2. Bukan memanggil nama

1.2K 40 2
                                    


Malam yang indah di rumah peristirahatan Ilo. Kali ini keluarga Ilo mengajak Raib, Seli, serta Ali untuk ikut pesta bbq bersamanya. Vey antusias sekali menunjukkan buku masak klan buminya yang ia dapat dar Av, lalu menarik tangan Raib menuju dapur.

"Ah! Seli! Lebih baik kamu bantu Ily dan Ali mempersiapkan grill-nya! Aku akan segera kembali!" dan ditinggalah Seli sendirian. "Padahal aku ingin membantu menyiapkan daging... ah benar juga! Pasti mereka butuh kekuatanku untuk menyalakan apinya. Masuk akal masuk akal" Seli  kemudian berlari kecil menuju halaman.

"Seli! Loh? kau tidak bersama dengan Raib?" Sapa Ily 

"Ah, Raib menyuruhku membantu kalian menyiapkan grill-nya. Lagian Ali juga terkadang tidak becus menggunakan kekuatan petirnya" Seli menggerutu "Loh? Kemana biang kerok itu?"

"Katanya ada sesuatu yang harus dia ambil, begitu"

"ohh..." BERATI AKU CUMA BERDUA DENGAN ILY?! YANG BENAR SAJA!

"Sel?"

"Ya! Ada apa?!" Seli tersadar dari lamunannya

"Bisa tolong nyalakan apinya?"

"Ah! Benar juga! Maaf"

Ctar!

***

"Ra?" Ali memanggil Raib yang sedang membawa senampan daging.

"Ali bukankah kamu sedang bersama Ily?"

"Tadinya, tapi aku pergi mengambil arang" Ali menujukkan kantong yang dibawanya.

"Berarti... mereka berduaan?" Raib dan Ali saling tatap sebentar lalu berlari menuju halaman.

*** 

"Ra?"

"Hm?"

"Kenapa kita bersembunyi seperti ini?" sekarang Raib dan Ali sedang mengintip dari bingkai pintu halaman.

"Aku ingin melihatnya, tapi aku tidak ingin menganggunya"

"Melihat apa?"

Raib menyeringai lebar "lihat saja"

Hatchi!

"Huwaaaa... dingin sekali malam di klan bulan" Seli menggosok tangannya kedinginan.

"Ya... kalau aku sih sudah terbiasa"

"Hei, kipas arangnya lebih kuat, bisa-bisa apinya mati" Seli mengingatkan, Ily segera mempercepat gerakan tangannya, lalu menyadari seusatu. "Sel, diam sebentar" Seli menoleh, lalu terkejut karena Ily tiba-tiba mendekatkan wajahnya.

Gawat... apa-apaan ini? Wajahnya... dekat sekali... Seli memejamkan matanya, tidak berani melihat wajahnya.

"Nah sudah. Benda ini tadi menempel di kepalamu, Sel" Ily menunjukkan serpihan stiker pada botol kecap. Wajah Seli memerah tunggu... itu pasti kelakuan...

Di belakang pintu terdapat Raib yang kini tertawa kecil. Dahi Ali mengerut heran "Ra, kau yang menempelkannya, ya?" 

"Awalnya hanya iseng saja, tapi aku tidak menyangka akan kejadian gini. Wajah merah Seli lucu sekali"

"hahaha... aku akan mengejeknya nanti" Ali menyeringai lebar.

Seli menyembunyikan wajahnya yang memerah. Padahal tadi dia kedinginan, tapi sekarang kenapa malah jadi gerah?

Seli sekali-kali melirik wajah Ily yang diterpa cahaya lembut api, lalu kembali memalingkan wajah dan mengutuk dirinya sendiri. Tapi... tiba-tiba ia terpikir sesuatu yang agak... nekat.

"Ily?"

"Ya?"

"ILY! (I Love You)"

Ali terkisap dan Raib menutup mulutnya tidak percaya.

Keduanya terdiam menatap lekat satu sama lain. Seli menggigit bibir gugup.

"Kenapa Sel? Kamu sampai memanggilku dua kali"

Blushhh!!! Ah, sempurna merah wajah Seli, dia menutupi wajahnya bingung ingin senang atau kesal karena Ily tidak peka dengan kodenya 

Sementara Raib dan Ali menepuk dahi kecewa di balik pintu.

"A-aku akan menghampiri Raib! M-maksudku begitu! Oh Ali juga lama sekali ya! Aku akan pergi mencarinya!" Seli berlari meninggalkan Ily yang sekaran termenung sendiri, lalu tiba-tiba memerah emang boleh ya se-lucu itu?

Melihat wajah Ily yang ikut memerah, Raib dan Ali saling pandang lalu tertawa. Seru juga mengerjai mereka berdua

Bumi Series OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang