yang Reva dapatkan malah injakan di kakinya dan pukulan pada bahunya. Dan setelahnya Luna pergi begitu saja tanpa menyampaikan ucapan perpisahan.
"SETIDAKNYA BILANG HATI HATI KEK" Reva teriak membuat Luna menoleh ke arahnya.
"Dih ngapain.. orang rumah lo kepleset juga nyampe" Luna langsung saja pergi meninggalkan Reva yang kini tersenyum.
•••
Setelah memastikan Luna masuk kedalam rumahnya, Reva pun lantas kembali menyalakan motornya. Mengendarai motornya menuju rumahnya yang hanya terpisahkan halaman samping dari rumah Luna. Iya mereka bertetangga.
Reva dan Luna sudah bertetangga sedari kecil. Rumah mereka bersebelahan, dan hanya terpisah oleh pekarangan samping rumah masing masing.
Kamar mereka juga saling berhadapan, membuat sewaktu kecil keduanya memiliki telepon yang terbuat dari kaleng bekas dan benang kasur untuk berkomunikasi. Ini ide Luna, katanya ia terinspirasi dari film dan langsung saja mengajak Reva. Sedangkan Reva hanya mengiyakan saja, yang penting Luna senang.
Keduanya tumbuh berkembang bersama, banyak menghabiskan waktu bermain berdua karna di komplek perumahan itu hanya mereka yang seumuran, sedangkan yang lain sudah lebih tua.
Luna yang ceria selalu saja bisa membuat Reva tersenyum. Ada saja tingkah gadis kecil itu yang terkadang membuat Reva geleng-geleng kepala. Tapi ya tetap, walaupun begitu Reva selalu saja mengikuti apa yang Luna lakukan karena itu seru.
Pernah waktu itu Luna punya ide untuk menarik skateboard punya kakaknya dengan sepeda milik Reva. Ia terpikirkan ide itu karena menonton film cinderella dimana ada scene kereta kencana yang ditarik oleh kuda, membuat ia sedikit memodifikasinya menjadi sepeda dan skateboard.
Hari itu Luna dan Reva menyiapkan semuanya berdua, dari mulai sepeda, skateboard dan juga talin untuk menghubungkan keduanya. Lalu ketika sudah selesai, Reva pun lantas memakai pelindung kepala, lutut dan juga sikunya.
"Kok kamu ngga pake pelindung nya lun" tanya Reva kecil yang bingung saat melihat Luna sudah naik ke skateboard tanpa pelindung satupun.
"Males ah rev, jauh di bagasi.. lagian tenang aja pasti baik-baik aja kok" Luna menjawab dengan senyumnya, tapi mendengar itu Reva malah menghampiri Luna lalu memakaikan helm miliknya ke kepala Luna.
"Setidaknya pake helm deh lun" ucap reva sambil mengaitkan pengaman, lalu lantas kembali berdiri dan berjalan menuju sepeda.
"Udah siapp??!" Tanya Reva kepada Luna.
"SIAPP!" Jawab Luna semangat dan itu membuat Reva tersenyum. Dan Akhirnya Reva pun mulai mengayuhkan sepedanya.
Awalnya mereka sangat menikmati permainan itu, Luna banyak tertawa begitu juga dengan Reva. Sampai akhirnya ada lubang di jalan yang tidak terlihat oleh Reva, membuat laju sepeda Reva aman tapi tidak dengan skateboard Luna.
Sehingga dengan seketika skateboard itu terbalik begitu juga dengan penumpangnya.
Iya, Luna jatuh dan lukanya cukup parah karena kecepatan lajunya pada saat itu cukup cepat.
Luna tentu saja seketika menangis kencang, membuat Reva langsung saja membanting sepedanya lalu menghampiri Luna, lantas menggendongnya dan berlari kencang menuju rumah sahabatnya itu.
Reva berlari kencang sambil menenangkan Luna. Berusaha supaya Luna dapat merasa lebih baik walaupun ia tau pasti luka Luna sakit sekali.
Sesampainya di rumah Luna, Reva langsung saja masuk kedalam. Berteriak kencang memanggil kakak Luna yang pada saat itu di rumah.
"KA DIRA... KA DIRAA" panggil Reva kencang membuat Sandira, kakak Luna langsung saja berlari keluar dari kamarnya.
"Ya Ampun dek, ini Luna kenapa Rev" tanya Dira sambil memeriksa kondisi adiknya.
"Jatuh ka" jawab Reva singkat, sedangkan wajahnya meringis karena melihat Luna yang kesakitan.
"Bentar dek ini kakak ambil p3k dulu" Dira lantas bangun dari duduknya, meninggalkan Reva dengan Luna yang kesakitan.
"Reva sini..."Luna meminta Reva untuk mendekat, dan itu tentu saja langsung di turuti oleh Reva.
Melihat Reva yang sudah ada di sampingnya, Luna pun lantas menggenggam tangan milik Reva, meminta kekuatan karena rasa perih yang menjalar di tubuhnya kian terasa.
"Sakit banget ya?" Tanya Reva lembut dengan nada suara yang bergetar.
Luna pun mengangguk sebagai jawaban, sambil mengeratkan genggaman itu karena rasa sakitnya semakin terasa.
Tak lama ka Dira pun kembali datang membawa kotak P3K, lalu mengeluarkan semua obat-obatan yang diperlukan dan langsung saja ingin membersihkan luka milik adiknya.
Namun sebelum itu, "Tahan ya dek, ini bakalan sedikit perih tapi abis itu udah kok" ucapnya lalu langsung menempelkan cairan pembersih luka.
Benar saja peringatan dari kakaknya. Rasanya seperti ada listrik yang menyetrum sewaktu kapas itu menempel di luka, membuat Luna langsung kembali menangis karena rasa sakitnya. Lalu karena tidak tega melihat Luna yang terus kesakitan, Reva langsung saja memeluk dan mencoba memberikan Luna ketenangan.
"Sakit rev" ucap Luna di tengah tangisnya, sedangkan Reva secara terus menerus mengusap punggung dan juga rambut panjang Luna yang terurai.
Cukup lama ka Dira mengobati luka milik Luna, dan selama itu juga Reva dengan setia memeluk sahabatnya itu. Sampai-sampai tanpa disadari Luna sudah tertidur lelap karena kelelahan menangis.
"Yah pelor ni anak" ucap ka Dira ketika melihat adiknya yang sudah tertidur pulas di dalam pelukkan Reva.
"Udah Rev kamu pulang aja, nanti Luna biar kakak yang taro di kamar.. kamu cape juga kan" ka Dira bicara sambil mengelus rambut Reva.
Reva menggeleh setelah perkataan ka Dira, "Reva mau nginep aja ka" ucap Reva yang membuat ka Dira tersenyum lembut dan mengangguk.
"Oke biar ka Dira yang ijin sama bunda, sekarang kita pindah ke kamar dulu yu" Ajak ka Dira sambil mengambil tubuh adik nya untuk ia gendong, lalu mengulurkan tangan satunya lagi untuk menggandeng Reva masuk ke kamar Luna.
Dan Akhirnya, malam itu Reva menginap di rumah Luna. Sibuk membantu menuntun Luna jika ingin berjalan sampai membantu menenangkan Luna dengan pelukan jika menangis.
•••
Kejadian diatas merupakan salah satu dari banyak kenangan manis masa kecil Reva dan Luna.
Kenangan yang selalu tersimpan rapi di memori keduanya dan memiliki tempat spesial di hati masing-masing.
Kenangan berharga, dimana di suatu masa pernah ada Reva yang selalu ada untuk Luna dan Luna yang selalu berhasil mencetak senyum di wajah Reva.
Mereka menghabiskan banyak waktu bersama sewaktu TK dan SD, lalu mulai berjalan berjauhan ketika SMP dan seperti orang yang tidak saling mengenal waktu di SMA.
Alasannya? Tidak ada yang benar-benar tau. Mereka menjauh begitu saja tanpa ada masalah berarti. Dari awalnya jarang main bersama, sampai sekarang bahkan enggan untuk sekedar bertegur sapa.
Tapi sebenarnya ada rindu di hati keduanya, rindu yang sama-sama sulit terucap karena mementingkan ego. Rindu yang sama-sama mereka tahan dan bisa meledak kapan saja.
•••
Gemes banget Reva sama Luna cilik
Maaf kalo ada typo atau penulisan yang ngga sesuai kbbi! Semoga kalian tetap suka dan mau tunggu kelanjutannya🫶🏼
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain
Ficção AdolescenteSetelah hujan ini berhenti, apakah kamu masih memilih ku?