"Disitu Kiya dan gue sadar kalau kita ngga bisa tanpa satu sama lain, ya gitu dehh ceritanya gue sama Kiya bisa bareng.."
Yuki menyadari ekspresi milik Luna, lalu ia pun tertawa kecil. "Ngga kayak rumor yang, beredar ya lun.."
"Kisah gue sama Kiya mungkin ngga seseru yang orang lain pikirkan, tapi buat gue kisah gue sama Kiya itu spesial... karena sama Kiya gue pengen hidup lebih lama" Yuki kini mengedarkan pandangan ke arah langit biru yang luas dengan senyum yang terlihat sendu, dan itu kini menimbulkan pertanyaan baru di benak Luna.
•••
"Kalo cerita lo sama Reva gimana lun" kini giliran Yuki yang bertanya.
"Hmm gue sama Reva? Ngga ada yang spesial yuk" Luna menjawab lirih, matanya menerawang ke depan dengan bibir yang kini menunjukkan sedikit lengkungan.
"Menurut lo Reva sama Ashel udah kelar?" Tanya Yuki lagi, sedangkan Luna hanya menjawab dengan gelengan.
"Ngga tau lahh... yang tau tentang perasaan mereka kan diri mereka sendiri sama tuhan.. gue ngga bisa menilai apa apa" Luna menatap Yuki dan tersenyum.
"Gue cuman berharap yang terbaik buat sahabat gue.. baik itu Ashel ataupun Reva.. gue berharap mereka bisa bahagia.."
Yuki mungkin tidak terlalu mengenal Luna, tapi entah kenapa ada kesedihan di dalam tatapan Luna. Membuat Yuki menjadi berempati.
•••
Setelah pelajaran kosong itu selesai, Luna dan Yuki dengan cepat kembali menuju kelas mereka. Duduk bersama dan melanjutkan pelajaran sampai akhirnya jam istirahat kedua berbunyi.
Yuki yang memang tidak terlalu betah berada di dalam kelas pun mengajak Luna untuk keluar. Tapi ajakan itu di tolak, karna Luna lebih memilih untuk belajar dan mengerjakanan tugasnya.
Itu membuat kini Luna sendirian di dalam kelas, membuka bukunya sambil mendengarkan intrumen classic yang bisa meningkatkan fokusnya saat belajar.
Luna memang seperti ini, lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dibandingkan bermain atau bersosialisasi.
Bukan tidak suka bermain, tapi rasanya waktunya lebih baik ia manfaatkan untuk mengulang materi, mengerjakan pr atau bahkan latihan soal.
Dan jika ia sudah membuka bukunya, ia menjadi sangat fokus dan tidak memperhatikan sekitar.
Seperti saat ini, ia sudah sangat tenggelam dalam buku tugasnya. Membuat ia tidak sadar kalau sedari tadi ada Reva yang setia menemani dan memperhatikan Luna sambil tersenyum lebar.
Reva tidak memiliki niatan untuk mengganggu aktivitas Luna, karna menurutnya Luna terlihat sangat cantik ketika sedang fokus. Reva gemas sendiri melihat bagaimana fokusnya Luna mengerjakan soalnya, lalu mengerutkan kening atau menghembuskan nafas kasar ketika ada soal-soal yang ia tidak paham.
Sampai akhirnya tugas itu selesai dan Luna terkejut sendiri ketika melihat Reva yang kini sedang tersenyum lebar sambil menatapnya. Membuat tanpa sadar tangannya memukulkan buku yang sedang ia pegang kearah wajah Reva dan itu berhasil membuat Reva berucap kata mutiara yang enak di dengar.
"ANjing" ucap Reva cukup kencang di awal kata tapi memelan setelahnya.
"Ehh sorry-sorry rev, reflek sumpah.. lagian lo ngapain begitu.. creepy anjir" Luna lantas mengelus ngelus bagian yang ia pukul sambil menatap khawatir Reva.
"Ya lagian lo fokus banget, gue dari tadi di depan lo aja ngga lo lirik sama sekali lun.." Reva menggenggam tangan Luna yang mengelus wajahnya, menghentikan aksi gadis di depannya lalu memindahkan genggaman itu diatas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Rain
Novela JuvenilSetelah hujan ini berhenti, apakah kamu masih memilih ku?