"Ra, Ali lama sekali" Seli memberitahu.
Raib mengangguk setuju. Saat kembali ke kelas dari Kantin, Ali menyuruuh untuk duluan dan ia akan menyusul, tapi sampai sekarang batang hidungnya tidak terlihat.
"Aku akan pergi mencarinya" Raib bangkit berdiri.
Saat berjalan di koridor seorang anak kelas 11 berlari menghampirinya dengan wajah panik lalu terduduk kelelahan berlari, napasnya tersengal "kak Raib..."
"Ada apa? Hei, bernapas dulu"
"Kak Ali..."
"Ali? Ada apa dengannya?"
"kak Ali berantem sama kakak-kakak kelas 12! Di belakang lapangan!"
Tanpa bertanya lagi Raib berterimakasih pada adik kelas itu dan berlari.
***
"Aduh... yang benar saja" raib mengeluh, menyeka peluh di dahi. Area itu ramai dengan murid-murid menonton. Dan terlihat diujung sana Ali yang sedang adu tangan dengan anak kelas sebelah.
"Satu lawan empat! Dimana otak genius mu itu Ali!"
"Ali! Hei! Permisi! Maaf!" Raib susah payah menerobos keramaian itu, tapi peduli amat, Ali sekarang entah kenapa bisa baku hantam dengan cowo-cowo itu.
BUM!
"Berhenti!"
BUGH!
"Kubilang berhenti!"
Barusan Ali terbanting ke tanah, mukanya yang kusut tambah kusut, darah mengalir dari ujung bibirnya. Raib mendesis kesal, ini sudah keterlaluan.
"SIALAN! KUBILANG HENTIKAN!" seketika semua mata tertuju pada Raib. Wajahnya yang menyeramkan itu membuat kerumunan murid mundur memberi jalan untuk Raib.
Melihat Raib berjalan dengan langkah kesal, Ali memalingkan wajah "seram..."
"Oi, siapa kau? Enak sekali mengatur orang" Salah satu diantara mereka maju menghanglangi Raib yang hendak menghampiri Ali. Raib menatapnya tajam, ia sudah kesal dengan kejadian ini, Raib mana peduli kalua cowo ini tiba-tiba memukulnya.
"minggir"
"heh! Memangnya cewe sepertimu bisa apa—"
"kubilang minggir, bodoh. Apa kau tuli?"
Suaranya yang tenang, justru itu yang embuatnya semakin menyeramkan, membuat cowo itu mundur perlahan dan murid-murid yang menonton lari terbirit-birit. Ali? Oh lihat lah dia sedang berdoa agar tidak diberi pukulan berdentum hingga mental ke bulan, bagaimana nasib penelitiannya jika ia terdampar di bulan?
Raib menghampiri Ali, menarik tangannya Ali hanya pasrah berjalan mengikuti Raib.
"Oh iya kalian berempat" Raib berbalik menatap keempat cowo itu, yang ditatap cepat-cepat menunduk tidak berani melihat Raib.
"kalau kalian berbuat onar lagi, kalian berurusan denganku, mengerti?"
"B-BAIK! KAMI PERMISI DULU!"
"Ayo"
Ali diam menatap tangannya yang digandeng Raib, beralih menatap punggung cewe itu, Ali tersenyum kecil.
"Ra? Raib?" Ali memanggil raib yang sedari tadi diam menarik tangannya.
"Kamu... marah?" Ali terkejut saat Raib berhenti dan berbalik menatpnya dan tersenyum "siapa yang marah?" "Ra, ucapanmu sangat tidak sesuai dengan wajahmu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series Oneshots
FanfictionOneshots Bumi Series dari novel bang Tere Liye. Penumpang kapal Rali dan Sely berbahagialah! Disini kapal mereka lancar jaya tanpa halangan! (Semoga) Bagi yang belom baca sampe Matahari minor hati-hati pada spoiler! Karakter milik bang Tere! E...