"Heh, Ra? Sendiri?"
Raib menoleh, mendapati Ali yang sekarang berdiri disampingnya "fufu, Seli dan Ily sedang berdansa berdua, mana mau aku menganggu mereka"
Ali menyeringai sebagai balasan "kau tidak ikut, Ra?"
"Yeah, tidak terimakasih" ucap Raib santai sambil mengambil makanan kecil pemberian robot kecil.
Ali terdiam, menggaruk tekuknya "... sesi selanjutnya akan dimulai..."
Raib menoleh, mengangkat alis. Lalu?
"Mau berdansa denganku, Ra?"
Raib tersedak "eh, kamu memangnya bisa berdansa, Ali?"
"Enak saja! beberapa hari terakhir ibu memaksaku untuk mempelajarinya--walau beberapa kali aku kabur--jadi mumpung ibu sedang bersama Av dan yang lainnya, aku tidak ingin ibu melihatnya" Ali mendengus
"Lalu kenapa harus denganku?"
Ali menyeringai, mengulurkan tangan "karena jika aku berdansa dengan gadis lain kamu akan cemburu, Ra"
Wajah Raib memerah "enak saja! Siapa yang cemburu?!"
"Dulu juga begitu, kan? Saat aku dikerubungi oleh fans-ku--"
"Jika segitu inginnya, tidak usah sampai membuatku kesal" Raib menggerutu, tetapi tetap menerima uluran tangan Ali. Ali menyeringai. Taktiknya berhasil.
Musik mulai diputar, semua orang berdansa mengikuti irama musik. Raib hanya diam ketika berdansa dengan Ali, entah kemana pikirannya itu. Menurut Ali, Raib memang sering bengong, entah apa isinya, bahkan di saat seperti ini bisa-bisanya dia bengong.
Ali menggerutu, dia tidak suka diabaikan seperti ini. Maka ketika nada musik mulai meninggi, Ali mengubah posisi tangannya, memegang pinggang Raib "eh? Ali--WAH!" Raib terkejut dengan Ali yang tiba-tiba mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi, berputar, kemudian meletakkan kembali Raib dengan anggun. Kemudian Ali menarik Raib lebih dekat, mendekatkan wajahnya "apa-apaan wajah seperti itu? Semua orang disini bersenang-senang, kamu juga harus bersenang-senang, Ra" Ali menyeringai.
Wajah Raib memerah, kemudian tertawa "keren, aku tidak tahu kemampuan berdansamu sangat hebat" Ali menyeringai bangga
Raib tersenyum simpul "baiklah, kalau begitu akan kutunjukkan keahlianku juga" Raib melepas tangan Ali, kemudian berputar-putar dengan anggun.
Waktu itu rasanya seperti ribuan bunga-bunga tumbuh di tengah-tengah aula, gaun dan rambut hitam Raib yang berkibar indah mengikuti gerakan anggunnya, senyum dan wajah bahagianya.
Ali terdiam di posisinya, membeku. Seperti terhipnotis, matanya tertuju pada Raib dan hanya Raib. Ia bisa merasakan ribuan kupu-kupu berterbangan di perutnya. Jika bukan karena terhipnotis dengan gerakan Raib, Ali sudah meringkuk memegangi perutnya yang geli sambil cengar-cengir. Dan bukan hanya Ali, seluruh tamu di aula itu terpana dengan tarian indah putri bulan. Rasanya bulan purnama malam itu bersinar lebih terang dari biasanya.
Ali kembali memegang tangan Raib, menariknya, tertawa lebar--dengan wajah memerah--"keren!" yang dibalas dengan tawa Raib.
Begitu musik berhenti, Ali mendunduk meraih tangan Raib dan mengecupnya pelan "seuah kerhormatan bisa berdansa dengan putri bulan" Ali menyeringai. Wajah Raib sempurna merah "jangan panggil aku dengan sebutan itu!"
***
"Hebat, aku tidak pernah mengira kau pandai berdansa Ali" Ily berkomentar. Acara pesta malam itu hampir selesai, tamu undangan sudah mulai pulang.
Ali mengangguk bangga sebagai balasan.
"Astaga... ibu tidak pernah mengira kamu akan se-berani itu Mas Ali..."
Ali terlonjak kaget, melompat selangka kebelakang, mendapati ibunya yang tiba-tiba berada disampingnya entah sejak kapan "i... ibu lihat??"
Eli tersenyum penuh arti, pura-pura menyeka air matanya terharu "ya ampun... seumur hidup ibu tidak pernanh mengira akan melihat Ali berdansa dengan seorang gadis"
"Ibu jangan berlebihan!" Ali melotot, wajahnya merah
"Apalagi cara kamu menatap gadis ramut panjang--"
"IBU!"
Ily terkekeh melihat interaksi ibu-anak ini.
Sebuah panggilan masuk ke alat canggih Ali, memuatnya batal marah-marah pada ibunya. "Dari siapa?" Tanya Ily
"... hmmm dari Seli, oh halo Sel, ada apa?"
"Ali! Oh! Ada Ily juga! Hei bisakah kalian kemari? Cepat! Ini darurat!"
Ali dan Ily saling pandang, Ali juga menoleh kearah ibunya yang juga memasang wajah serius. Mereka bertiga bergegas mencari Seli.
***
"Sel! Ada apa!?"
Seli memasang wajah panik "maaf! Seharusnya aku mengawasi Raib dengan baik!"
"memangnya ada apa dengan... Raib?" Alis Ali terangkat begitu melihat sosok yang sedang memeluk Seli dari belakang
"... Dingin... Seli hangat..." Raib yang sedang memeluk Seli bergumam pelan "hehehe Seli!" semua orang terdiam menatap Raib yang tertawa ceria sambil memeluk Seli "hehe... sahabatku cantik sekali! Seli sahabtku yang paling aku sayangi!"
Ily dan Eli terdiam, Ali mengusap wajahnya "Raib... mabuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Series Oneshots
FanfictionOneshots Bumi Series dari novel bang Tere Liye. Penumpang kapal Rali dan Sely berbahagialah! Disini kapal mereka lancar jaya tanpa halangan! (Semoga) Bagi yang belom baca sampe Matahari minor hati-hati pada spoiler! Karakter milik bang Tere! E...